Pria libra

Dua minggu berlalu, setelah kejadian kecelakaan yang menimpa Suga dan Bella. Suga sudah menjalani aktivitas seperti biasanya karena dia hanya mengalami luka ringan. Sedangkan Bella gadis itu masih berjuang antara hidup dan mati.

Gadis itu terluka parah, salah satu organ dalamnya rusak akibat kecelakaan, dia harus segera mendapat pendonor agar masih bisa bertahan hidup.

Bella membutuhkan tranpatasi ginjal sedangkan papa kandungannya tak mungkin bisa membantu atau mendonorkan ginjalnya untuk Bella, karena dulu dia juga pernah melakukan tranpatasi ginjal itu terlalu beresiko.

Kamar bernuansa serba putih dan aroma obat-obatan menjadi tempat istirahatnya. Bella masih lemah, kondisinya juga belum stabil, tapi dokter memindahkannya ke ruang rawat.

Pukul enam pagi, Harry mengetuk pintu ruang rawat Bella walaupun dia tau tidak mungkin ada yang menjawab ketukannya.

"Selamat pagi Bella, apa kau tidak lelah hanya berbaring di tempat tidur," ucapnya seakan Bella sedang tertidur pulas seperti biasanya, dengan ketegaran yang dia bangun Sekokoh mungkin agar tidak menangis dihadapan Bella menghadapi kenyataan yang ada.

Dengan hati-hati dirinya menggenggam tangan Bella, menciumnya sekilas, hari ini dia datang pagi-pagi karena semalam tidak bisa menemani Bella. Sebelum menarik orderan taksi onlinenya Harry menyempatkan waktu untuk menengok Bella tanpa sepengetahuan isterinya.

Putri yang mengikat rambutnya kuncir dua, menjadi kelinci percobaannya makeup mamanya sampai Bella dihukum gara-gara mematahkan lipstik sang mama, dulu mereka dekat tapi tidak untuk sekarang.

Setelah melihat jarum jam yang berada dipergelangan tangannya, Harry berdiri dari duduknya, dia harus pergi sekarang melakukan tugasnya mencari nafkah.

"Bella... Papa pergi dulu, nanti papa kesini lagi nemenin kamu. Jangan pernah punya pikiran kalau papa tidak lagi menyayangi Bella, tidak perduli lagi itu sama sekali tidak benar. Papa akan berusaha agar bisa membangun bisnis kita lagi, supaya Bella tidak harus bekerja," Harry mengecup kening putrinya mengusap rambutnya seperti anak kecil.

Dia segera pergi, melangkahkan kakinya secara perlahan menuju pintu, dia menoleh melihat Bella tapi dia harus pergi.

***

Malam ini ada sesuatu yang mengganggu pikiran pria berzodiak Pisces, ditengah kegelapan masih terlihat jelas kulitnya yang cerah, Suga malam ini tengah duduk di kursi balkon kamarnya. Menatap langit memandangi bintang, malam ini tidak hujan seperti minggu-minggu lalu.

Desir angin seolah mengirimkan rindu, hatinya berbunga-bunga ketika mengingat hal tentang Bella, Suga tersenyum sendirian tersipu malu tapi dia menyangkal perasaannya . Suga meraih laptopnya yang dia acuhkan sedari tadi.

Mengurus pekerjaan yang belum dia kerjakan di kantor, dari atas balkon terlihat Jimin sedang mengobrol dengan scurity penjaga pagar, dia hanya memakai celana jeans, kaos berwarna putih dan jaket dengan merek Chanel.

Tak lama setelah mengobrol scurity membukakan pintu pagar dan Jimin segera keluar, taksi sudah berada diluar pagar dia segera masuk duduk di kursi depan, disamping supir driver taksi online.

"Pesanan atas nama tuan Jimin?" Tanya pria yang berada didalam mobil.

"Iya," jawab Jimin seraya tersenyum ramah.

"Ke rumah sakit Health hospital ya pak," ucap Jimin sembari memeriksa ponselnya berharap tidak ada pesan yang masuk, terutama teman sekamarnya Dylan kakak terjail.

" Aaah," jimin mendesah ketika ia mendapat pesan dari kakak tertuanya.

Kemana kau? kenapa kau keluar tidak membawa mobil? jangan buat masalah diluar, atau kau akan aku kembiri. Tulis Suga dikolom pesan yang dituju buat di bungsu.

Dari mana kakak tahu aku keluar, aku saja tidak memberi tahu siapapun, balas Jimin.

