NovelToon NovelToon

Putri Genius Bryan

Putri Genius Bryan 1

"Bry keputusanku sudah bulat, jika kau benar benar mencintaiku tolong mengertilah keinginanku sekali ini saja" ucap Viola membuat Bryan langsung bangkit dari tempat duduknya

"Apa maksudmu? Apa selama ini aku kurang mengerti dirimu?" sinis Bryan

"kali ini saja, permintaan ini saja" lirih Viola

"Apa maksudmu? Kenapa susah sekali menghilangkan rencana tersebut dari otakmu? Ha!" marah Bryan

"Harus berapa ratus kali lagi aku mengatakannya padamu jika itu adalah cita citaku sejak lama" akhirnya Viola mengimbangi kemarahan Bryan

"Jika kau benar benar mencintaiku, hilangkan rencana tersebut dari otakmu" tegas Bryan mengepalkan tangannya kuat kuat

"Apa? Jadi kau mengancamku?" tanya Viola tak percaya

"Jika kau juga benar benar mencintaiku bukankah seharusnya menurutiku" gusar Bryan mennguyar rambutnya kebelakang menahan frustasi

Mereka berdua kembali duduk disofa sembari mengontrol kekuatan emosi masing masing. Bryan menempelkan punggungnya pada sandaran sofa sembari memejamkan mata dan memijit mijit pangkal hidungnya supaya peningnya sedikit berkurang

Viola hanya diam memainkan jari jemarinya yang saling bertautan sembari melirik lirik kearah Devan

"Mengapa susah sekali bagimu segera memutuskan untuk menikah denganku?" tanya Bryan memecah keheningan yang tercipta akibat pertengkaran tadi

"Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku bisa berhasil dengan jerih payahku sendiri yan" ucap Viola menatap Bryan

"Kau hanya perlu duduk manis setelah menikah denganku, aku mampu menafkahimu sampai kau tua sekalipun" ucap Bryan

"Itulah kau, kau hanya akan mementingkan hasil tanggungjawabmu, tanpa ingin aku menjadi sukses" sinis Viola membuat Bryan menautkan alisnya tak paham dengan tuduhan Viola

"Kau tak pernah memikirkan bagaimana perasaanku yang ingin membuktikan oada orang tuamu, aku bukan benalu untukmu" tutur Viola

Bryan menghela nafas beratnya, sungguh sebenarnya ia sama sekali tidak setuju dengan pendapat Viola, baginya mau Viola sukses kelak atau hanya akan menjadi ibu rumah tangga untuknya dan untuk anak anaknya nanti itu sudah lebih dari cukup

"Berapa lama?" tanya Bryan dingin

"Sampai batas waktu yang belum ditentukan" cicit Viola membuat darah Bryan kembali mendidih saat mendengarnya

"Apa maksudmu?" bentak Bryan langsung berdiri, Ia sama sekali tidak mengerti akan maksud dari kekasihnya ini, pergi? Namun tak tau untuk waktu berapa lama? Apa ia tidak akan kembali? Atau ia ingin menjauh dariku

"Yan" Viola pun bangkit dari tempat duduknya langsung memegang pergelangan tangan Bryan, mencoba menjelaskan secara perlahan agar emosinya tak lagi memuncak

"Aku juga nggak tau kapan nasib baik itu akan datang padaku, aku harus mengejar impianku hingga tercapai" ucap Viola

"Dan".....ucapan Viola menggantung, ada rasa yang membuatnya tak sampai hati jika harus mengatakan ini, namun ia tak punya pilihan lain lagi saat ini impiannya yang menjadi prioritas

"Apa lagi?" ketus Bryan

"Jangan menghubungiku dan jangan mencari tau apapun tentangku" ucap Viola membuat mata Bryan langsung menyala

"Apa kau ingin berselingkuh dibelakangku?! Kau ingin lari dariku? bentak Bryan emosinya sungguh berada diujung tanduk kali ini

"Apa jangan ini hanya alasanmu saja" sinis Bryan dengan nada yang menyorot tajam

"Apa kau tak begitu mencintaiku, hingga kau tak cukup percaya padaku?" ucap Viola meremehkan

Viola adalah salah satu dari jutaan wanita dimuka bumi ini yang selalu berhasil membalikkan kembali kata katanya

"Baiklah, aku akan menganggap ini sebagai ujian dari cinta kita" pasrah Bryan

Kemudian berlalu pergi dari ruangan yang menjadi saksi pertengkaran kali ini karena tak mampu lagi membujuk pujaan hatinya untuk membatalkan rencana tersebut

