Kami menyusuri jalan kerumah sakit, tapi rasanya agak beda waktu yang kami tempuh rasanya sangat panjang. Padahal jaraknya cuman menempuh waktu 15 menit. Kalau tidak macet bisa mencapai 10 menit.
Tapi hari ini waktunya sangat lambat, seperti enggan untuk bergerak. Mungkin karena usaha ku hari ini sia sia. Kami melewati lorong yang panjang, dan sekarang kami berada tepat didepan pintu ruangan rawat ayah.
Kakiku rasanya enggan untuk memasuki ruangan itu. Karna pasti hanya akan melihat ayah terbaring dirumah sakit dan belum juga siuman. Tapi ku mencoba kuat agar bunda bisa tegar. Jika aku lemah didepan bunda siapa yang akan menegarkan bunda dalam kondisi seperti ini. Aku melangkah memasuki ruangan rawat ayah, membukanya perlahan dan tak lupa mengucap salam.
"Assalammualaikum" ucapku.
"Waalaikum salam" jawab bunda.
"Kamu dari mana ta, kok baru kesini?" sahut seseorang di belakangku, membawa beberapa makanan dan minuman.
Aku membalikkan badan kebelakang. mencari tau asal suara itu.
"Vero, kamu ngapain disini?" tanyaku.
"Iya ver, lo ngapain disini" tanya vivi dan leo bersamaan.
"Kamu tau dari mana kalau kita disini?" tanya ratih yang juga penasaran.
"Kalian tanyanya banyak amat dah, aku pusing jawab yang mana dulu?" ucapnya sambil menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.
"Pertanyaan aku dulu" jawabku.
"Ok, aku kesini itu nengokin ayah kamu" jawabnya santai.
"Iya ta, vero disini udah dari tadi katanya mau nengokin ayah".
"Ooo" jawabku singkat.
"Udah?? gitu doang??".
"Trus apaan??".
"Bilang makasih kek, basa basi kek".
"Pengen banget??" ledekku.
"Udah-udah kayak anjing ama kucing aja" ucap bunda yang membuatku berhenti berdebat dengan vero.
"Bundaaaaaa" kesalku.
Seketika vivi, leo dan ratih tertawa karna ledekan bunda.
"Awas ta,ntar jodoh loh" ucap ratih.
"Salah tih, bukan itu" sela vivi.
"Trus apa dong??" tanya ratih.
"Yang bener tu awas nanti jatuh cinta, kayak lagu armada yang lagi ngehits itu" jawab vivi dengan tawa yang tak henti.
"Nah bener tu" tuding leo.
"Udah selesai?, trus aja ledekin" ketusku.
"Maaf ta" ucap mereka memelas lalu tertawa lagi. Jelas saja membuatku kesal.
"Bund ayah belum sadar??" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Aku menyesal mengalihkan pertanyaan karna yang ku dapat hanya kesedihan.
"Belum ta" jawab bunda singkat.
*****
Aku memasang hedsed ditelingaku mendengarkan lagu. Dan sahabatku sudah pada pulang karna takut dicariin orang tuanya. Tapi yang bikin aku jengkel kenapa dia belum pulang juga. Vero malah duduk disampingku didekat kursi panjang. Dia terus menatapku, aku balas dengan pelototan tapi malah dibalas senyuman darinya.
"Nih orang waras apa gak si? dipelototin malah senyum dasar orang aneh" rutukku.
Aku kembali mendengarkan musik tanpa menghiraukannya. Jika aku ladenin pun aku yang bisa gak waras karna tingkahnya yang nyebelin itu.
Aku terbangun dari tidurku, melihat sekelilingku. Aku melihat bunda sudah pulas dengan tidurnya tapi tangannya masih menggenggam tangan ayah yang belum juga siuman. Aku tersenyum simpul melihat keharmonisan bunda dan ayah.
Tapi mendadak senyumku hilang karena orang menjengkelkan ini masih disini. Kenapa orang ini belum pulang juga si? ngapain juga dia disini? gak ada kepentingan juga.
Ide jahil terlintas dibenakku, aku mengambil spidol ditas kecilku yang tak pernah aku tinggal saat pergi kemanapun. Aku tersenyum melihat spidolku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Neli Allen
mau buat apa nata ya kira2
2022-05-13
2
Dewi Zahra
lanjut thour
2020-10-20
1
safawieyan
wahh dilukis yaa🤭
2020-10-18
2