"Apa gue jujur aja yang sebenarnya ke Aryasa kalau gue ini kembarannya?" Pertanyaan yang menjadi perdebatan di dalam hati dan pikiran Aruna.
Aryasa menatap Aruna lekat dengan kedua sudut bibirnya yang mengembang.
Aruna mengalihkan pandangannya. Jujur, setelah mendengar ucapan Aryasa yang menyatakan ia menyukai dirinya, membuat gadis itu benar-benar berharap lebih.
"Kenapa harus lo?" tanya Aruna dengan sorot mata yang berkaca-kaca.
"Apa?" tanya Aryasa bingung.
"Lo nggak boleh suka sama gue," ucap Aruna.
Aryasa melihat Aruna heran, bukan untuk pertama kalinya gadis itu berbicara kalau Aryasa tidak boleh menyukainya. "Nggak jelas lo jadi cewek, bilang nggak boleh suka terus."
"Lo yang nggak jelas. Siapa suruh suka sama gue," ucap Aruna sembari menepuk kening Aryasa pelan.
"Suka itu keinginan dari hati, bukan ada yang nyuruh. Siapa suruh lo bikin gue nyaman," balas Aryasa tak mau kalah.
"Lo nya aja yang baperan!"
Aryasa mendesis pelan, lalu bangkit dan berjalan ke motornya. "Ayo balik."
"Kemana?"
"Lo ngerti kata balik nggak sih? Kalau balik berarti ke apartemen, ya kali ke ragunan," oceh Aryasa.
Aruna menyeringai tak berdosa, ia segera bangkit dan menaiki motor Aryasa.
"Yas, gue boleh minta sesuatu nggak?"
"Apa?"
"Lo pulang ya."
"Lo nggak bolehin gue tinggal di apartemen lo lagi?"
"Bu- bukan gitu. Seberat apapun masalah lo, jangan pernah lari dan nyari tempat lain untuk pelampiasannya," ucap Aruna.
Aryasa menghela berat. "Iya nanti gue pulang."
*****
Sesampainya di apartemen Aruna, Aryasa segera mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang ke apartemennya.
"Yas, lo nggak marah kan karena gue minta lo pulang?" tanya Aruna hati-hati.
Aryasa tersenyum simpul, lalu mencium kening gadis yang tengah melihatnya dengan sedikit kekhawatiran. "Mana bisa gue marah sama lo."
Aruna menepuk kedua pipi Aryasa dengan lembut. "Jangan kebiasaan cium kening gue," gerutu Aruna.
"Kenapa?"
"Kalau nanti lo nggak bisa cium kening gue lagi, lo bakal ngerasa kehilangan banget karena udah terbiasa," ucap Aruna.
Aryasa memperhatikan Aruna dengan lekat. Wajah gadis itu nampak pucat, sangat terlihat jelas oleh Aryasa.
"Lo kenapa?" tanya Aryasa panik saat memegang tangan Aruna yang berkeringat dingin.
"Gue baik-baik aja kok," jawab Aruna.
"Beneran?"
"Iya, Yas."
"Ngga apa-apa gue tinggal sendiri?"
"Iya, Yas. Udah sana pulang."
"Aruna kamu kenapa?" tanya Aryasa panik saat melihat Aruna mengatur napasnya yang terengah-engah seraya memegang dadanya.
Gadis itu tersenyum sedikit dan menjauhkan tangannya dari dada, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
"Aku nggak apa-apa kok, aku cuma cape aja," jawab gadis itu.
"Aku nggak mau kamu kenapa-napa, apalagi kalau kamu sakit."
"Aku baik-baik aja."
"Aku bilang mama ya kalau kamu sakit."
"Ayas jangan. Nanti mama marahin aku lagi."
"Tapi kamu sakit Runa, aku nggak mau kamu kenapa-napa."
"Aku nggak apa-apa kok, Yas."
Tiba-tiba bayangan kecil Aryasa bersama kembarannya muncul. Entah kenapa hal itu membuatnya sangat ragu untuk meninggalkan gadis itu sendirian.
"Lo nggak lagi bohongin gue kan?"
Aruna tersenyum seraya menyubit pipi Aryasa. "Gue nggak apa-apa Yas."
"Yaudah kalau gitu gue balik ya. Lo hati-hati disini, kalau ada apa-apa langsung telpon gue." Terlihat dari sorot mata Aryasa, ia sangat khawatir dengan keadaan Aruna.
"Iya, sana pulang."
"Gue balik ya."
"Iya, Yas."
"Gue beneran balik nih."
"Bawel banget sih, sana pulang."
"Woy tengil! Gue beneran mau balik nih," ucap Aryasa seraya berjalan mundur ke arah pintu.
Aruna terkekeh saat melihat tingkah konyol Aryasa yang sangat berbeda dengan Aryasa yang ia kenal di sekolah. Pria itu nampak lembut, penyayang dan manis.
*****
Aryasa masuk dan menyalakan lampu di apartemennya. Langkah pria itu terhenti saat melihat kehadiran Bu Hanum.
"Selamat ulang tahun sayang," ucap Bu Hanum seraya menunjukkan kue ulang tahun yang sudah ia siapkan spesial untuk anak laki-lakinya itu.
"Lo harus bisa menghargai sesuatu yang orang lain kasih ke lo."
Aryasa mengingat kembali ucapan Aruna dan segera menghampiri Bu Hanum. "Makasih ma," ucap Aryasa dingin.
Bu Hanum tersenyum dan memeluk tubuh Aryasa erat.
"Mama sayang banget sama kamu, Yas," Bu Hanum menitikkan air matanya saat merasakan Aryasa yang membalas pelukannya.
Selang beberapa menit kemudian Aryasa melepaskan pelukannya dan melihat kue yang berada di atas meja makan.
"Mama nggak nyuruh aku tiup lilin?" tanya Aryasa masih dengan nada dinginnya.
Bu Hanum menghapus air matanya dan tersenyum. "Ayo kamu tiup lilin." Bu Hanum segera mengambil korek dan menyalakan lilin tersebut.
Setelah dua belas tahun lalu, akhirnya Aryasa kembali mau meniup lilin bersama Bu Hanum dan menerima kue pemberian dari sang Mama.
"Akhirnya kamu mau tiup lilin bareng mama, sayang."
"Aku ngelakuin ini bukan berarti aku maafin mama gitu aja. Aku cuma ngehargain pemberian mama."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
enn.aaa
hari ini aku udahh kasi 2 bunga ya thor, vote nya senin nanti yaaa
2022-06-16
1
enn.aaa
ditunggu up selanjutnyaaa
2022-06-16
1
enn.aaa
makasihh ya thor udah mau up
2022-06-16
1