Brakkkk.....Bryan menutup pintu dengan keras seakan akan sedang menyalurkan kemarahannya

Disusul dengan kepergian Viola dari ruangan tersebut dengan senyum kemenangannya karena telah berhasil memenangkan pertengkaran kali ini

Sementara Bryan kali ini tengah berada di salah satu bar terkenal di ibu kota, sebenarnya Bryan bukanlah type orang pemabuk atau orang yang sering mendatangi tempat semacam ini

Namun kali ini kekesalan dan kekecewaannya sudah berada sangat diubun ubun, kesal dengan kekalahannya dalam mempertahankan Viola untuk tetap tinggal disini dan kecewa karena dengan tega teganya Viola memutuskan akses informasi untuknya nantinya, benar benar memuakkan.

Berbeda dengan Bryan, kali ini Viola tengah berada di pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota, meskipun hari sudah gelap tapi untuk Viola itu bukanlah suatu masalah karena ia sudah terbiasa pulang larut atau bahkan sampai pagi

Disini Viola tengah membeli beberapa perlengkapan yang dianggapnya penting, mulai dari mantel tebal dan beberapa set make up untuk kebutuhannya. Selama menjadi kekasih Bryan, hidup Viola terjamin, bagaimana tidak? Hampir setiap minggu Bryan memberikan fasilitas uang mingguan untuk Viola dengan jumlah yang tak sedikit pula. Sebenarnya Viola berat hati harus meninggalkan Bryan saat ini namun ia musti menuntaskan prioritasnya dahulu

Bryan sampai juga dirumahnya dengan sempoyongan karena tadi ia sempat meminum hampir satu botol, bagi orang yang sering melakukannya mungkin tak akan mabuk seperti Bryan, tapi berbeda dengan Bryan yang hanya beberapa kali melakukannya. Untung saja hari sudah larut malam sehingga rumahnya kini sudah sepi

Orang tua Bryan memang selalu memberikan wanti wanti padanya bahwakan sejak Bryan masih duduk dibangku sekolah.

Bryan masuk rumah dibantu oleh satpamnya, sesampainya dikamarnya ia pun menyuruh satpam tersebut untuk segera kembali

Bruak....Bryan menghempaskan tubuhnya dengan kasar diatas ranjang, memijit mijit pangkal hidungnya untuk meredakan sedikit pening dikepalanya. Huh....sungguh bodoh dirinya yang bahkan rela meminum minuman haram tersebut hanya karena seorang Viola yang akan pergi meninggalkannya

Tring....ting....ting....bunyi panggilan masuk dari sepupunya Alex, Bryan mencoba duduk untuk memulihkan sedikit demi sedikit kesadarannya kembali

"Halo" suara serak Bryan

"Kamu dimana?" tanya Alex diseberang sana

"Aku sedang tak enak badan dan sekarang berada di apartmentku" jawab Bryan parau

"Em...yasudah kau tak perlu mengantarku" ucap Alex

Bryan mengernyit heran dengan ucapan sepupunya ini, memang ia akan pergi kemana? Mengapa ia tak tau akan hal ini sebelumnya

"Memang kau mau kemana?" tanya Bryan pada akhirnya

"Aku mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, informasinya baru disampaikan sore tadi dan aku tak sempat memberitahumu" jelas Alex

"Aku senang untukmu" ucap Bryan tersenyum bangga dengan prestasi sepupunya tersebut, tentu saja tak mudah untuk mendapat bea siswa belajar di luar negeri seperti ini

"Kemana tujuanmu?" tanya Bryan kemudian

"Paris" jawab Alex singkat

Mendengar jawaban Alex, Bryan kembali teringat dengan sosok Viola yang akan terbang kesana juga dalam waktu yang masih tak tau sampai kapan

"Baiklah, hati hati semoga kau bisa menggapai apa yang kau cita citakan" doa Bryan

"Amiin, berbahagialah untukmu juga Bry" ucapan doa yang tulus dari Alex untuk Bryan juga

Tak beberapa lama sejak panggilan tersebut berakhir, Bryan terlelap dalam mimpinya hingga pagi menjelang

"Euhghh" lenguh Bryan mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali dengan menggeleng gelengkan kepalanya beberapa kali, diambillah ponselnya diatas meja kecil disampingnya. Jam masih menunjukkan pukul 8:00 pagi, masih terbilang cukup pagi untuk weekend

Putri Genius Bryan 2

Bryan menggeliatkan badannya mengumpulkan kesadaran sesikit demi sedikit, kepalanya sedikit pusing karena terlalu banyak minum semalam.

