Putri Genius Bryan
"Bry keputusanku sudah bulat, jika kau benar benar mencintaiku tolong mengertilah keinginanku sekali ini saja" ucap Viola membuat Bryan langsung bangkit dari tempat duduknya
"Apa maksudmu? Apa selama ini aku kurang mengerti dirimu?" sinis Bryan
"kali ini saja, permintaan ini saja" lirih Viola
"Apa maksudmu? Kenapa susah sekali menghilangkan rencana tersebut dari otakmu? Ha!" marah Bryan
"Harus berapa ratus kali lagi aku mengatakannya padamu jika itu adalah cita citaku sejak lama" akhirnya Viola mengimbangi kemarahan Bryan
"Jika kau benar benar mencintaiku, hilangkan rencana tersebut dari otakmu" tegas Bryan mengepalkan tangannya kuat kuat
"Apa? Jadi kau mengancamku?" tanya Viola tak percaya
"Jika kau juga benar benar mencintaiku bukankah seharusnya menurutiku" gusar Bryan mennguyar rambutnya kebelakang menahan frustasi
Mereka berdua kembali duduk disofa sembari mengontrol kekuatan emosi masing masing. Bryan menempelkan punggungnya pada sandaran sofa sembari memejamkan mata dan memijit mijit pangkal hidungnya supaya peningnya sedikit berkurang
Viola hanya diam memainkan jari jemarinya yang saling bertautan sembari melirik lirik kearah Devan
"Mengapa susah sekali bagimu segera memutuskan untuk menikah denganku?" tanya Bryan memecah keheningan yang tercipta akibat pertengkaran tadi
"Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku bisa berhasil dengan jerih payahku sendiri yan" ucap Viola menatap Bryan
"Kau hanya perlu duduk manis setelah menikah denganku, aku mampu menafkahimu sampai kau tua sekalipun" ucap Bryan
"Itulah kau, kau hanya akan mementingkan hasil tanggungjawabmu, tanpa ingin aku menjadi sukses" sinis Viola membuat Bryan menautkan alisnya tak paham dengan tuduhan Viola
"Kau tak pernah memikirkan bagaimana perasaanku yang ingin membuktikan oada orang tuamu, aku bukan benalu untukmu" tutur Viola
Bryan menghela nafas beratnya, sungguh sebenarnya ia sama sekali tidak setuju dengan pendapat Viola, baginya mau Viola sukses kelak atau hanya akan menjadi ibu rumah tangga untuknya dan untuk anak anaknya nanti itu sudah lebih dari cukup
"Berapa lama?" tanya Bryan dingin
"Sampai batas waktu yang belum ditentukan" cicit Viola membuat darah Bryan kembali mendidih saat mendengarnya
"Apa maksudmu?" bentak Bryan langsung berdiri, Ia sama sekali tidak mengerti akan maksud dari kekasihnya ini, pergi? Namun tak tau untuk waktu berapa lama? Apa ia tidak akan kembali? Atau ia ingin menjauh dariku
"Yan" Viola pun bangkit dari tempat duduknya langsung memegang pergelangan tangan Bryan, mencoba menjelaskan secara perlahan agar emosinya tak lagi memuncak
"Aku juga nggak tau kapan nasib baik itu akan datang padaku, aku harus mengejar impianku hingga tercapai" ucap Viola
"Dan".....ucapan Viola menggantung, ada rasa yang membuatnya tak sampai hati jika harus mengatakan ini, namun ia tak punya pilihan lain lagi saat ini impiannya yang menjadi prioritas
"Apa lagi?" ketus Bryan
"Jangan menghubungiku dan jangan mencari tau apapun tentangku" ucap Viola membuat mata Bryan langsung menyala
"Apa kau ingin berselingkuh dibelakangku?! Kau ingin lari dariku? bentak Bryan emosinya sungguh berada diujung tanduk kali ini
"Apa jangan ini hanya alasanmu saja" sinis Bryan dengan nada yang menyorot tajam
"Apa kau tak begitu mencintaiku, hingga kau tak cukup percaya padaku?" ucap Viola meremehkan
Viola adalah salah satu dari jutaan wanita dimuka bumi ini yang selalu berhasil membalikkan kembali kata katanya
"Baiklah, aku akan menganggap ini sebagai ujian dari cinta kita" pasrah Bryan
Kemudian berlalu pergi dari ruangan yang menjadi saksi pertengkaran kali ini karena tak mampu lagi membujuk pujaan hatinya untuk membatalkan rencana tersebut
Brakkkk.....Bryan menutup pintu dengan keras seakan akan sedang menyalurkan kemarahannya
Disusul dengan kepergian Viola dari ruangan tersebut dengan senyum kemenangannya karena telah berhasil memenangkan pertengkaran kali ini
Sementara Bryan kali ini tengah berada di salah satu bar terkenal di ibu kota, sebenarnya Bryan bukanlah type orang pemabuk atau orang yang sering mendatangi tempat semacam ini
Namun kali ini kekesalan dan kekecewaannya sudah berada sangat diubun ubun, kesal dengan kekalahannya dalam mempertahankan Viola untuk tetap tinggal disini dan kecewa karena dengan tega teganya Viola memutuskan akses informasi untuknya nantinya, benar benar memuakkan.
