Mochi anak kesayangan mama.

Pria yang lebih pendek itu berlari memeluk nyonya Dinar, seperti anak TK yang baru pulang dari sekolah." Mama... Aku merindukanmu," ia mencium sekilas pipi nyonya Dinar.

"Benarkah?" tanya nyonya Dinar, merasa ragu karena baru sehari tidak bertemu.

"Hey, Mochi menyingkirlah aku juga merindukan Ibu," sahut Dylan yang tak mau kalah. Mereka terlihat seperti anak TK yang sedang berebut mainan.

Astaga, bukanya baru sehari tidak bertemu, kenapa mereka bisa seperti itu. Aku heran bagaimana dulu nyonya Dinar merawat mereka dan mendidik mereka sampai bisa sedekat ini.

"Dia adalah Nona Bella, asisten pribadi kakak kalian, jadi bersikaplah sopan padanya," Jelas nyonya Dinar.

"Kenapa ma, apa bibi Sinta akan pensiun dan tidak bekerja dirumah ini lagi?" tanya pria Mochi.

"Iya.. Bukankah kak Suga tidak pernah punya asisten pribadi ketika dia di rumah, karena sudah ada bibi Sinta?" Sambung Dylan kenapa tiba-tiba sekali.

"Tidak, bukan begitu. Bibi Sinta tetap bekerja di rumah ini, Bella khusus melayani Suga apa kalian tidak kasihan dengan Suga dia sudah bekerja keras selama ini, mengorbankan masa mudanya mengabdi kepada perusahaan, apa salahnya jika melayani segala keperluan Suga saat dirumah."

"Baiklah jika itu alasannya, tapi apakah boleh kami meminta bantuan pada nona Bella?"

"Hey, kak bukankah mama hanya memperkerjakan Nona Bella hanya untuk melayani kak Suga?"

"Baik tuan saya akan membantu tuan juga kalau perlu bantuan panggil saya," seraya tersenyum manis Bella memang sangat gemar tersenyum.

"Aaaa, sudah-sudah mama sudah menyiapkan makan malam, ayo kita masuk," ajak nyonya Dinar menggiring kedua putranya masuk kedalam rumah. Para pelayan membantu membawa jas dan tas kerja tuan Mochi dan juga tuan Dylan.

Jimin menoleh kearah Bella." Nona cepatlah masuk!" perintah Jimin karena menyadari jika Bella masih diam ditempat.

"Baik tuan," jawabnya singkat dia mengikuti dari belakang, memandangi punggung seorang ibu dan juga anak yang terlihat seperti seorang sahabat.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Sedangkan ditempat lain seorang pria yang sedang berada disebuah bar. Ditemani banyak wanita cantik dengan pakaian haramnya memperlihatkan belahan dada dan pinggang rampingnya. Duduk dipangkuan Suga.

Hanya segelintir wanita yang berani mendekati pria itu, seorang pria dingin, wajah datarnya dan juga tatapan matanya yang menusuk.

Menghabiskan malam dengan para wanita sembari meneguk wine yang baru saja dituang oleh wanita yang sedang duduk dipangkuan Suga.

Wanita itu begitu seksi, lihatlah bibinya yang merah menggoda dan buah dadanya yang penuh wanita itu berbisik di telinga Suga dengan suara sensualnya." Will you marry," wanita itu mencium bibir Suga.

Suga mendorong tubuh wanita itu sampai jatuh disudut sofa, dress yang memperlihatkan ************ mulusnya. Tak bisa menaklukkan hati seorang Suga dia sama sekali tidak tertarik.

Suga berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Prak! suara botol wine yang sudah kosong dilemparkan ke lantai wanita itu merasa gagal malam ini, dan malam- malam sebelumnya karena Suga tidak bisa dia taklukkan.

Gadis bule berhidung mancung, bola mata berwarna biru dan rambut pirangnya yang panjang sampai punggung ditambah body goals yang dia miliki tapi belum cukup membuat Suga bertekuk lutut padanya.

Suga berjalan menuju area parkiran menaiki mobilnya, yang terparkir dipaling ujung. Pria itu masih sadar walaupun baru meminum wine sampai beberapa botol. Suga yang toleransi dengan alkohol dia juga sering minum wiski disaat merasa pikirannya kacau.

Suga segera menginjak pedal gas melajukan mobilnya menuju Apartemennya. Hanya menempuh perjalanan beberapa menit untuk sampai di apartemen Suga yang terletak di jantung kota.