Setelah duduk termenung sekitar 30 menit, kini Bryan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Membasahi seluruh tubuhnya dibawah guyuran shower berharap rasa kesalnya karena Viola kemarin ikut larut bersama air yang membasahi tubuhnya.

Mengambil setelan kemeja kerjanya lalu bersiap siap turun kebawah menuju meja makan dan ternyata sudah ada Mama dan Papanya yang menunggu dirinya

"Kok kamu lama banget sih yan?" tanya Mamanya yang tengah mengambilkan sepiring nasi goreng untuk Bryan

"Tau nih Kakak, lama banget" sahut Ratih dengan kesal

"Iya iya maap" ucap Bryan agar tak banyak drama lagi

"Gimana keadaan perusahaan yan?" kali ini Papa Hamdan yang bertanya

"Baik kok pa, aman aman aja" jawab Bryan menatap Papanya

"Alhamdulillah" ucap Papa Hamdan

Seusai sarapan Bryan langsung meraih tas kerjanya berjalan menuju keluar

"Kak" panggil Ratih adik Bryan membuat Bryan menghentikan langkah kakinya menatap adiknya

"Apa?" tanya Bryan dengan malas

"Aku mau nebeng ya kak, soalnya nanti pulng cepet aku langsung kerumah temen aku" ucap Ratih

"Terus?" tanya Bryan heran

"Ya gak papa kan kak, sekali kali lah aku dianterin sama kakak masa sama supir terus" ketus Ratih

"Lagian Kakak kan juga udah naik jabatan jadi CEO, ga papa lah sekali kali telat"

"Cuma nganterin Adeknya juga kan" lanjut Ratih

Bryan menghela nafas panjang menimang nimang ajakan Adiknya, memang selama ia menjabat menjadi CEO ia jarang menghabiskan waktu bersama sang Adik, mungkin saja Adiknya kini tengah merindukan waktu bersamanya. Tak salah rasanya mengiyakan ajakan Adiknya

"Iya udah ayo" ajak Bryan melangkahkan kakinya menuju mobilnya dan langsung mendapatkan senyuman bahagia dari sang Adik mengikuti langkah sang Kakak

"Kak kerja kantoran enak ya?" tanya Ratih membuka suara didalam mobil

"Biasa aja" balas singkat Bryan

"Ishhh...kakak nyebelin banget deh"

"Eh kemarin sore, eh bukan sore sih agak maleman gitu aku lihat kak Viola di mall"

"Sama Kakak nggak sih? Soalnya aku lihatnya agak jauhan gitu" ucap Ratih

Mendengar ucapan sang Adik spontan Bryan langsung menginjak pedal rem secara tiba tiba, untung saja jalanan yang ia lalui tak ramai karena memang belum memasuki jalan utama

"Kakakkkk" pekik Ratih karena kepalanya sedikit terbentur

"Kamu yakin itu Viola?" tanya Bryan tak mengindahkan pekikan Ratih

"Jadi bukan sama Kakak?" Ratih balik bertanya menatap Bryan melupakan kekesalannya pada sang Kakak

"Nggak" jawab Bryan singkat

"Aku pikir itu Kakak, terus kalau bukan Kakak itu siapa dong?" tanya Ratih yang tak mendapatkan jawaban dari Kakaknya

Setelahnya hanya ada keheningan didalam mobil, tak terasa kini telah sampai di Universitas tempat Adiknya kuliah

"Kak, minta uang dong buat jajan" pinta Ratih mengadahkan tangannya

Bryan menghela nafas tak habis pikir dengan Adiknya, padahal ia telah dijatah uang bulanan olehnya, namun Bryan tetap merogoh dompet dalam saku kemejanya mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan

"Nih" ucap Bryan menyodorkan uang yang diambilnya dan dengan cepat Ratih mengambil uang tersebut dari tangan sang Kakak lalu mengambil tangan Kakaknya untuk diciumnya barulah Ratih benar benar turun dari mobil Kakaknya

Bryan menatap kepergian sang Adik, jujur saja Bryan merasa terusik dengan ucapan Adiknya tadi. Apa benar itu Viola? Apa benar kemarin setelah bertengkar Viola pergi ke mall. Ah...bukan itu masalahnya tapi dengan siapa Viola pergi? Siapa laki laki yang dimaksud Ratih tadi

Tak ingin berperang dengan pikirannya sendiri lebih lama, Bryan pun melajukan mobilnya menuju perusahaanya.

