**HAI TEMAN-TEMAN TERIMA KASIH BANYAK BUAT YANG UDAH MAMPIR JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA... BIAR AKU MAKIN SEMANGAT UPDATENYA. JAGA KESEHATAN YANG JANGAN LUPA PAKAI MASKER KALAU KEMANA-MANA. SALAM HANGAT DARI NONA BUCIN.
💜💜💜💜HAPPY READING 💜💜💜**
Para pelayan dirumahnya sudah menyiapkan segala keperluan Jimin selama sebulan kepergiannya, dua koper besar dirasa sudah cukup. jika tidak ada acara formal Jimin jarang berganti pakaian. Dia hanya cukup mandi karena tubuhnya tidak terlalu berkeringat.
Jimin menarik koper dari kamarnya, sebelum pergi dia akan berpamitan dengan nyonya Dinar, Membawa koper dari lantai dua cukup banyak perjuangan apa lagi ketika menuruni tangga.
"Ma..." panggil Jimin dia melihat mamanya sedang duduk diruang tengah, sembari membaca buku, di sisi kanan terdapat teh hijau didalam cangkir. Nyonya Dinar menepuk-nepuk sofa disebelah tanda menyuruh Jimin agar duduk disampingnya.
"Mau berangkat sekarang, mama suruh pak Bandi buat nganterin kamu ke bandara ya, mama nggak bisa nganterin kamu," ucapnya lalu meneguk teh hangat, lalu kembali meletakkan cangkir teh diatas meja.
"Ga papa ma, Jimin udah persen taksi bentar lagi juga datang." jawabnya Santai dia memeluk erat tubuh mamanya, seolah tidak ingin berpisah. Nyonya Dinar mengusap rambut putranya diantara ketiga putranya nyonya Dinar sangat dekat dengan Jimin, mungkin karena dia anak bungsu.
Nyonya Dinar menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengangguk setuju," Baiklah jika kau sudah memesan taksi, kalau sudah sampai jangan lupa kabari mama, jangan lupa makan, kalau kemana-mana harus pakai masker dan selalu cuci tangan," Mengingatkan apa saja yang harus dilakukan oleh Jimin, berasa Jimin anak SMP yang mau ikut study tour.
Jimin hanya mengangguk mengiyakan semua nasehat ibunya," Permisi tuan, taksi sudah menunggu didepan," Pak Bambang memberi tahu tuanya.
"Iya," Jimin segera beranjak dari tempat duduknya, memeluk nyonya Dinar yang sudah ikut berdiri. Scurity membawakan dua koper Jimin kedepan, memasukkannya kedalam bagasi dan nyonya Dinar juga mengantar Jimin kedepan, menunggunya masuk kedalam taksi. Sampai taksi itu perlahan menghilang menjauh dari pandangannya, lalu kembali masuk kedalam rumah.
***
Perasaan yang sulit dijelaskan, Jimin merasa bersalah pada mamanya ada hal yang dia rahasiakan, tapi demi orang yang dia cintai dia rela melakukan apapun. Kang Bucin akut.
Diperjalanan suasana ibu kota yang tengah padat-padatnya, ada sebagian orang yang akan berangkat ke kantor dan para pelajar yang akan masuk sekolah membuat jalanan macet selama empat puluh lima menit.
Jimin menarik napasnya berat, dia mengambil tiket pesawat yang sudah dia pesan beberapa hari lalu, dan hotel di Tokyo yang sudah dia booking. Tangan lembutnya gemetar seolah terjadi guncangan yang cukup berat. Lagi-lagi ia menarik nafasnya lalu membuangnya kasar.
Perlahan Jimin merobek tiket pesawat menjadi serpihan kertas kecil-kecil dan hotel yang sudah di booking, biarlah lupakan saja Jimin tidak akan pergi kemana-mana.
"Pak, ke Rumah sakit Health hospital ya," titah Jimin dia mencoba mengontrol dirinya, jika ada sesuatu yang terjadi dia tidak akan menyalahkan orang lain.
"Baik tuan," sahut seorang driver taksi online yang sedang mengemudikan mobilnya. Dia melihat penumpang yang dia bawa dari balik kaca spion mobil.
Untuk kedua kalinya dia bertemu dengan Jimin, tapi dia tidak seceria pada saat pertama kali bertemu," Apa bapak pernah berkorban untuk orang yang bapak cintai?" tanya Jimin spontan sebenarnya Jimin sangat membutuhkan pendapat orang lain tapi dia tidak percaya dengan orang terdekatannya.
