Biarkan Mochi mendekatinya

"Tuan...Tuan...Tuan muda bangunlah," tutur Bella lembut.

Cih, kenapa dia begitu imut dimana aura garangnya, dia terlihat seperti bayi, Aaaaa ingin rasanya aku mencubit pipinya. Astaga Bella ngomong apa kau, gumam Bella.

Perlahan mata sipit itu terbuka, masih dengan muka bantalnya." Tuan bangunlah," kata Bella lagi.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk! tanpa mengetuk pintu, apa kau tidak punya etika!" dengan tatapan menusuk dan wajah datarnya.

"Nyonya Dinar yang memerintahkan saya agar membantu segala keperluan tuan." Jawab Bella tak lupa menyunggingkan senyuman ramahnya.

"Aku tidak butuh bantuanmu, keluar dari kamarku!" Suga beranjak berdiri dari tempat tidurnya, perlahan kakinya melangkah menuju kamar mandi.

Bella tidak mendengarkan perintah Suga untuk keluar dari kamarnya dia masih berdiri kokoh dikamar mewah tapi begitu menakutkan.

Setengah jam berlalu pria berkulit putih itu menampakkan dirinya dari pintu kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit tubuh bagian bawah, menampakkan perut donatnya.

Melihat Bella yang masih ada dikamarnya Suga merasa kesal." Dasar gadis bodoh kenapa kau masih disini. Kita lihat saja seberapa kuat kau menghadapi ku," gumam Suga dengan senyuman smirk yang terlihat begitu menakutkan.

Tanpa diperintahkan Bella langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan kamar mandi yang baru dipakai Suga mandi.

Pria itu sudah siap dengan setelan jas kerjanya, hanya saja, memandangi dirinya dipantulan cermin. Tangannya masih repot menyampampulkan dasi dilehernya. Suga memang pasah dalam hal memakai dasi. tatapan matanya semakin menakutkan dia sudah kesal karena berusaha dari tadi.

Kemana bibi Sinta, kenapa tidak kekamar dan sangat jarang melihat bibi Sinta. Apa wanita itu sengaja mengganti peran bibi Sinta dengan gadis payah seperti Bella. Dasar tidak peka.

"Hey! Apa yang kau lakukan kenapa kau diam disitu." Suga melemparkan dasinya ke wajah Bella." Baik tuan," Bella mendekati kearah Suga langsung mengalungkan dasi dileher Suga.

Deg. Deg. Deg suara degub jantung Bella yang sulit di kontrol, tangannya yang lincah ingin segera menyelesaikan tugas memakaikan dasi dileher Suga." Jangan terlalu kencang. Yaak! apa kau ingin mencekik ku?" ucapnya dengan nada ngegas.

"Maaf tuan, saya menariknya terlalu kencang." Bella merapikan dasi yang sudah selesai dia pakaikan dileher Suga.

Aish, mencekik gundulmu. Mana mungkin aku mempunyai keberanian seperti itu, masih hidup saja kau sangat menakutkan apa lagi kalau udah jadi hantu.

Setelah semuanya selesai, Suga berjalan menuruni tangga menuju ruang makan, untuk melakukan rutinitas setiap pagi sebelum berangkat ke kantor.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Sedangkan diruang makan sudah ada Nyonya Dinar dan juga kedua adiknya. Seorang pelayan menarik kursi mempersilahkan Tuannya agar segera duduk, Bella masih setia berdiri dibelakang Suga tanpa ekspresi.

"Nona, duduklah mari kita makan bersama," ajak Jimin seraya menarik kursi di sebelahnya.

"Duduklah Nona," Dylan tidak mau kalah dia juga menarik kursi disebelah.

"Duduklah Nona." Ucap Jimin dan Dylan secara bersamaan. Bella memandangi kedua pria tampan itu secara bergantian.

Cih, apa yang mereka lakukan, dia hanya seorang asisten pribadi sama seperti pembantu, kenapa mereka memperlakukannya seperti tuan putri. Gerutu Suga menatap acuh, adik-adiknya lalu melanjutkan menghabiskan makanannya.

"Duduklah Nona," kali ini Nyonya Dinar yang memerintah Bella, tanpa penolakan ia segera duduk disamping Jimin.

Dylan menatap Jimin tidak suka." Kenapa menatapku seperti itu? Bukankah kau sudah punya pacar?" goda Jimin dia sangat senang melihat Dylan marah.

"Ingat Jimin kau masih punya hutang denganku," balas Dylan.

Apa-apaan ini kenapa dua itik ini seolah- olah memperebutkan, gadis papan triplek ini, dia juga tidak cantik apa yang membuat mereka menyukainya.

