Menjelang tengah malam prosesi mediatoran selesai. Pak Edi masih tidak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya, begitu juga dengan istrinya.
" Kalian tidak usah khawatir. Kalo diijinkan mulai malam ini sampai liburan usai biarkan Wawan tinggal disini dulu. "
" Pendapat mamah gimana ? "
" Kalo itu yang terbaik mamah ikut aja. "
" Baiklah kalo begitu. Untuk segala keperluan Wawan tidak usah khawatir. Sepanjang di pondok baik baju dan lain sebagainya akan saya siapkan. Yang penting saat liburan usai nanti di jemput ya. "
" Nggih Bah... "
Tak lama Pak Edi dan istrinya serta Nanda berpamitan untuk pulang ke Semarang.
" Wan, malam ini dan seterusnya kamu tinggal di rumah saya ya. "
" Nggih Bah. Terus apa yang harus Wawan kerjakan disini ? "
" Kegiatanmu mengikuti jadwal saya mulang ngaji. "
" Nggih Bah... "
" Ya sudah sekarang kamu istirahat dulu. "
****
Sunyi, sepi, dan dingin itu yang dirasakan Wawan saat ini. Kejadian tadi masih tergambar dengan jelas. Meskipun lampu kamar sudah dimatikan tapi mata begitu sulit dipejamkan.
" Ngga bisa tidur...? "
Wawan mulai terbiasa mendengar suara itu. Halus dan lembut
" Belum Dewi.... "
" Apa yang jadi beban pikiranmu saat ini. Cerita lah seperti biasanya. "
Dewi Rengganis duduk disamping Wawan yang sedang rebahan beralaskan tikar. Tercium aroma cendana dari tubuh Dewi Rengganis yang memabukkan.
Kemudian dengan perlahan-lahan mengusap-usap kepala Wawan.
" Dewi, barusan tadi Wawan melihat kejadian yang sangat menakutkan. Apakah Dewi tahu ? "
" Hmm... " Dewi Rengganis menganggukkan kepala.
" Tadi hanya kesalahan pahaman aja. "
" Kamu tidak usah takut. "
" Dewi Kakek tua tadi siapa. "
" Beliau adalah leluhurmu... "
" Kalo boleh tahu siapa namanya...? "
" Maaf Den, saya tidak berhak menjelaskan siapa Beliau. "
" Yang penting sekarang Aden istirahat ya... "
" Dua jam lagi masuk waktu Subuh... "
Dewi Rengganis menatap Wawan dalam-dalam. Dia teringat bagaimana pertama kali bertemu dengan leluhur Wawan.
Setelah puas melepas rindu Dewi Rengganis segera pergi.
" Tok... tok.... tok... " terdengar ketukan di pintu
" Wan, bangun... Persiapan salat Subuh " terdengar suara Abah Tohari.
Meskipun Abah tahu Wawan tidur dini hari bukan berarti dia boleh meninggalkan kewajiban salat.
Wawan terbangun saat mendengar ketukan di pintu. Wawan masih sedikit bingung dengan keadaan sekitar meski sesaat. Setelah kesadaran nya penuh Wawan baru menjawab
" Nggih ... " Segera beranjak menuju pintu
" Bisa tidur... ? "
" Alhamdulillah Abah... "
" Cepat sana ke masjid... "
" Ditunggu sama Mas Wahid di depan. "
Mas Wahid putra pertama dari Abah Tohari dan Ummi Aminah.
Tahun ajaran saat ini naik ke kelas dua SMA. Perawakan tubuhnya, tinggi 170 cm berbadan atletis karena sering menimba air, berkulit kuning langsat, hidung mancung dan kepribadiannya sangat ramah hingga disenangi siapa aja.
Dan pastinya Mas Wahid adalah guru terbaiknya Wawan yang pertama kali. 😂😂😂
" Nggih.. " Wawan kemudian mencium tangan Abah Tohari
****
Selepas salat Subuh dilanjutkan dengan sima an Qur'an hingga waktu menunjukkan pukul 5.30 dan sampai ke depannya akan seperti itu.
