1 tahun berlalu, semenjak kepergian Viola hidup Bryan lebih terfokus pada perusahaan pada siang hari, sementara pada saat malam hari ia akan pergi mengunjungi padepokan pencak silat tempat ia dididik sewaktu kecil dulu. Pak Hamdan memang menyuruh Bryan kecil untuk belajar silat agar lebih bisa menjaga diri.
Perusahaan B Corp kini semakin berkembang pesat semenjak dipipimpin oleh Bryan selama 3 tahun, padahal sebelumnya perusahaan ini tengah diambang kehancuran .
Awalnya Ibu Henny menyarankan agar menjual perusahaannya saja supaya kerugiannya tidak membengkak, namun Pak Hamdan bersikukuh untuk mempertahankan perusahaan yang telah membesarkannya selama ini.
Tak disangka anak sulung mereka Bryan mengajukan diri untuk memimpin perusahaan yang hampir bangkrut tersebut, tak heran Bryan mau karena selama ini Bryan sering ikut Papanya kekantor hingga sedikit banyak ia dapat belajar seluk beluk perusahaan
"Sampai kapan kau akan terus melukis?" Tanya Bu Sinta
"Sampai aku bosan" jawab Agatha singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari kanvas
"Heh, kau terlalu banyak menghabiskan uang" sinia Bu Sinta
"Anggap saja uang yang aku gunakan adalah uang untuk kuliahku, lagi pula ini tal sebanding dengan kebahagiaan putri kecilmu itu" jawab Agatha tenang
"Apa maksudmu?" geram Bu Sinta
"Haruskah aku mengingatkanmu pada hari dimana putri kecilmu itu merengek padaku agar aku mencabut penerimaanku karena anakmu itu berada di urutan No.1 daftar tunggu"
"Putri kecilmu itu merengek padaku agar aku membatalkannya hingga ia bisa masuk menggantikanku"
"Sangat disayangkan jika otak putrimu tak secerdas otakku"
"Apakah kau mengingat kejadian menyenangkan itu?" ejek Agatha pada Mama tirinya tersebut
"Sial" Bu Shinta merutuki kebodohannya karena telah memancing anak tirinya tersebut, niat awal ingin memarahi Agatha kini malah ia yang harus dipermalukan
"Kau harus ingat posisimu" tunjuk Bu Sinta pada Agatha setelah menguasai keadaan
Membuat Agatha menatap datar wanita tua tersebut, sudah ribuan kali kata kata menyakitkan tersebut keluar dari mulut Mama tirinya
"Maaaa aku pulang" teriak Selena, suaranya terdengar masih diruang tamu
Terlihatlah Selena yang tengah membawa banyak papper bag dengan merk terkenal. Disamping gadis itu ada Papanya berjalan beriringan dengan Selena dan menenteng beberapa papper bag juga dikiri dan kanan tangannya
Pemandangan seperti itu memyakitkan untuk Agatha. Bahkan tanpa menyapanya Papa, Mama dan Selena berjalan melewatinya begitu saja. Padahal hal tersebut sudah ia hafal semenjak ia menginjakkan kaki dirumah ini.
Siapa yang mengetahui jika dulu ia, Papa dan Mamanya yang sudah meninggal adalah keluarga yang bahagia. Yah...Papanya selalu memberikan apa yang ia mau hingga pada saat sang Mama meninggal karena kecelakaan yang dialaminya.
Ia masih terlalu kecil saat itu saat Papanya membawa ia kerumah bagaikan neraka ini. Papanya bilang ia akan memiliki teman baru yang seumuran dengannya dan benar saja teman yang dimaksud adalah Selena. Semenjak saat itu sikap Papanya berubah padanya, rasa sayangnya yang dulu besar kian memudar seiring berjalannya waktu
Yah...itulah sepenggal kisah bahagia Agatha. Harus ia simpan rapat rapat kenangan itu dalam hatinya sendiri, yang harus ia hadapi saat ini adalah kenyataan jika laki laki yang dulu memberikan kehangatan untuknya kini telah berubah menjadi laki laki dingin dan cuek padanya namun seakan sihir sikap Papanya akan menghangat saat bersama Selena.