Berbeda dengan Bryan, kali ini Viola tengah berada di pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota, meskipun hari sudah gelap tapi untuk Viola itu bukanlah suatu masalah karena ia sudah terbiasa pulang larut atau bahkan sampai pagi
Disini Viola tengah membeli beberapa perlengkapan yang dianggapnya penting, mulai dari mantel tebal dan beberapa set make up untuk kebutuhannya. Selama menjadi kekasih Bryan, hidup Viola terjamin, bagaimana tidak? Hampir setiap minggu Bryan memberikan fasilitas uang mingguan untuk Viola dengan jumlah yang tak sedikit pula. Sebenarnya Viola berat hati harus meninggalkan Bryan saat ini namun ia musti menuntaskan prioritasnya dahulu
Bryan sampai juga dirumahnya dengan sempoyongan karena tadi ia sempat meminum hampir satu botol, bagi orang yang sering melakukannya mungkin tak akan mabuk seperti Bryan, tapi berbeda dengan Bryan yang hanya beberapa kali melakukannya. Untung saja hari sudah larut malam sehingga rumahnya kini sudah sepi
Orang tua Bryan memang selalu memberikan wanti wanti padanya bahwakan sejak Bryan masih duduk dibangku sekolah.
Bryan masuk rumah dibantu oleh satpamnya, sesampainya dikamarnya ia pun menyuruh satpam tersebut untuk segera kembali
Bruak....Bryan menghempaskan tubuhnya dengan kasar diatas ranjang, memijit mijit pangkal hidungnya untuk meredakan sedikit pening dikepalanya. Huh....sungguh bodoh dirinya yang bahkan rela meminum minuman haram tersebut hanya karena seorang Viola yang akan pergi meninggalkannya
Tring....ting....ting....bunyi panggilan masuk dari sepupunya Alex, Bryan mencoba duduk untuk memulihkan sedikit demi sedikit kesadarannya kembali
"Halo" suara serak Bryan
"Kamu dimana?" tanya Alex diseberang sana
"Aku sedang tak enak badan dan sekarang berada di apartmentku" jawab Bryan parau
"Em...yasudah kau tak perlu mengantarku" ucap Alex
Bryan mengernyit heran dengan ucapan sepupunya ini, memang ia akan pergi kemana? Mengapa ia tak tau akan hal ini sebelumnya
"Memang kau mau kemana?" tanya Bryan pada akhirnya
"Aku mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, informasinya baru disampaikan sore tadi dan aku tak sempat memberitahumu" jelas Alex
"Aku senang untukmu" ucap Bryan tersenyum bangga dengan prestasi sepupunya tersebut, tentu saja tak mudah untuk mendapat bea siswa belajar di luar negeri seperti ini
"Kemana tujuanmu?" tanya Bryan kemudian
"Paris" jawab Alex singkat
Mendengar jawaban Alex, Bryan kembali teringat dengan sosok Viola yang akan terbang kesana juga dalam waktu yang masih tak tau sampai kapan
"Baiklah, hati hati semoga kau bisa menggapai apa yang kau cita citakan" doa Bryan
"Amiin, berbahagialah untukmu juga Bry" ucapan doa yang tulus dari Alex untuk Bryan juga
Tak beberapa lama sejak panggilan tersebut berakhir, Bryan terlelap dalam mimpinya hingga pagi menjelang
"Euhghh" lenguh Bryan mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali dengan menggeleng gelengkan kepalanya beberapa kali, diambillah ponselnya diatas meja kecil disampingnya. Jam masih menunjukkan pukul 8:00 pagi, masih terbilang cukup pagi untuk weekend
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Putri Auren
hadiir thooorr
2022-09-29
0
Sukliang
aneh ya, mau brgkt kok pacar dak boleh tau
2022-06-15
0
Wirda Lubis
lanjut
2022-01-04
0