" Kamu habis ini mau ngapain... " tanya Mas Wahid
" Ngga tau Mas.... bingung. Soalnya semua serba mendadak Mas. "
" Ikut aku yuh ke sekolah. Nanti jam sembilan berangkat. "
" Emang mau ngapain Mas ? "
" Di sekolah Mas Wahid lagi ada pendaftaran... Kita cuci mata. Mau ngga....? "
" Tapi ini rahasia kita.. "
"Aku ngga bawa baju ganti Mas. Masak mau pake baju muslim. "
" Santai lah... Nanti pake bajuku yang kekecilan. Tapi masih bagus. "
****
" Wan, menurut mu cantik ngga anak itu. "
Saat Mas Wahid menunjuk seorang perempuan dengan tinggi 160 cm, rambut hitam lurus, wajah oriental, berkulit putih. Yang bikin menarik kancing baju motif kotak-kotak hampir putus karena tidak mampu menahan desakan dari dalam bajunya.
" *Lihatnya jangan melotot ngga sopan..!! "
" Satu lagi usahakan jangan berkedip ya..... Kata Abah kalo kita memandang dan mengagumi indahnya ciptaan Tuhan sekali itu tidak dosa. Kalo yang kedua kali baru itu zina mata*. "
" *Setan - setan..... ajaran apa itu. "
" Mas Wahid memang luar biasa alim di pondok koplak diluar*. " bathin Wawan
Berbagai iklan silih berganti lewat di depan Wawan. Dari ukuran satu genggam tangan bayi hingga seukuran batok kelapa.
" Mas pusing kepalaku.... " sukses Mas Wahid meracuni isi kepala Wawan
" Yuh ke kantin beli es teh untuk mendinginkan otak... wkwkwkwk... "
Tanpa Wawan sadari stimulasi yang diberikan Mas Wahid memberikan kemampuan baru buat Wawan.
Indera penglihatan nya memiliki kemampuan menembus batas tipis pandangan yang ada di depannya.
" Apakah ritual semalam tidak berhasil menutup kemampuan Wawan ya." gumamnya lirih
*****
" Ya Allah ujian apalagi ini. " Manakala Wawan duduk di sudut kantin bersama Mas Wahid.
Semua nampak jelas di depan mata. berbagai bentuk keindahan dunia yang ingin disaksikan oleh ribuan mata laki-laki. Merah, hitam, putih polos, coklat krem berenda adalah wadah penutupnya.
Bukit kecil nan indah dengan ujung tunas yang malu-malu tumbuh dikelilingi tanah merah, terpampang jelas di depan mata Wawan.
Pemandangan yang tidak pantas untuk disaksikan oleh anak berusia 9 tahun.
Satu gelas es teh sudah berpindah tempat. Tubuhnya gemetar hebat. Itu yang dirasakan Wawan saat ini.
" Wan, kamu sakit... " sambil meletakkan punggung tangannya ke kening Wawan
" Ngga tau Mas.... "
" Wahid.... kamu dari mana aja. Dari tadi tak cariin. "
Saat Wawan mengangkat kepala terlihat jelas perempuan cantik yang pertama kali dilihatnya berjalan menghampiri meja dimana Wawan duduk.
Awal pertama kali melihat perempuan itu masih menggunakan baju kotak-kotak.
Kali ini pemandangan nya berbeda. Bulat penuh dengan lingkaran berwarna coklat muda dengan ujung kecil sedikit tumbuh menghiasi puncaknya. Seperti puding coklat buatan mamah yang bergoyang pelan saat dibawa.
Seketika semuanya berwarna putih terang. Dan Wawan tidak sadarkan diri.