Belum menghabiskan makanannya Suga berdiri dari duduknya, tubuhnya sedikit mendorong kursi kebelakang, sampai menimbulkan suara gesekan lantai yang cukup keras.

"Suga habiskan dulu makanannya!"

"Aku sudah kenyang." Jawab Suga singkat seraya meninggalkan ruang makan.

"Nanti siang jangan makan di luar, mama akan memasakkan makan siang untukmu!" ucap nyonya Dinar sedikit berteriak karena Suga sudah menjauh.

"Iya," Jawab Suga samar-samar.

"Nona, bawakan tas kerja Suga. Jangan biarkan dia membawanya sendiri!" Ia menunjuk tas kerja Suga yang tertinggal diatas meja.

"Baik nyonya,"

Bella mengejar Suga." Tuan ini tas anda," menyerahkan tas berisi laptop dan dokumen penting lainnya." Taruh di mobil!" Perintah Suga

Sekertaris Hobi sudah berada didepan mobil sudah siap ingin membukakan pintu mobil, setelah dekat pria dengan senyuman secerah mentari itu membukakan pintu mobil." Hati-hati dijalan tuan," kata Bella dengan senyuman ramahnya.

Si wajah datar itu tidak bergeming, langsung menutup pintu mobilnya." Huh, dasar beruang kutub jelek, pagi-pagi sudah membuatku kesal,"

Bella kembali masuk bergabung di meja makan untuk membantu pelayan membereskan meja, sesudah sarapan tadi.

Sedangkan ditempat tempat lain, pria yang memiliki jari kelingking imut itu sedang berjalan menuju mobil bersama Dylan.

"Kalau kak Suga tidak mau, biarkan Nona Bella menjadi asisten pribadiku, rupanya aku sudah jatuh cinta dengan Nona papan triplek itu hehehe," ujar Jimin tertawa renyah memenuhi seisi mobil.

"Apa? Mana bisa begitu kau sudah kalah taruhan denganku kemarin, kau juga belum membelikan tiket konser BTS dan paket dinner untukku," Gerutu Dylan.

"Iya, nanti juga aku beli tiket konser BTS, sama paket dinner juga, emang kakak mau dinner sama siapa?"

"Dinner sama Nona Bella," jawab Dylan dengan santainya jangan lupakan senyuman jahilnya yang membuat Jimin semakin jengkel.

"Cih. Bukankah kakak sudah punya kak Thania, jangan selingkuh aku akan mengadukannya pada kak Thania jika kau berani selingkuh, biarkan aku yang mendekatinya."

"Hahaha, kau terlihat lucu sekali baby mochi mana mungkin kakak bersaing dengan adik sendiri, lagi pula apa istimewanya Nona Bella, lihat saja badannya seperti papan triplek hehehe."

"Yaak!" memukul lengan Dylan dengan sangat keras." Aaakh!" Teriak Dylan.

"Jadi selama ini kau memperhatikan Nona Bella, jangan lakukan itu lagi. Mulai hari ini aku akan memperjuangkannya, dan kau jangan pernah mendekatinya," sambung Jimin menatap pria dengan rahang indah itu dengan tatapan tidak suka.

"Jangan langkahi kak Suga, dia yang harus menikah duluan, tapi apa kau lupa ibu menjadikan Nona Bella sebagai asisten pribadi kak Suga untuk apa?" godanya Dylan hanya mengingatkan jika Bella adalah wanita yang sedang menjalani masa trainee menjadi isteri Suga.

"Aku tahu, tapi jika kak Suga terus menolaknya dia tidak perduli dengan Nona Bella, aku akan mengambilnya. Cukup sayang dilewatkan wanita sebaik Nona Bella, walaupun badannya seperti papan triplek tapi itu bisa dirubah seiring berjalannya waktu."

"Hahaha, bukankah yang ada dipikiranmu adalah intinya Bella lebih pendek darimu, rupanya kau juga masih dalam masa pertumbuhan." Ejek Dylan pada adiknya yang hanya memiliki tinggi 175 cm.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

***Author POV:

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Hai... Makasih banyak-banyak yang udah dukung cerita dari penulis Amatir ini😀❤️

Jangan lupa like dan komentar positifnya biar aku makin semangat ngetiknya. Oiya satu lagi masukin ke list favorit ya...

Sampai ketemu lagi di Next chapter semoga nggak membosankan 💜💜💜***

Salam hangat dari Nona bucin ❤️❤️❤️❤️❤️

Hai cantik jangan lupa like jempolnya💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Terpopuler

Comments

triana 13

triana 13

lanjut

2021-12-20

0

Jans🍒

Jans🍒

suga kulkas 30 pintu😇

2021-09-19

0

❤️⃟WᵃfJonathan

❤️⃟WᵃfJonathan

semangat....seamangat terus menulisnya

2021-09-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!