Srekkkk....terdengar suara gesekan antara kursi kayu yang didudukinya dengan lantai saat ia beranjak berdiri meninggalkan lukisannya disamping jendela. Agatha sesikit berlari menuju kamarnya yang tak seberapa luas itu, yah...kamar itu adalah kamar pertamanya sampai saat ini saat pertama kali ia menginjakkan kakinya dirumah megah ini
Agatha mengambil sebuah gambar yang berada dalam lacinya. Gambar yang berasal dari masa kecilnya yang berisi wajah sang Papa dan Mamanya yang tengah duduk dikursi kayu bercat putih. Dalam gambar itu terlihat Agatha tengah tersenyum manis dan ceria dipangkuan sang Papa dengan memegang boneka beruang pemberian Mamanya. Potret tersebut memang ia bawa saat meninggalkan rumah lamanya
"Terima kasih atas jamuan makannya" ucap Bryan seraya berjabat tangan pada rekan bisnisnya
"Sama sama tuan Bryan, senang bisa bekerja sama dengan anda" puji rekan bisnisnya
Selepas acara jamuan makannya, Bryan langsung pulang kerumah
"Baru pulang yan?" tanya Mama Henny yang tengah menonton televisi membuat Bryan menghentikan langkahnya sejenak lalu melangkahkan kakinya menuju sofa disamping Mamanya
"Tadi ada acara ma" jawab Bryan seraya mendaratkan bokongnya pada sofa disamping mamanya
"Mandilah lalu beristirahatlah" ucap Papanya
Bryan mengangguk kecil menyetujui lalu beranjak menuju kamarnya. Bryan melepas sepatunya lalu memasuki kamar mandi
Selama kurang lebih 30 Menit Bryan berendam dalam bath up dengan air hangat ditambah beberapa tetes Aromatheraphy yang menenangkan
Selesai dengan berendamnya Bryan keluar dari kamar mandi menuju walk in closet miliknya. Ia berbaring di ranjang berukuran besar miliknya tak sengaja matanya menangkap sebuah foto kecil dalam figura dimeja sampingnya.
Diambilnya figura tersebut, foti saat dirinya dan Viola tengah berlibur kepulau Dewata Bali. Semenjak kepergiannya untuk pergi keluar negeri, semenjak itu pula ia sama sekali tak mendapatkan kabar bahkan nomornya pun kini sudah tidak aktif lagi
Entah berapa lama ia mengenang masa masanya dengan Viola, tak terasa rasa kantuk mulai menyerang Bryan. Ia terbangun dihari yang baru. Padahal ini adalah hari weekend tumben tumben ia bisa bangun sepagi ini
Tap....tap...tap....suara langkah kaki Bryan menuju meja makan lalu duduk dikursinya
"Yan Mama minta tolong dong" suara sang Mama mengawali hari ini membuat Bryan memutar bola matanya malas.
"Hih...kamu ini anak durhaka, Mama aja belum bilang mau minta tolong apa aja muka kamu udah gitu" kesal sang Mama
"Tau tuh kakak, berdosa sekali anda" timpal Ratih
"Iya iya, Mama mau minta tolong apa?" tanya Bryan menatap Mamanya
"Em...nanti kamu kesanggar lukisan yah, Mama pengen dibuatin lukisan soalnya" jawab Mama Henny
Bryan mengerutkan keningnya mendengar permintaan sang Mama
"Loh...kan Mama yang pengen dilukis kok aku yang kesana sih?" heran Bryan diperkuat dengan rasa malasnya harus menuruti permintaan sang Mama
Bughhh....Mama Henny memukul kepala anaknya karena kesal, anaknya ini selalu ada aja alesan jika disuruh
"Mama mau lukis foto, bukan Mama yang dilukis, nanti Mama kasih fotonya, sekalian alamatnya juga"
"Kamu tinggal datengin aja tempatnya"
"Kata temen Mama hasil lukisannya bagus meskipun gerainya masih tergolong kecil" ucap Mama Henny
"Iya mah" jawab Bryan pasrah
"Gimana keadaan perusahaan Bry?" tanya Papa Hamdan membuka suara
"Baik kok pa" jawab Bryan
"Alhamdulillah" sahut Papa Hamdan
"Asek nih... Nanti sering sering ajakin aku jalan jalan dong kak" pinta Ratih
"Kakak sibuk" ketus Bryan
"Yaudah...kalau Kakak sibuk Kakak tinggal kasi aku aja duitnya aku bisa pergi sama Mama Papa aja kok" usul Ratih
"Kurang ajar, calon calon perempuan matre" batin Bryan menatap kesal adiknya yang kini tengah tertawa terbahak bahak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sukliang
msh nyimsk
2022-06-15
1
Wirda Lubis
duh Bryan si viola itu selingkuh
2022-01-04
0
A.0122
selama ga ada kabar itu tetap kasih uang kah ke viola, klau ia artinya bryan bodoh
2021-12-22
0