Tok...tok...tok...

"Masuk" perintah Bryan

"Selamat pagi bos" sapa Agam sekretarisnya

"Pagi, apa agendaku hari ini?" tanya Bryan

"Sebentar lagi anda harus meeting bos"

"Saya sudah menyiapkan laporannya" ucap Agam

"Baiklah, panggil aku jika sudah waktunya" balas Bryan

"Baik bos" ucap Agam langsung membalik badannya melangkah keluar dari ruangan bossnya

"Tunggu" panggil Bryan menghentikan langkah Agam yang bahkan belum sampai di pintu

"Ada yang boss inginkan?" tanya Agam membalik badannya

Bryan memejamkan matanya sejenak

"Tidak jadi, pergilah" usir Bryan membuat Agam heran namun ia tak mau ambil pusing dengan hal itu

"Baik boss, saya pamit dulu" pamit Agam membungkukkan badannya pada Bryan

Ceklekkk. Pintu tertutup dan dipandanginya oleh Bryan dengan gamang. Yah...tadinya ia ingin meminta bantuan Agam untuk mencari informasi tentang siapa pria yang bersama Viola namun ia urungkan karena sudah terlanjur janji dengan Viola untuk tidak mengikut campuri urusannya.

Bryan pun melanjutkan membaca dan menandatangani berkas berkas nya satu persatu

Tokk...tok...tok...pintu ruangan kerja Bryan diketuk

"Masuk" ucap Bryan

"Selamat pagi pak, meeteng akan dimulai dalam 10 Menit lagi" ucap Agam setelah sampai didepan Bryan

"Baiklah" ucap Bryan langsung berdiri dan meninggalkan ruangannya diikuti oleh langkak kaki Agam

Dikediaman Pak Surya

Agatha tadi pagi melewatkan makan paginya bersama keluarganya ia memilih turun terlambat dan menyantap sarapannya seorang diri

"Tuan putri baru bangun" ejek Mama Sinta. Agatha tak memberikan respon sama sekali dengan ucapan Mama tirinya. Ia tetap melanjutkan mengunyah omeletnya

"Maaa aku berangkat dulu ya" suara Selena terdengar menghampiri Mamanya yang tengah berdiri menatap Agatha

"Maa aku berangkat" pamit Selena mengecup pipi kiri Mamanya

"Iya sayang, belajar yang rajin yah biar gak jadi orang rendahan kaya orang itu" ucap Mama Sinta menyindir Agatha

"Iya ma" ucap Selena lalu pergi disusul oleh Mama Sinta

Seusai menyantap sarapannya Agatha pun melangkahkan kakinya menuju motor kesayangannya. Yah...Agatha memang selalu menggunakan motornya untuk bepergian tak seperti Selena yang mendapatkan mobil dari sang Papa

Bukan, bukan untuk kuliah Agatha pergi ia bahkan tak melanjutkan pendidikan usai menamatkan sekolah menengah atasnya. Agatha melajukan motornya menuju toko lukisan yang menjual karyanya

Toko kecil ini menjadi rumah kedua untuk Agatha meskipun toko ini masih terbilang kecil. Ia mengelola toko ini dibantu oleh Mila, sahabatnya sedari ia duduk dibangku Sma.

" Udah lama?" tanya Agatha melihat Mila yang mengelap kaca depannya

"Baru juga kok" jawab Mila

"Kamu udah sarapan belum?" tanya Agatha

"Udah kok ta" jawab Mila yang dibalas anggukan kepala oleh Agatha

"Oiya ta, gimana kalo nanti siang kita makan soto yok" ajak Mila

"Kamu ini, baru aja sarapan kok udah mikirin makan siang sih" ucap Agatha geleng geleng kepala

"Planning dong, itu namanya perencanaan kedepannya" ucap Mila

"Yayaya... Terserah kamu aja

Begitulah keseharian Agatha dan Mila ditoko. Walaupun Agatha adalah boss namun ia tak pernah mempertegas medudukannya itu pada Mila. Agatha lebih suka dengan Mila saat menjadi temannya dari pada Bossnya

Putri Genius Bryan 3

1 tahun berlalu, semenjak kepergian Viola hidup Bryan lebih terfokus pada perusahaan pada siang hari, sementara pada saat malam hari ia akan pergi mengunjungi padepokan pencak silat tempat ia dididik sewaktu kecil dulu. Pak Hamdan memang menyuruh Bryan kecil untuk belajar silat agar lebih bisa menjaga diri.

