Jimin tidak baik-baik saja setelah dia mendengar kabar jika Bella membutuhkan pendonor ginjal, pikirnya kemana-mana dia tidak ingin terjadi hal buruk dengan gadis itu.
Jimin berusaha mencari pendonor di internet barang siapa ada yang bersedia mendonorkan ginjalnya akan diberi imbalan sepantasnya, belum sempat menyebarkan unggahnya di akun Twitter pribadinya. Jimin menghapusnya kembali, kakak tertuanya akan marah besar jika dia tak meminta izin terlebih dahulu.
Dia sudah biasa dengan peraturan-peraturan keluarga Purnama, termasuk peraturan dari kakak tertuanya yang melarang mengunggah apapun dimedia sosial, apa lagi soal masalah pribadi.
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, Jimin masih sibuk membaca artikel tentang donor ginjal, apa saja yang harus dipersiapkan dan apa resiko yang bisa terjadi. Jika seseorang hanya hidup dengan satu ginjal.
Setelah membaca berbagai kemungkinan yang terjadi, tidak membuat Jimin takut ataupun ragu dengan keputusannya. Besok pagi dia akan menemui dokter yang menangani Bella untuk berkonsultasi lebih lanjut.
Begadang semalaman membuat perutnya lapar, dengan terpaksa Jimin berjalan menuju dapur. Suasana rumah cukup sepi hanya ada beberapa penjaga yang sedang berkeliling.
Jimin menyalakan lampu, mengambil panci dan diisi air, segera ia memasak air diatas kompor. Diambilnya mie instan rasa soto spesial, Jimin sangat menyukai mie dengan rasa soto spesial produk pengeluaran dari SYP food. Rasa kuah soto yang terasa dan mie kenyal favoritnya.
Tangannya masih disibukkan mencari artikel, serasa belum puas dengan apa yang dia cari, sampai- sampai air yang dia masak hampir habis karena Jimin terlalu fokus membaca.
"Hah, astaga," pekik Jimin lalu segera mematikan kompor segera menuang air panas kedalam cup mie yang sudah dibuka, lalu memberinya bumbu," Haash!" aroma bubuk cabai seakan menusuk hidung.
***
Pukul lima, nyonya Dinar masih terlelap bersembunyi dibalik selimut tebal, tubuhnya terasa begitu lelah padahal tidak melakukan apapun," Mama..." panggil Jimin dengan lembut sembari mengetuk pintu kamar dengan perlahan agar penghuni kamar tidak terkejut.
Dia segera masuk kedalam kamar, lalu berjalan mendekati mamanya yang masih tertidur. Jimin merebahkan tubuhnya dibawah kaki sang mama, hal yang sering dia lakukan dari kecil.
Nyonya Dinar mengusap rambut Jimin karena merasakan kehadirannya," Ada apa? mama tau pasti kau ada maunya pagi-pagi kekamar mama?" tanya nyonya Dinar dengan suara khas orang bangun tidur.
"Jimin, mau izin ke Jepang mau liburan nggak lama kok. Satu bulan aja ma," dia menoleh memandangi wajah mamanya seraya memijat kaki nyonya Dinar.
"Baiklah, apa kau sudah bilang pada kak Suga mengenai kepergian mu ke Jepang?" Tanya nyonya Dinar menautkan kedua alisnya.
"Aku rasa kakak tidak perlu tahu soal ini, aku bisa mengurus pekerjaanku walaupun aku berada di Jepang," Balasnya baginya tidak perlu mendapatkan izin dari Suga. Karena dia sudah mendapatkan izin dari sang mama.
"Thank you. Kalau gitu Jimin pergi dulu love you ma..." Dia turun dari tempat tidur sang mama setelah mencium sekilas kening wanita yang telah mengandungnya selama sembilan bulan.
" Tutup pintunya!" titah sang empu yang masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya.
Jimin mengangguk, lalu memberikan hormat, dibalas senyuman oleh nyonya Dinar. Setelah dari kamar mamanya Jimin akan segera mandi, pagi ini dia akan kerumah sakit untuk berkonsultasi kepada dokter.