Pria itu menautkan kedua alisnya lalu segera menjawab pertanyaan Jimin," Tidak. Saya tidak pernah melakukannya, justru saya yang menyakiti hati orang yang saya cintai. Saya menduakan wanita yang begitu sabar yang sudah menemani dari nol dan bodohnya saya berselingkuh lalu menikah dengan wanita yang baru beberapa bulan saya kenal," Pak Harry mengatakan hal sejujurnya pada anak muda yang bahkan dia tidak tau namanya.
"Kenapa bapak berselingkuh? bukankah bapak sangat mencintai isteri bapak?" Tanya Jimin seperti anak laki-laki yang belum mengerti apa-apa.
Pak Harry tidak menjawab semakin mengingat masa lalunya semakin membuatnya sakit dan rasa penyesalan yang tidak pernah hilang, apa lagi jika dia melihat Bella putri sulungnya yang sangat mirip dengan mamanya.
"Sudah sampai tuan," dia berkata setelah memarkir mobilnya ditempat parkiran.
"Terima kasih," Jimin keluar dari mobil, berjalan menuju bagasi ingin mengambil barang-barangnya dibantu oleh pak Harry.
Pak Harry segera meninggalkan Jimin setelah semua barang sudah dikeluarkan tak lama orang kepercayaan Jimin datang akan membawa barang-barang Jimin ke hotel.
Dimasa pemulihannya nanti dia tidak pulang kerumah, Jimin akan menetap sementara di sebuah hotel dikawasan pulau Dewata Bali, masih di kekuasaan SYP hotel Group.
***
Ruang operasi no 05 sudah siap Jimin sudah berganti pakaian mengenakan pakaian yang sudah disediakan oleh perawat, Bella sudah berbaring dimeja operasi berada tepat disamping Jimin.
Jimin menoleh kearah Bella yang masih setia memejamkan matanya, dia tersenyum bahagia jika nanti operasinya tidak berhasil atau kemungkinan buruk dia harus mati. Tidak masalah baginya.
"Apakah anda sudah siap?" tanya dokter Wisnu, sedang menyiapkan suntikan bius, Jimin memejamkan matanya dia tidak ingin melihat tajamnya jarum suntik.
"Iya dokter, lakukanlah," pinta Jimin masih terpejam. perlahan dokter menusukkan jarum dilengan Jimin, jarum perlahan menusuk kulitnya secara perlahan.
"Apa anda masih bisa melihat keberadaan saya?"
Jimin mengangguk, tapi pandangannya samar-samar tidak terlalu jelas," Baik kalau begitu ini berapa?" tanya dokter seraya mengacungkan jari telunjuknya,"Satu," jawab Jimin dengan suara parau," Ini," dokter menambahkan jari tengah.
"Aku tidak tau," sambungnya lalu terpejam, obat bius sudah bekerja.
Keringat dikening dokter Wisnu seakan enggan berhenti, seorang perawat membantu mengelap keringat dokter dengan wajah rupawan itu," Jahit, bekas luka pasien," instruksi dokter Wisnu pada asisten pribadinya yang membantunya mengoperasi Jimin.
Dua jam berlalu operasi telah usai, lampu diruang operasi pun sudah mati. Jimin dan Bella belum sadar karena pengaruh obat bius.
Mereka dipindahkan ke ruangan yang berbeda, Operasi berjalan lancar seperti yang diinginkan, setelah tiga jam pasca operasi Jimin kembali sadar dia merasakan sakit yang teramat sangat dibagian perutnya.
"Aaaa," Dia meringis kesakitan lalu membuka baju pasien yang dia pakai, melihat ada perban yang menutupi luka diperutnya sebelah kanan.
" Bella, bagaimana keadaannya? apa dia baik-baik saja? apa operasinya berhasil dan Bella akan segera sembuh?" Jimin bermonolog segera turun dari tempat tidur. Tangan kanannya memegangi perutnya yang masih terasa sakit apa lagi pada bekas jahitan.
"Tuan, tuan tidak boleh kemana-mana dulu anda belum pulih, takutnya nanti akan terjadi sesuatu dibagian jahitan perut anda tuan, tetaplah berbaring jangan terlalu banyak gerak."
Seorang perawat yang melihat Jimin berjalan di koridor rumah sakit, perawat itu tahu jika dia adalah pasien yang baru selesai operasi beberapa jam yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
triana 13
semangat kak
2021-12-21
0
April
Ya ampun, thor, miris peran wanitanya kok, dibikin tragis
2021-11-30
1