Perusahaan B Corp kini semakin berkembang pesat semenjak dipipimpin oleh Bryan selama 3 tahun, padahal sebelumnya perusahaan ini tengah diambang kehancuran .

Awalnya Ibu Henny menyarankan agar menjual perusahaannya saja supaya kerugiannya tidak membengkak, namun Pak Hamdan bersikukuh untuk mempertahankan perusahaan yang telah membesarkannya selama ini.

Tak disangka anak sulung mereka Bryan mengajukan diri untuk memimpin perusahaan yang hampir bangkrut tersebut, tak heran Bryan mau karena selama ini Bryan sering ikut Papanya kekantor hingga sedikit banyak ia dapat belajar seluk beluk perusahaan

"Sampai kapan kau akan terus melukis?" Tanya Bu Sinta

"Sampai aku bosan" jawab Agatha singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari kanvas

"Heh, kau terlalu banyak menghabiskan uang" sinia Bu Sinta

"Anggap saja uang yang aku gunakan adalah uang untuk kuliahku, lagi pula ini tal sebanding dengan kebahagiaan putri kecilmu itu" jawab Agatha tenang

"Apa maksudmu?" geram Bu Sinta

"Haruskah aku mengingatkanmu pada hari dimana putri kecilmu itu merengek padaku agar aku mencabut penerimaanku karena anakmu itu berada di urutan No.1 daftar tunggu"

"Putri kecilmu itu merengek padaku agar aku membatalkannya hingga ia bisa masuk menggantikanku"

"Sangat disayangkan jika otak putrimu tak secerdas otakku"

"Apakah kau mengingat kejadian menyenangkan itu?" ejek Agatha pada Mama tirinya tersebut

"Sial" Bu Shinta merutuki kebodohannya karena telah memancing anak tirinya tersebut, niat awal ingin memarahi Agatha kini malah ia yang harus dipermalukan

"Kau harus ingat posisimu" tunjuk Bu Sinta pada Agatha setelah menguasai keadaan

Membuat Agatha menatap datar wanita tua tersebut, sudah ribuan kali kata kata menyakitkan tersebut keluar dari mulut Mama tirinya

"Maaaa aku pulang" teriak Selena, suaranya terdengar masih diruang tamu

Terlihatlah Selena yang tengah membawa banyak papper bag dengan merk terkenal. Disamping gadis itu ada Papanya berjalan beriringan dengan Selena dan menenteng beberapa papper bag juga dikiri dan kanan tangannya

Pemandangan seperti itu memyakitkan untuk Agatha. Bahkan tanpa menyapanya Papa, Mama dan Selena berjalan melewatinya begitu saja. Padahal hal tersebut sudah ia hafal semenjak ia menginjakkan kaki dirumah ini.

Siapa yang mengetahui jika dulu ia, Papa dan Mamanya yang sudah meninggal adalah keluarga yang bahagia. Yah...Papanya selalu memberikan apa yang ia mau hingga pada saat sang Mama meninggal karena kecelakaan yang dialaminya.

Ia masih terlalu kecil saat itu saat Papanya membawa ia kerumah bagaikan neraka ini. Papanya bilang ia akan memiliki teman baru yang seumuran dengannya dan benar saja teman yang dimaksud adalah Selena. Semenjak saat itu sikap Papanya berubah padanya, rasa sayangnya yang dulu besar kian memudar seiring berjalannya waktu

Yah...itulah sepenggal kisah bahagia Agatha. Harus ia simpan rapat rapat kenangan itu dalam hatinya sendiri, yang harus ia hadapi saat ini adalah kenyataan jika laki laki yang dulu memberikan kehangatan untuknya kini telah berubah menjadi laki laki dingin dan cuek padanya namun seakan sihir sikap Papanya akan menghangat saat bersama Selena.