Kali ini dia pergi tidak bersama Hobi sekertaris pribadinya yang selalu mengikuti kemana pun dia pergi. Hobi sedang sibuk dengan pekerjaan lain yang harus segera di urus.

Hobi pria yang memiliki tinggi badan 177 cm itu menemui Suga di apartemen." Tuan, aku ingin mejemputmu tapi kau sudah pulang duluan." Ucap Hobi mengawali pembicaraan.

"Kapan kita pulang ke Indonesia?" tanya Suga seraya menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

"Seharusnya malam ini tuan,"

"Sudahlah beristirahat kau sudah bekerja dengan keras hari ini!" Titah sang tuan.

Keesokan harinya, sebenarnya Suga sangat malas untuk pulang kerumahnya apa lagi harus bertemu dengan dua adiknya yang suka mengganggunya, Jimin dan juga Dylan.

***

Dua pria tampan dan para bodyguard tengah berjalan di pintu kedatangan internasional Bandara Soekarno Hatta. Suga melangkah dengan angkuh tatapan matanya yang memancarkan rasa percaya diri dan ekspresi wajah datarnya ditambah lagi dengan pakaian yang serba hitam. Terlihat misterius.

Dibelakangnya ada sekertaris pribadinya, dia satu-satunya orang yang bisa bertahan didekat Suga hampir dua puluh empat jam setiap harinya."Kenapa wanita itu ada disini." kata Suga dengan suara datarnya ketika melihat nyonya Dinar tengah menunggu di pintu kedatangan, wajahnya yang begitu semperingah ketika melihat Suga.

Disebelah kanan dan kiri ada adik-adiknya Jimin dan juga Dylan mereka seperti bodyguard yang sedang menjaga atasannya.

Cih, kenapa ada manusia itu juga, aku hanya pergi beberapa bulan ke kenapa mereka berlebihan seperti itu! rutuk Suga.

Nyonya Dinar berlari menghampiri Suga memeluknya dengan sangat erat, jika dilihat dari jauh mungkin terlihat seperti sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun terpisah, menjalani hubungan jarak jauh.

"Mama sangat merindukanmu, pangsit rebus!" nyonya Dinar masih memeluk tubuh putranya yang membatu tidak membalas pelukannya.

"Aaaa!" teriak Suga ketika nyonya Dinar mencubit perutnya karena gemas, dengan sikap putranya.

"Apa kau tidak merindukan mama? Ha!" mengulangi mencubit perut donatnya.

"Aku lelah ." Ucap Suga lalu berjalan lebih dulu menuju mobil.

"Dasar anak nakal!" nyonya Dinar berjalan lebih cepat mengejar Suga lalu menarik kerah jaket yang dikenakan oleh Suga sampai hampir tercekik.

"Dasar anak nakal! mama disini sangat merindukanmu. Tapi kau begitu acuh." wajahnya mulai memerah matanya pun mulai berkaca-kaca.

"I love you ma," akhirnya kata keramat itu keluar dari mulut Suga, sedingin apapun Suga dia tidak mau melihat mamanya menangis.

Suga tersenyum manis menunjukkan barisan giginya yang putih dan rapi. Gummy smile yang selalu membuat nyonya Dinar merindukan anaknya yang dingin seperti es.

Setelah melihat mamanya tersenyum, Suga menggandeng tangan mamanya menuju mobil diam tanpa suara, nyonya Dinar menurut berjalan disamping Suga.

"Apa ini? Dia tidak menganggap kita kak," kata Jimin karena Suga tidak menyapa mereka sama sekali.

"Aaa, sudahlah. Kau seperti tidak mengenal beruang kutub itu. Nona Bella ayo kita pulang, kau pulang bersama kami," ajak Dylan karena nyonya Dinar sudah pulang lebih dulu bersama Suga.

Sedangkan Hobi mengurus barang-barang Suga, pulang dengan mobil yang terpisah.

Author POV:

Terima kasih buat kalian yang sudah mendukung karya aku. Masih banyak **semoga sehat selalu dan dimudahkan segala urusannya Amiin.🤗🤗🤗🤗

Kalau mau mampir jangan lupa like dan komentar positifnya terus masukin list favorit, biar nona Bucin makin semangat nulisnya 😂

Saranghamnika 💜💜💜💜💜

Bonus Gummy smile mas Suga 😂**

Terpopuler

Comments

Tini Timmy

Tini Timmy

ututu Yoongi-aa

2023-01-12

0

triana 13

triana 13

nyicil dulu ya kak

2021-12-15

0

lina

lina

semangat updat

2021-12-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!