Blazer

Laura, Ezlin dan Ansel menarik Aruna ke toilet. Ansel dan Ezlin melihat sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihat mereka membawa Aruna.

"Ngapain sih lo narik-narik tangan gue?" ucap Aruna seraya melepaskan tangannya dari Laura.

Laura mendorong tubuh Aruna hingga tubuh gadis itu terhempas ke dinding.

"Nggak usah caper lo ya!" ucap Laura.

"Caper? Maksudnya?" tanya Aruna.

"Nggak usah kegatelan dekat-dekat sama Aryasa!"

Aruna membalas dorongan Laura. Ia pun tak ingin kalah dari gadis itu. "Kalau Lo nggak mau lihat gue dekat-dekat sama Aryasa, lo silahkan ngomong langsung sama dia. Gue juga nggak mau dekat sama dia," ucap Aruna.

"Nggak usah munafik lo ya!"

"Ezlin, ambil tuh ember," suruh Laura.

Ezlin menurut, ia pun mengambil ember berisi air bekas kain pel.

Pyurrr!

Aruna hanya terdiam saat air tersebut membasahi tubuhnya.

"Ayo guys, cabut," ucap Laura pada Ezlin dan Ansel.

Laura, Ezlin dan Ansel tersenyum puas meninggalkan Aruna yang basah kuyup.

Aruna perlahan membawa langkah kakinya keluar dari toilet. Ia merasa malu, kini tubuhnya basah dan bau karena air bekas pel tersebut.

Satria yang melihat Aruna tampak kalut langsung menghampiri gadis itu.

"Lo kenapa? Siapa yang bikin lo gini? Aryasa?" tanya Satria dengan raut wajahnya yang khawatir.

Aruna menggeleng pelan.

"Lo harus ganti baju," ucap Satria.

Aruna hanya diam seraya menatap Satria dengan lekat.

Satria membuka blazernya, lalu memakainya ke Aruna. "Di loker ada kemeja putih gue, lo mau pakai?" tanya Satria.

"Boleh?" tanya Aruna.

Satria tersenyum. "Bolehlah. Ayo gue anterin ke loker. Nanti lo ganti baju di ruang ganti."

*****

Kedua sudut bibir Satria mengembang saat melihat Aruna keluar dari ruang ganti.

"Agak gede ya bajunya?" tanya Satria seraya menahan tawa saat melihat Aruna memakai seragamnya.

"Kayak orang-orangan sawah ngga sih?" tanya Aruna malu.

"Nggak kok. Gede sedikit aja bajunya," ucap Satria terkekeh pelan.

"Untung rok gue cuma basah sedikit, nggak kebayang kalau basah kuyup, gue pakai apaan," ucap Aruna menyeringai.

"Pakai kardus," goda Satria.

"Ohiya Sat, kalau blazer lo gue pakai, nanti lo gimana?" tanya Aruna.

"Santai aja. Pakai kemeja putih doang lebih keren," ucap Satria seraya menggulung lengan kemejanya hingga siku.

"Makasih ya. Maaf gue jadi ngerepotin lo," ucap Aruna merasa tidak enak.

"Gue sama sekali nggak ngerasa direpotin kok." Satria tersenyum dengan tulus.

"Lo tenang aja besok seragam lo gue balikin dalam keadaan bersih dan wangi."

Satria tersenyum. "Iya. Yaudah lo ke kelas sana," ucap Satria.

"Oke. Sekali lagi makasih ya."

"Aruna, tunggu."

"Kenapa?"

"Lo mau nggak nanti pulang bareng gue?" tanya Satria ragu.

Aruna terdiam sejenak. Ia mencoba memikirkan dampak yang akan terjadi jika ia menerima ajakan Satria.

"Gimana, lo mau kan?"  tanya Satria.

"Hm.. yaudah deh," jawab Aruna terpaksa.

"Oke. Nanti gue tunggu depan gerbang ya."

*****

"Blazer lo kemana?" tanya Nio ketika melihat sosok Satria tanpa mengenakan blazer.

"Dijual," jawab Satria asal.

Laura, Ezlin dan Ansel melihat ke arah Satria, lalu berbisik. "Tumben banget Satria nggak pakai blazer. Biasanya Satria paling rapi diantara anggota warrior yang lain," bisik Ezlin.

"Ya ampun Satria pakai kemeja putih cute banget sih," ucap Ansel kagum.

*****

Jam pelajaran telah usai. Satria buru-buru memasukkan bukunya ke dalam tas lalu bangkit. "Gue duluan ya," ucap Satria seraya menggendong tas berwarna hitam miliknya.

"Biasanya Satria paling anti kalau nggak pakai blazer, tapi hari ini dia nggak pakai, dan sekarang juga pulang buru-buru. Aneh banget," ucap Qausar.