Srekkkk....terdengar suara gesekan antara kursi kayu yang didudukinya dengan lantai saat ia beranjak berdiri meninggalkan lukisannya disamping jendela. Agatha sesikit berlari menuju kamarnya yang tak seberapa luas itu, yah...kamar itu adalah kamar pertamanya sampai saat ini saat pertama kali ia menginjakkan kakinya dirumah megah ini

Agatha mengambil sebuah gambar yang berada dalam lacinya. Gambar yang berasal dari masa kecilnya yang berisi wajah sang Papa dan Mamanya yang tengah duduk dikursi kayu bercat putih. Dalam gambar itu terlihat Agatha tengah tersenyum manis dan ceria dipangkuan sang Papa dengan memegang boneka beruang pemberian Mamanya. Potret tersebut memang ia bawa saat meninggalkan rumah lamanya

"Terima kasih atas jamuan makannya" ucap Bryan seraya berjabat tangan pada rekan bisnisnya

"Sama sama tuan Bryan, senang bisa bekerja sama dengan anda" puji rekan bisnisnya

Selepas acara jamuan makannya, Bryan langsung pulang kerumah

"Baru pulang yan?" tanya Mama Henny yang tengah menonton televisi membuat Bryan menghentikan langkahnya sejenak lalu melangkahkan kakinya menuju sofa disamping Mamanya

"Tadi ada acara ma" jawab Bryan seraya mendaratkan bokongnya pada sofa disamping mamanya

"Mandilah lalu beristirahatlah" ucap Papanya

Bryan mengangguk kecil menyetujui lalu beranjak menuju kamarnya. Bryan melepas sepatunya lalu memasuki kamar mandi

Selama kurang lebih 30 Menit Bryan berendam dalam bath up dengan air hangat ditambah beberapa tetes Aromatheraphy yang menenangkan

Selesai dengan berendamnya Bryan keluar dari kamar mandi menuju walk in closet miliknya. Ia berbaring di ranjang berukuran besar miliknya tak sengaja matanya menangkap sebuah foto kecil dalam figura dimeja sampingnya.

Diambilnya figura tersebut, foti saat dirinya dan Viola tengah berlibur kepulau Dewata Bali. Semenjak kepergiannya untuk pergi keluar negeri, semenjak itu pula ia sama sekali tak mendapatkan kabar bahkan nomornya pun kini sudah tidak aktif lagi

Entah berapa lama ia mengenang masa masanya dengan Viola, tak terasa rasa kantuk mulai menyerang Bryan. Ia terbangun dihari yang baru. Padahal ini adalah hari weekend tumben tumben ia bisa bangun sepagi ini

Tap....tap...tap....suara langkah kaki Bryan menuju meja makan lalu duduk dikursinya

"Yan Mama minta tolong dong" suara sang Mama mengawali hari ini membuat Bryan memutar bola matanya malas.

"Hih...kamu ini anak durhaka, Mama aja belum bilang mau minta tolong apa aja muka kamu udah gitu" kesal sang Mama

"Tau tuh kakak, berdosa sekali anda" timpal Ratih

"Iya iya, Mama mau minta tolong apa?" tanya Bryan menatap Mamanya

"Em...nanti kamu kesanggar lukisan yah, Mama pengen dibuatin lukisan soalnya" jawab Mama Henny

Bryan mengerutkan keningnya mendengar permintaan sang Mama

"Loh...kan Mama yang pengen dilukis kok aku yang kesana sih?" heran Bryan diperkuat dengan rasa malasnya harus menuruti permintaan sang Mama

Bughhh....Mama Henny memukul kepala anaknya karena kesal, anaknya ini selalu ada aja alesan jika disuruh

"Mama mau lukis foto, bukan Mama yang dilukis, nanti Mama kasih fotonya, sekalian alamatnya juga"

"Kamu tinggal datengin aja tempatnya"

"Kata temen Mama hasil lukisannya bagus meskipun gerainya masih tergolong kecil" ucap Mama Henny

"Iya mah" jawab Bryan pasrah

"Gimana keadaan perusahaan Bry?" tanya Papa Hamdan membuka suara

"Baik kok pa" jawab Bryan

"Alhamdulillah" sahut Papa Hamdan

"Asek nih... Nanti sering sering ajakin aku jalan jalan dong kak" pinta Ratih

"Kakak sibuk" ketus Bryan

"Yaudah...kalau Kakak sibuk Kakak tinggal kasi aku aja duitnya aku bisa pergi sama Mama Papa aja kok" usul Ratih

"Kurang ajar, calon calon perempuan matre" batin Bryan menatap kesal adiknya yang kini tengah tertawa terbahak bahak

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!