Semarang, 1991
Sepeda baru, baju baru,sepatu baru dan semuanya serba baru namun masih ada stok lama yaitu Anton, Dwi dan Kartika.
Dengan ceria mereka berempat menapakkan kaki pertama kali setelah liburan kelulusan ke SMP favorit dekat Tugu Muda.
Mata sedikit berair dan terasa pedih karena lupa untuk berkedip.
Benar kata Mas Wahid :
" Wan, kamu itu harus sekolah yang rajin, giat belajar dalam menuntut ilmu supaya jadi anak yang pintar. Itu pesan dan nasehat orang tua kita. "
Masih ditambahin lagi versi menurut Mas Wahid
" Bonusnya kita bisa masuk sekolah - sekolah terbaik."
" Sekolah terbaik itu hanya menerima bibit-bibit unggul. Saking unggulnya semua tumbuh dengan sempurna. "
"Sekarang aku baru paham apa makna dari perkataan Mas Wahid." bathin Wawan. Saat melintas di depannya beberapa jenis keturunan hawa di depannya membuatnya takjub.
" Betapa sempurnanya ciptaan Tuhan yang barusan lewat di depanku. Meskipun tertutup dengan rapih dan sopan akan tetapi mampu menciptakan imaginasi untuk setiap yang memandangnya. " kata Wawan dalam hati
Saat kaki terus melangkah maju nampak kembali pemandangan surgawi. Manakala dia menebarkan pandangan ke seluruh tempat nampak berjejer bukit nan indah dengan berbagai ukuran milik seniornya berdiri di selasar lantai 2 dan 3 bawah.
*****
Semua siswa dikumpulkan di lapangan menjelang pukul 7 untuk pembagian kelas saat penataran P4 ( Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Selanjutnya memasuki kelas yang ditentukan.
Suasana kelas yang dimasuki Wawan terdiri atas 40 siswa dengan 4 pendamping dari OSIS. Dua laki-laki dan 2 perempuan.
Dengan gaya sok senior mereka mendisiplinkan mereka semua dan mulai memperkenalkan diri.
" Perkenalkan adik - adik kami adalah perwakilan dari OSIS. " Ucap salah satu senior dengan perawakan tinggi berbadan atletis dan menjadi pusat perhatian kaum hawa karena berparas tampan.
" Nama saya Dimas selaku ketua OSIS, di sebelah kiri saya Rahmat seksi olahraga. "
Biasanya yang pegang seksi olah raga berbadan atletis kok ini malah gemuk.
" Disebelah kanan saya si kembar Rini dan Rina sebagai seksi bendahara dan sekretaris OSIS."
Mba Rini cantik, dengan tinggi proporsional berambut lurus sepunggung, berkulit putih sedangkan Mba Rina sodaranya meskipun identik yang membedakan hanya rambutnya yang sebahu dan tumpukan lemak di dada yang lumayan banyak dibandingkan Mba Rini dan memiliki body lebih sempurna laksana gitar spanyol. "
Tiba-tiba mata Wawan terpaku. Bukan karena kecantikan mereka akan tetapi siapa yang berdiri diantara mereka.
" Sudah lama aku tidak bisa melihat sesuatu yang aneh-aneh semenjak keluar dari rumah sakit dulu. Kenapa sekarang muncul lagi...? "
Terlihat seorang nenek tua renta bertubuh kurus dengan kulit keriput bermata cekung ke dalam. Dan saat ini sedang bertemu pandang dengan Wawan.
Seperti terhipnotis.... Pandangan matanya tidak bisa dialihkan.
Perlahan tapi pasti nenek tersebut mendekat ke arah tempat duduk Wawan yang berada dibaris ke empat dan menempel pada dinding.
Jarak keduanya tinggal 2 langkah. Kemudian tersenyum dengan ramah dan berkata :
" Kamu bisa melihat nenek. "
Wawan hanya mengangguk.
