Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Cahaya matahari masuk melalui jendela menerangi wajah Wawan. Membuatnya terjaga dari tidurnya.
Dengan enggan Wawan bangkit dari tidurnya. Masih dengan mata terpejam tubuhnya menggeliat ke kanan dan ke kiri. Dia rentangkan tangannya keatas dan ke depan.
Saat membuka setengah matanya, Wawan merasakan sakit di bagian tengkuknya akibat dipukul semalam.
" Apa yang terjadi semalam....? " Wawan berusaha mengingat-ingat sambil tangannya mengusap tengkuknya yang sakit.
Pintu kamar dibuka dari luar.
" Klik... " Muncul wajah putih nan cantik menghampirinya. Rambut panjangnya diikat keatas membentuk ekor kuda yang selalu bergoyang-goyang seirama dengan gerak langkahnya.
Ditangannya membawa sebuah nampan berisi nasi berikut lauk dan teh hangat.
" Sudah bangun Ay... " tanya seseorang dengan lembut. Wajahnya tidak kelihatan akibat mata Wawan silau akan tetapi dia tahu siapa yang datang dari suaranya.
Ingatan nya segera kembali ke kejadian malam tadi. Wawan marah karena dia terlambat menyelamatkan sahabatnya. Andai dia tidak mengindahkan pegangan Rini pasti sahabatnya masih hidup.
" Kok bengong...." Kata Rini sambil meletakkan nampan tersebut diatas nakas.
" Hati-hati lho nanti bisa kesambet. " tambahnya.
Wawan masih tidak peduli dengan ucapan Rini
" Ay, Kamu marah ya... " Kata Rini lirih sambil menundukkan kepala.
" Kenapa kamu diam Ay....? "
" Ya sudah kalo begitu... Aku tinggal dulu ya. " Rini beranjak pergi
Sebelum Rini menutup pintu dia sempat mengatakan.
" Ay, kamu boleh marah sama aku tapi aku punya alasan sendiri. "
" Apa alasanmu.... " kata Wawan ketus
" Aku tidak ingin kehilangan kamu Ay. " Rini membalikkan badan
" Beberapa kali aku mimpi kejadian yang sama persis seperti semalam. Kamu duduk di sebelahku melihat adegan Wawan dan Dwi. "
" Entah kenapa kamu berdiri dan berlari ke arah Anton. Kamu mendorongnya hingga jatuh dan kamu tersambar petir. " kata Rini sambil meneteskan air mata.
" Aku terus berfikir bagaimana caranya mencegah andai hal itu terjadi. "
" *Ay.....tadinya aku beranggapan semua adalah mimpi belaka. Sampai pada titik dimana Anton dan Dwi membacakan puisi disitu aku tersadar bahwa semuanya sesuai dengan gambaran yang aku lihat dalam mimpi. "
" Satu-satunya cara untuk mencegah mu pergi adalah aku menciummu. " Wajah Rini bersemu merah saat mengucapkan kalimat terakhir*.
" Maafkan aku Ay.... Semua ku lakukan karena .... karena aku terlalu mencintaimu. " Rini menangis sambil menutup mukanya
" Sudah..... Sudah.... Semuanya sudah terjadi. "
Wawan menepuk-nepuk pundak Rini seketika Rini masuk ke dalam pelukan Wawan. Air mata nya membasahi bahu Wawan.
" Setan benar..... Pagi-pagi sudah berpelukan. "
Sebuah suara mengagetkan mereka berdua. Dari balik pintu muncul Dwi di ikuti Yanti, Kartika dan Rina.
" Kalo begini caranya sebentar lagi akan ada Wawan junior. " Kata Dwi
" Ngga mungkin.... Soalnya belum disunat dia.... " kata Dwi membuat mereka semua tertawa.
" Emang apa hubungannya antara sunat, Wawan junior dan berpelukan. " Kata Wawan
" Kamu masih anak-anak belum paham akan hal itu. " kata Kartika sok tahu
" Apa kamu paham.... " Kata Dwi
" Paham lah.... " jawab Kartika
" Kamu khan jomblo diantara kita. " jawab Dwi
Tertawa mereka makin keras sampai perut terasa kram
" Mentang-mentang baru jadian terus sombong gitu. " Kartika besungut-sungut.
Setelah suasana kembali tenang Wawan menanyakan khabar Anton
" Santai Wan, Anton termasuk nya manusia sakti. Kayaknya disambar sepuluh kali juga dia sanggup. "
" Kepalamu peyang. " Anton menampakkan batang hidungnya ke dalam
" Alhamdulillah Ya Allah. " Wawan bersyukur saat melihat sahabat nya masih baik-baik saja.
Kemudian Dwi menceritakan secara detail kejadian semalam saat Anton tersambar petir.
" Keadaan sangat kacau malam itu. Aula sangat gelap karena mati lampu, Wawan menggila dan memukul Pak Yono guru olah raga belum lagi Anton yang terbaring akibat sambaran petir."
" Entah siapa yang berinisiatif menenangkan dirimu terlebih dahulu sebelum menyelamatkan Anton. "
" Bersama-sama Anton dibawa masuk ke dalam dan dibaringkan di tempat tidur. Setelah di cek denyut nadi Anton masih ada dan hanya pingsan. " kata Dwi
" Akan tetapi seperti yang kamu lihat Wan...Anton kulitnya jadi gosong. "
" Bukan gosong dodol... Kulitku kebakar gara-gara waktu mancing kemarin kamu ngga sengaja menjatuhkan jerigen bensin di laut. "
" Tambah lagi ngga bawa baju lengan panjang "
" *Apes banget hari itu. "
Untung saja hari itu kita ada janjian untuk beli gelang* ya. " sela Wawan
" Betul Wan. "
" Untung Wawan minta tolong ke para nelayan di pantai untuk menemukan kita. Akhirnya kita bisa pulang. Nasibnya kulitku jadi gosong. "
Kamu memang sahabat terbaikku. " kata Anton mendekat dan merebut Wawan dari samping Rini dan memeluknya.
" Rasanya seperti memeluk Rina.... "
" Wanginya sama... "
" Dasar..... ternyata kalian berdua sama-sama mesum. " kata Rina jengkel
" Ha - ha - ha - ha.... "
*****
Ya Allah ijinkan persahabatan kami tetap langgeng sampai kami tua. Do'a yang dipanjatkan Wawan kepada Sang Penciptanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
ayam receh
yuhuu
2021-11-29
0