Tepat di sepertiga malam Mereka mulai bergerak mencari bekas jejak yang ditinggalkan.
Wawan memang belum pernah melakukannya. Akan tetapi informasi tentang hal ini sudah pernah diberikan Dewi Rengganis.
Tujuan awal mereka adalah korban terakhir. Eksekutor biasanya bergerak atas rute yang diberikan pelaku utama.
Biasanya rumah yang akan jadi target operasi sudah ditandai oleh pelaku utama.
Sistem kerjanya seperti GPS. Kita tentukan alamatnya selanjutnya oleh operator seluler a
kita akan dipandu lewat jalur mana yang terdekat.
Andai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka akan diarahkan ke jalur alternatif. Jalur tersebut yang Wawan cari.
"Mas Wawan, disini ada tanda seperti getah yang berwarna hijau menuju kearah sana. " Kata salah satu santri
" Kalian berima ikuti jalur itu di pimpin oleh salah satu dari delapan santri ya. " Kata Wawan
" Nggih Mas. "
Semua kelompok sudah mendapatkan tugas mengikuti jalur yang menurut Wawan adalah jalur alternatif.
Setelah berjalan hampir tiga puluh menit.
" *Wan, l*ima kelompok sudah disebar. Akan tetapi mereka belum laporan semua. " kata Abah
" *Ngga papa Bah.... mereka sangat hati-hati dalam menjalankan aksinya. "
" Tadi Wawan meminta mereka untuk bersembunyi dan menunggu dijalur tersebut*. "
" Sekedar mengantisipasi jika orang-orang itu lari ke jalur mereka. "
" Mas, ada jalur lagi dibalik semak-semak itu."
" Kalian sekarang bersama Mas Wahid ikuti jalur itu dan cari tempat untuk bersembunyi. "
" Jangan lupa olesi tubuh kalian dengan air yang tadi saya beri. "
Mas Wahid langsung memimpin kelompok terakhir mengikuti kemana tujuan dari jalur pelarian pencuri tersebut.
Setelah tinggal berdua dengan Abah, Wawan memanggil kedua panglima kumbangnya.
" Hamba berdua siap menerima perintah. "
Abah mundur tiga langkah saat melihat dua ekor macan berukuran sangat besar berdiri dihadapannya.
" Paman, bantu saya menemukan keberadaan mereka. "
Kedua macan tersebut memberi hormat sebelum pergi.
" Benar - benar bocah edan. "
" Kenapa Bah.....? "
" Itu tadi apa...? "
" Mereka adalah teman Wawan Bah.... "
" Kok bisa kamu memerintah mereka. Mereka taklukkan atau memang ada dari awal. "
" Wan, kamu tahu ngga kompensasi memiliki mereka. "
" Alhamdulillah tahu Bah. "
" Bahkan saat ini milik Abah sudah Wawan tingkatkan kemampuannya. "
" Paman, jangan bersembunyi. Nampakkan wujud barumu. "
" Allah Maha Besar " manakala pendamping Abah hadir di depannya memberi hormat.
" Bagaimana bisa kamu ditingkatkan sama Wawan...? "
" Ceritanya panjang Abah... "
*****
" Den, mereka sudah beraksi. " lapor paman kumbang kepada Wawan
" Tunjukkan kepada saya Paman. "
Kumbang tersebut berjalan lebih dulu sebagai pemandu.
" Kita tunggu mereka disini saja. " Kata paman kumbang
" Teman-teman Aden tadi sudah memasang portal pembatas. Jadi ini adalah jalur pelarian terakhir mereka termasuk tempat berkumpulnya teman Aden. "
Wawan segera memasang portal di jalur terakhir dan menunggu di tempat yang tersembunyi.
*****
Kelompok pertama.
" Mas itu apa....? " Saat salah satu santri melihat kepulan asap berwarna putih setinggi tiga puluh senti berjalan secara beriringan dalam berjumlah lima asap sedang membawa sebuah kantong kecil yang penuh dengan uang pecahan kecil.
" Kalo diperhatikan lebih jauh itu kayak manusia kerdil. "
" Tadi pesan Mas Wawan kita suruh mengagetkan mereka. Terus apa yang dia bawa akan jatuh nanti lewat doa yang sudah diberikan akan wujud. " kata pemimpin kelompok tersebut.
" Allahu Akbar. " Saat mendengar kalimat tersebut para makhluk kecil tersebut berlari ke arah jalur yang sudah dipasang portal.
Karena terpental karena tidak bisa menembus portal tersebut mereka segera berlari ke jalur alternatif seperti yang sudah Wawan duga.
Semua bawaan mereka tinggalkan begitu saja demi menyelamatkan diri. Kini di depan kelompok satu ditemukan lima kantong yang terbuat dari kain yang berisikan uang pecahan lima ribu dalam jumlah banyak.