" Auramu bagus Nak. Senang bisa bertemu denganmu. "
Saat hendak meneruskan ucapannya Nenek tersebut mundur dua langkah ke belakang saat di samping Wawan muncul Dewi Rengganis.
" Maaf sebelumnya. " kata Dwi Rengganis datar
" Apakah Tuanku sudah menyinggung Nenek...? "
" Tidak... tidak.... tidak... "
" Saya hanya kagum dan heran bagaimana anak ini bisa melihat nenek. Padahal nenek sudah begitu sempurna untuk menutup energi dari tubuh nenek. "
" Tapi begitu melihat Nona berdiri disampingnya dan lambang yang ada di lengan kiri anak ini sama dengan Nona Saya baru paham. "
" Baiklah kalo begitu. "
" Saya mundur diri dulu Non. "
" Hmm... " jawab Dewi Rengganis
Tatapan Wawan kearah Rini dan Rina ternyata diperhatikan oleh Dimas. Membuatnya marah.
Dimas cemburu. Rini tidak nyaman dengan tatapan dari Wawan dan segera mengambil buku untuk menutupi tonjolan di dadanya yang sedikit besar. Berbeda dengan Rina justru dia merasa kagum.
Saat Rahmat memberikan materi tentang kewarganegaraan, Dimas menghampiri Wawan.
" Kamu namanya siapa...? "
" Wawan Mas....."
Dimas mencondongkan tubuhnya ke Wawan dan bersuara lirih :
" Aku peringatkan ya... Jangan pernah kamu menatap Rini, mendekati Rini.
Dia milikku. "
" Maaf Mas, Wawan ngga merasa melihat kearah Mba Rini. "
" Jangan bohong kamu. "
Wawan menatap wajah Dimas.
" Kelihatan dari cara kamu melihatnya seperti itu. "
" Kamu itu anak baru. Harus patuh dan hormat ke seniormu. "
" Apa kamu tidak diajari etika dan sopan santun sama orang tuamu. Atau kalian adalah keluarga yang tidak punya etika. "
" Maksud Mas Dimas apa....? " Mata Wawan melotot.
" Kamu tidak terima...? "
" Kalo iya kenapa.... " menanggapi ucapan Dimas
" Jadi kamu nantang saya .....? " tatap Dimas nanar
" *Wawan ngga ingin cari masalah Mas. "
" Mas Dimas boleh menghina atau menghukum Wawan kalo memang terbukti salah."
" Tapi barusan Mas Dimas sudah menghina orang tua Wawan tidak memiliki etika. Kalo harus melawan orang terkuat di sekolah ini maka Wawan tidak pernah gentar sedikitpun. "
" Kalo Mas Dimas merasa ditantang ... maka benar Wawan menantang Mas Dimas*. "
" Kamu pikir Wawan takut.... " mata Wawan meradang..... Darahnya mendidih
" Kapan waktunya...? "
" Nanti sepulang sekolah tak tunggu di lapangan belakang. " Dimas
" Siap....."
" Jangan kabur kamu...!!! " ancam Dimas
" Tidak ada dalam kamus Wawan kata mundur." jawab Wawan cepat
****
Kantin sekolah
Kala Wawan dan kelompoknya memasuki kantin tanpa dikomando semua menatap mereka.
Banyak kasak kusuk berlalu lalang di telinganya.
" Anak baru sok jagoan. Tidak tahu siapa yang di tantangnya. " ujar salah satu anak cowok yang duduk di salah satu bangku kantin. Kemudian ditimpali salah satu temannya
"Habis pasti tu anak. Kalo mau cari musuh lihat-lihat."
"Juara karate sabuk hitam kok ditantang. " ditimpali lagi oleh kawannya.
" Gimana kalo kita taruhan siapa yang bakal menang....? "
disudut yang lain.....
" Sebenarnya mereka ribut apa sich... " group cewek-cewek pun juga ngerumpi.