***
"Selamat pagi pak," Jimin yang sudah rapi dan juga wangi, ketampannya bertahan sembilan puluh sembilan persen karena dia baru saja mandi. Mengenakan celana jins dan Hoodie berwarna hitam serta masker hitam yang bertengger diwajahnya.
"Selamat pagi Tuan. Seperti bukan manusia," Ucap security keceplosan.
"Siapa?" Jimin heran dia menautkan kedua alisnya.
"Tuan tampan sekali," Pak Bambang security yang sudah cukup mengenal Jimin dia tidak canggung untuk memuji tuannya. Mungkin jika dia memiliki putri, akan sangat beruntung jika dinikahi oleh tuan mudanya.
"Tolong bukakan pintu pagar pak," Pinta Jimin lalu masuk kedalam mobil yang sudah disiapkan.
Security segera menekan remote control untuk membuka pagar rumah, perlahan mobil Jimin keluar dari pekarangan rumah, setelah hampir keluar Jimin segera membuka kaca mobil menunduk dan berterima kasih kepada security. Dan dibalas senyuman lalu mengangguk hal yang rutin dilakukan oleh Jimin ketika ia akan keluar atau masuk kedalam rumah.
Perjalanan menuju rumah sakit tidaklah memakan banyak waktu, hanya sekitar lima belas menit kalau jalanan tidak macet. Setelah memakan waktu lima belas menit Jimin telah tiba segera memasuki area parkir. Dia segera keluar dari mobil lalu masuk kedalam rumah sakit menuju ruangan dokter Wisnu, dokter yang menangani Bella.
Pria yang memiliki kelingking mungil itu, langsung mengetuk pintu, sampai ada seseorang yang menjawab dan menyuruhnya masuk.
"Selamat pagi dokter," Jimin menyapa lalu berjabat tangan dengan pria berseragam serba putih, dia dokter Wisnu Jimin sudah membuat janji kemarin.
"Selamat pagi," balasnya seraya tersenyum ramah," Silahkan duduk," pinta sang dokter yang baru berumur kepala tiga.
"Terima kasih dokter, jadi begini maksud kedatangan saya kesini ingin berkonsultasi kepada dokter, saya berniat akan mendonorkan ginjal saya untuk pasien bernama Bella." Jelas Jimin dengan intonasi sejelas jelasnya.
"Baiklah kalau begitu biar saya jelaskan, apa saja resiko yang harus ditanggung, jika ada sesuatu yang buruk terjadi." Pungkasnya dia berkata jujur pada pasiennya walaupun tidak semua kabar baik yang harus disampaikan.
"Efek samping menjadi pendonor ginjal pertama akan merasakan nyeri itu pasti, kedua infeksi pada area operasi yang dapat menimbulkan luka yang tidak sembuh-sembuh, ketiga pneumonia merupakan peradangan pada jaringan paru-paru, keempat pendonor bisa mengalami banyaknya kehilangan darah dan yang terakhir..." Dokter Wisnu mengambil jeda dikatakannya,"Terakhir bahkan bisa menyebabkan kematian." Ucap dokter Wisnu sedikit ragu.
"Baiklah tidak masalah dokter, saya akan tetap mendonorkan ginjal saya untuk pasien bernama Bella." jawabnya, keputusannya sudah bulat.
"Baiklah, saya akan segera mengurus dokumen perjanjian yang harus ditandatangani, jika ada kemungkinan buruk terjadi anda dan pihak keluarga tidak bisa menuntut dokter yang menangani pasien." Dokter Wisnu segera menyiapkan dokumen yang dibutuhkan.
" Baik dokter, kalau begitu kapan saya bisa mendonorkan ginjal untuk pasien bernama Bella?" dia begitu yakin dengan pilihannya, tidak ragu sedikitpun jika nanti dia harus mati, itu tidak masalah. Walaupun sejujurnya Jimin sangat takut dengan jarum suntik.
"Besok bisa, atau besok lusa anda harus menjalankan puasa terlebih dahulu sebelum operasi dan istirahat yang cukup agar, anda bisa lebih bugar ketika menjalani operasi." Ia memberi saran, setelah dirasa paham dengan apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan Jimin kembali pulang untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
triana 13
lanjut
2021-12-21
0
renjana biru
hadirr
2021-12-15
0
nine june
next up Thor😍👍
2021-11-23
0