" Senang ya kemampuan nya sudah kembali. " Sapa Dewi Rengganis
" Senang gimana.... pusing tau.. "
" Wkwkwkwkwk... "
" Aden harus mulai membiasakan diri. "
" Dewi jangan panggil aku Aden. Ditelinga ngga nyaman. Panggil Wawan aja ya. "
" Boleh ngga Wawan manggil Dewi Rengganis dengan panggilan Anis aja. " dijawab dengan senyuman oleh Dewi Rengganis
" Benar-benar seperti mengulang kembali cerita awal pertemuan." ujar Dewi Rengganis dalam hati
" Baiklah. Sekarang aku mau memberikan kamu ilmu tentang hukum ruang dan waktu. "
" Hukum ruang dan waktu itu gimana ? "
" Intinya begini saat Wawan berada disini waktu berbanding jauh. Satu jam disini sama halnya satu hari di dunia nyata. "
" Sekarang kita balik satu hari disini di dunia nyata satu jam. " Sambil telunjuknya menempel ke kening Wawan. Berbagai macam informasi masuk ke dalam kepala Wawan termasuk cara menggunakannya.
" Sekarang Wawan sudah paham khan cara kerja nya. "
" Makasih Nis... "
" Oh ya satu lagi, Anis akan memberikan cara mengontrol indera penglihatan kamu supaya yang barusan terjadi tidak terulang kembali. "
Kembali Anis menempelkan telunjuknya.
" Anis, berarti proses semalam gagal ya...."
" Bukan gagal justru semalam malah meningkatkan kemampuan kamu. Dan ke depannya adalah tugas saya. "
" Sudah waktunya bangun. Kasian Mas Wahid khawatir. "
Perlahan-lahan Wawan membuka mata disambut kembali dengan pemandangan yang sangat indah milik perempuan tadi yang membuat dirinya pingsan😅😅😅
" Alhamdulillah, kamu sudah sadar. " kata perempuan itu.
" Kamu kenapa tadi. Belum sarapan atau gimana kok sampai pingsan. " tanya Mas Wawan.
" Mblenger, lihat susu dimana-mana Mas. ( mblenger itu kebanyakan merasakan atau melakukan kegiatan yang berlebihan hingga muntah)
" Oalah, pantesan. "
" Mau lihat lagi ngga wkwkwkwk. " kata Mas Wahid
" Kamu itu ngawur lho Hid. Anak kecil dikasih tau pemandangan 17++."
" Hahahaha..... "
" Wan, kenalin ini Citra wakil OSIS, sahabat dan calon pacar Mas Wahid yang kalo ditembak nolak-nolak. Tapi kalo ada cewek lain mendekat dia emosi. "
" Jangan dengerin Wan, Dia itu tukang gombal. Siapa yang mau jadi pacarnya. "
" Tapi kalo dijadikan istri mau " jawab Mba Citra lirih
" Hahahaha..... " Wahid tertawa diikuti Wawan sedangkan wajah Mba Citra memerah malu terus mencubit pinggang Mas Wahid
" Yuh pulang.... nanti kamu dicari Abah. "
Bertiga berangkat menuju tempat parkir.
Binter Mercy warna hitam yang berada paling ujung menjadi tujuan akhirnya.
" Wahid, aku bonceng kamu sampai depan ya. Tadi aku kesini dianter sama Bunda. "
Wawan duduk diantara Mas Wahid dan Mba Citra.
Punggungnya sesekali bersentuhan dengan puding yang empuk. Sensasi luar biasa dirasakan Wawan kembali. Tunas kecil Wawan kembali menampakkan kemegahan nya.
Meskipun sebentar karena rumah Mba Citra hanya berjarak 1 km dari sekolah akan tetapi kenikmatan nya belum berakhir saat motor masuk ke dalam pekarangan pondok.
******
Maaf sebelumnya jika alur cerita berjalan lambat. Karena Qinan berusaha mengingat-ingat setiap gambaran masa itu.
Pada masa itu semua yang terjadi bukanlah hal yang tabu.
Ngga percaya lihat iklan atau poster produk era tahun 80 an.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sak. Lim
nah ini bru bner
2024-02-15
0
ayam receh
Cher up
2021-11-29
0
Yukity
hadir lagi
Smangaat🆙😍
2021-09-28
1