" Rebutan Rini mungkin.....Kamu khan tahu anak itu penataran dibawah asuhan mereka. "
" Masak...? "
" Dimas tersaingi mungkin dengan ketampanan anak itu. "
" Betul...betul.....betul....."
" Beberapa kali aku dengar, Dimas sering dicuekin sama Rini. "
" Hei sekarang lihat, meskipun masih muda tapi ganteng juga lho... "
Tunjuk satu siswi ke arah Wawan dan diikuti dengan pandangan satu kantin yang menguping pembicaraan mereka saat Wawan memasuki area kantin.
" Gila... cakep amat.... Kamu tahu aja kalo ada barang bening gitu. "
" Inget umur woy.....senang kok sama berondong. "
Betapa riuhnya kantin saat itu.
Masih di tempat yang sama Rini dan Rina sedang bertukar pendapat.
" Dhek kamu tadi lihat ngga pas Eyang menghampiri anak baru itu. Siapa ya tadi namanya..?" Kata Rini dan dijawab dengan anggukan
" Wawan Mba... "
" Kamu tadi mendengar obrolan mereka ngga. " dijawab Rina dengan gelengan kepala
" Cuma tadi aku sempat kaget saat melihat yang berdiri di samping Wawan. "
" Pendapatku adalah anak itu bukan orang biasa dan punya latar belakang yang tidak seharusnya disinggung. Itu aja pendapatku. " kata Rina.
" Ganteng ya Dhek tapi sayang matanya mesum. " kata Rini lembut.
" Wah..... mbak ku kayaknya jatuh hati pada Pandangan pertama. "
Pipi Rini langsung memerah saat mendengar ucapan adiknya. "
" Sssttt.... jangan keras-keras. " pinta Rini
Kemudian keduanya tertarik dengan obrolan cewek-cewek yang asyik ngerumpi. Dan ikut melihat kearah semua pandangan mata tertuju.
Bagai selebritis yang melenggang diantara penggemar.
Bagi kaum Hawa Wawan bagaikan pangeran yang layak diperebutkan.
Bagi kaum Adam, Wawan adalah musuh yang harus disingkirkan karena mampu mengambil alih pandangan gebetan yang sedang diincar mereka.
" Keren kamu Wan, dalam waktu dua jam sudah punya penggemar. " kata Kartika di sebelah nya
"Sekaligus kamu punya musuh yang tidak sedikit. " Dwi melihat sekumpulan anak dimana mereka memandang dengan penuh kebencian.
" Mantap jiwa. " Anton menambahi
" ☹️☹️☹️☹️" Wawan memasang muka masam.
Setelah mendapat tempat duduk.
Kartika yang notabene cowok pendiam membuka pembicaraan.
" Wan, strategi mu apa....? " saat melihat temannya hanya memutar-mutar sedotan di gelas es tehnya.
" Apapun kehebatan lawan.... jangan beri kesempatan dia untuk bertindak lebih awal. "
" Kamu mau lapor ke guru kah...? " tanya Dwi
" Kalian sahabatku pasti lebih mengenal aku dibanding mereka bukan. "
dijawab anggukan secara bersamaan.
" Seperti yang lalu - lalu aja saat kita berantem di lapangan bola. " jawab Wawan
" Sikat langsung tanpa banyak ngomong...... " jawab Dwi, Wawan, Kartika dan Anton secara bersamaan kemudian mereka tertawa lepas.
" Ha ha ha ha .... "
Membayangkan sesuatu yang akan terjadi membuat adrenalin mereka meningkat.
Tawa dari Wawan cs seketika membuat seluruh kantin langsung sunyi.
Ada yang menganggap itu adalah cara Wawan cs menghibur diri.
Akan berbanding terbalik dengan kaum penjudi....melihat sikap percaya diri keempat anak itu,mereka segera merubah taruhan bahkan menggandakan jumlah taruhannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
MALIN KUNDANG [KEDURHAKAAN]�
ayo ayo ayo betepok betepok
2021-11-29
0
ayam receh
ouhh
2021-11-29
1