Dipungut nya kantong-kantong tersebut dan mereka segera mengikuti jalur pelarian mereka.
Hal serupa terjadi di kelompok dua, tiga, empat dan lima.
Kelompok enam dimana disitu ada Mas Wahid.
Mereka melihat sekelompok asap berwarna merah setinggi lima puluh senti membawa kantong besar. Wajah mereka sangar. Terdapat taring di mulut mereka.
Mereka bersembunyi terlalu dekat dengan jalur pelarian makhluk itu. Beruntungnya mereka tidak lupa memasang portal.
Semua ketakutan termasuk Mas Wahid saat asap berwarna merah berjalan semakin mendekat menghampiri mereka.
Ini pengalaman pertama buat mereka semua. Melihat langsung makhluk ciptaan Allah selain manusia,hewan dan tumbuhan. Tubuh mereka gemetar hebat kecuali salah satu pemimpin yang dilatih Wawan.
Empat diantara mereka tanpa sadar mengompol di celana salah satunya Mas Wahid.
Bau amoniak tercium dengan jelas di hidung para santri dan juga oleh makhluk tersebut.
" Allahu Akbar. " teriak pemimpin kelompok
Para makhluk itu segera berlari tunggang langgang menuju jalur alternatif yang mana disana sudah ada Wawan.
*****
" Wan, kamu yakin disini tempatnya...? "
tanya Abah
" Kenapa gitu Bah.... "
" Bukan Abah ngga percaya.... Soalnya jalan ini adalah jalan pribadi milik keluarga Surono. "
" Masalahnya apa Bah....? "
" Ya sudah nanti aja dibahasnya. " Baru selesai bicara nampak dari depan para makhluk kecil berlari tunggang langgang menuju satu tempat yaitu pintu samping milik keluarga Surono.
Satu demi satu bermunculan dari enam jalur dimana para santri menempati posisinya berkumpul menjadi satu menjadi kelompok besar berbunyi seperti suara tikus.
" Cit... cit... cit "
Suaranya makin nyaring saat sekumpulan besar asap berwarna merah bergerak sangat cepat untuk bergabung dengan makhluk kecil berwujud asap.
" Grrrok... Grrrrrok. " Teriakan mereka seperti anjing yang mengerang.
Akhirnya yang terakhir muncul, diikuti tiga puluh santri ditambah Mas Wahid dibelakang nya.
Segera Wawan membentuk tulisan ditangan dan menyegel portal itu.
Dipimpin oleh Abah, semua santri termasuk Wawan membacakan ayat-ayat Al Qur'an.
" Alhamdulillah..... " semua bersyukur karena rencana nya berhasil.
" Apa kalian berhasil mengumpulkan uang-uangnya....? "
Setiap kelompok menunjukkan hasil jarahan mereka. Bersama-sama mereka meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke Pondok. Bahkan para santri memberi julukan untuk kelompok ini team hunter.
" Bah, dari tadi Wawan kok mencium bau pesing ya...? " sambil menebarkan mata bathinnya ke sekitar.
Suasana yang tadinya riang mendengar pertanyaan Wawan langsung menjadi sunyi.
Bukan karena mereka takut melihat hantu akan tetapi mereka takut karena saat itu mata Mas Wahid melotot kearah mereka.
Setibanya di Pondok terdengar suara mengaji. Itu tandanya waktu sudah menunjukkan pukul tiga lebih tiga puluh pagi.
Aktivitas si Pondok pasti sudah ramai dengan santri yang berlalu lalang.
" Mas Wahid, daripada nanti malu..... tuch di depan ada sungai.... "
" Mending basah kuyup dari pada bau pesing... "
" Hahaha..... " ejek Wawan diikuti tawa oleh Abah sedang para santri coba menahan tawanya ....karena tawa Wawan tidak bisa berhenti membuat para santri yang lain akhirnya ikut tertawa.
Karena merasa hanya itu ide terbaik tanpa pikir panjang Mas Wahid masuk ke dalam sungai diikuti semua Santri.
*****
Semua aktivitas Santri berhenti manakala mereka melihat Abah dan memberikan hormat Ta'dim.
Mereka semua keheranan saat melihat Mas Wahid dan para santri dibelakang nya basah kuyup tapi tetap hormat ke Mas Wahid.
Mata Wawan sudah tidak bisa diajak kompromi karena mengantuk. Tujuan utama saat ini adalah kasur. Lamat-lamat dia mendengar pengumuman bahwa Pak Surono telah meninggal dunia.
Beliau terkenal dermawan. Suka membantu orang yang sedang kesusahan. Beliau ditemukan meninggal dengan memar di seluruh tubuhnya.
Mata melotot seperti tidak menerima kematiannya.
Gosip selanjutnya usahanya bangkrut dan rumah yang ditinggali tanpa sebab tiba-tiba kebakaran. Habis dilalap raja api.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
ayam receh
yuhuuu
2021-11-29
0