Itu tidak penting jangan berbuat masalah, atau menghamili anak orang. Tulisnya lagi.

Dasar kakak mesum, aku tidak seburuk yang kau bayangkan, dengan ragu Jimin mengirimkan pesan itu, karena telah menyebutnya mesum.

Jimin masih setia menatap layar ponselnya, terlihat kakaknya sedang mengetik sesuatu, satu menit, dua menit. Membuat hati Jimin tidak karuan.

Apa dia sedang menulis naskah? kenapa panjang sekali? apa kak Suga akan mengeluarkan aku dari ahli waris? Aah, tapi biarlah aku tidak perduli. Pikir Jimin kemana-mana.

Diseberang jalan terdapat toko bunga yang menyediakan berbagai macam bunga warna-warni, suasana toko tidak terlalu ramai, Jimin turun dari mobil.

Pandangannya menyapu area toko, wangi bunga memenuhi ruangan. Dia tertuju pada bunga mawar yang tersusun rapi, ia mengambil satu tangkai lalu menciumnya.

"Nyari apa kak? ada yang bisa dibantu?" tanya seorang pelayan toko yang menghampiri Jimin menawarkan bantuan.

"Buket bunga mawar satu, saya tunggu dimobil," tutur Jimin sebelum pergi dia segera menyelesaikan pembayaran terlebih dahulu di meja kasir.

Jimin menyerahkan black chart miliknya, walaupun dia bukan pewaris utama tapi Jimin mendapatkan gaji selama dia bekerja di kantor membantu kakak tertuanya.

"Pak Harry sudah lama jadi driver taksi online?" tanya Jimin memecahkan keheningan didalam mobil.

"Iya, sekitar tujuh tahun yang lalu," jawabnya dengan ramah.

"Ooh, lama juga ya pak. Pasti banyak suka duka menjadi driver online?" Karakternya yang ramah Jimin bisa dekat dengan siapa saja.

Tok...Tok... Seorang wanita yang memakai seragam toko menghampiri Jimin, lalu menyerahkannya satu buket bunga mawar.

"Terima kasih..." Tuturnya senyuman manisnya adalah pelet yang dimiliki Jimin senyuman yang mampu membuat siapa saja jatuh cinta.

Pak Harry melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, Jimin yang masih duduk disebelahnya diam membisu, mengamati buket bunga yang berada ditangannya.

Pak Harry hanya tersenyum melihat pemuda disampingnya yang sedang kasmaran, tak lama mereka sudah sampai ketempat yang mereka tuju, pak Harry mencari tempat untuk memarkir mobilnya di area parkiran rumah sakit.

"Terima kasih pak," Jimin tersenyum menundukkan kepalanya sejenak lalu melambangkan tangan.

Jimin segera bertanya pada petugas resepsionis, menanyakan dimana kamar atas nama Bella, Suster menjawab segera ia menuju ruang rawat Bella.

Pria berzodiak libra itu berdiri diambang pintu, dirinya ikut merasakan sakit melihat Bella terbaring lemah dengan bantuan alat medis yang terpasang ditubuhnya. Tak perduli seberapa sakit yang dirasa. Jimin menarik kursi lalu duduk didepan Bella, ia meraih tangan gadis itu lalu menciumnya. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Bee ... Cepat bangun, ada aku yang selalu ada buat kamu. Kau tau melihatmu seperti ini sangat membuatku sakit," dengan suara lembutnya.

Malam ini Jimin bisa bebas menatap wajah Bella sepuasnya sebelum terdengar suara ketukan pintu," Permisi tuan, kami akan memeriksa pasien," izin seorang dokter yang sedang bertugas jaga malam.

" Selamat malam, saya akan memeriksa pasien," kata seorang dokter.

"Baik dokter," jawab Jimin lalu berdiri menyingkir agar dokter bisa lebih leluasa memeriksa Bella.

"Gimana keadaan Bella dokter?" tanya Jimin khawatir pandangannya tak beralih dari gadis yang dicintainya.

Terpopuler

Comments

triana 13

triana 13

lanjut jimin banget

2021-12-21

0

yyyy

yyyy

Like untuk karya ka. Semangat terus ka Upnya💪
Salam dari BUKU HARIAN NABILA & MY HANDAOME KIMORI🤗

2021-12-04

0

Irda farahdiba

Irda farahdiba

bagus ini kak covernya, gmn cara buatnya? bagi ilmunya dong ka🤭

2021-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!