"Tuh anak lagi kenapa sih? Hari ini aneh banget," ucap Nio heran.

"Biarin aja, mungkin lagi ada sesuatu," ucap Aryasa dingin.

Laura menghampiri Aryasa dengan senyum yang terlukis di wajah cantiknya.

Melihat Laura yang mendekat, Aryasa memundurkan beberapa langkahnya.

Laura mendesis pelan. "Ih, lo kenapa sih nggak mau dekat-dekat gue? Gue nggak haram kok," ucap Laura.

"Minggir, gue mau pulang," ucap Aryasa dengan raut wajah datar.

"Ayo kita pulang bareng," ucap Laura.

"Minggir, gue mau pulang!" ucap Aryasa penuh penekanan.

Laura terpaksa minggir dan membiarkan Aryasa, Nio dan Qausar berjalan melewatinya.

Senyum dibibir Laura kini berubah menjadi bibir yang maju beberapa sentimeter. "Ih! Giliran sama tuh anak baru Aryasa dekat banget, giliran ke gue dingin banget!"

"Kalau kata mama gue, cowok kalau lembut ke satu cewek, dan dingin ke cewek lain, berarti dia suka sama cewek yang dilembutin itu," ucap Ansel tak berdosa.

"Maksud lo Aryasa suka sama tuh anak baru? Terus Aryasa nggak suka sama gue? Gitu maksud lo?" ucap Laura dengan emosi yang meledak-ledak.

"Mungkin. Kita nggak ada yang tau isi hati seseorang," ucap Ansel enteng.

"Ih, Ansel!!"

*****

Tin.!

Suara klakson berbunyi pelan. Seseorang dengan motor sport berhenti tepat di depan Aruna. Orang tersebut membuka helmnya. "Ayo," ajaknya.

Aruna tersenyum, lalu menaiki motor Satria.

Beberapa menit diperjalanan  terjadi keheningan diantara mereka berdua, hingga akhirnya Satria membuka suara lebih dulu. "Lo jangan diam aja, gue kan nggak tau rumah lo dimana," ucap Satria membuka pembicaraan.

"Oh iya lupa bilang, gue tinggal di Way apartemen," ucap Aruna.

"Oke siap mengantar tuan putri ke apartemen," ucap Satria terkekeh pelan.

*****

Mereka berdua tiba di apartemen Aruna, gadis itu mengajak Satria untuk mampir ke apartemennya.

Memasuki apartemen, Aruna menyalakan lampu dan langsung mengambilkan air mineral untuk Satria.

"Lo tinggal sendiri?" tanya Satria melihat suasana apartemen Aruna yang nampak sepi.

"Untuk sementara," jawab Aruna.

Satria duduk di sofa berwarna latte, namun pandangannya fokus pada sebuah foto anak laki-laki dan perempuan yang berada tidak jauh darinya.

"Gue kayak pernah lihat foto ini, tapi dimana ya?" ucap batin Satria seraya mengingat-ingat.

"Lo dua bersaudara?" tanya Satria.

"Iya, itu kakak gue. Dia lahir lima menit lebih awal dari gue," jawab Aruna.

"Lima menit? Lo kembar?"

"Iya, gue kembar nggak identik."

"Nama kakak lo siapa?" tanya Satria.

"Namanya.."

Dring! Dring!

Suara telepon berbunyi, Aruna pun bangkit untuk mengangkat telepon tersebut.

"Tunggu sebentar ya," ucap Aruna.

Selang beberapa menit kemudian Aruna kembali menghampiri Satria, namun kakinya tidak sengaja menyandung kaki meja.

Dengan sigap Satria menarik tangan Aruna dan membuat Aruna tanpa sengaja mencium pipi kanan Satria.

Kedua mata Satria membulat saat bibir Aruna mendarat tepat dipipinya.

"Maaf gue nggak sengaja," ucap Aruna seraya memalingkan wajahnya dari Satria.

"Gu- gue yang harusnya minta maaf, nggak seharusnya tadi gue narik tangan lo," ucap Satria grogi.

Untuk beberapa menit terjadi keheningan diantara keduanya, hanya bunyi jarum jam yang terdengar.

Satria melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah sore, gue balik dulu ya," ucapnya.

"Iya, hati-hati ya," ucap Aruna.

"Insiden tadi, gue minta maaf ya, gue benar-benar nggak sengaja," tambah gadis itu.

Satria tersenyum. "Iya nggak apa-apa. Yaudah gue balik ya," ucapnya seraya bangkit.

Satria berjalan keluar dari apartemen Aruna, ia bisa merasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat. "Kok gue jadi deg-degan gini ya?"

...*****...

...To be continued...

...Jangan lupa untuk meninggalkan jejak setelah membaca ❤️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!