Aryasa dan teman-temannya masuk ke dalam kelas. Beberapa hadiah nampak berserakan di atas meja mereka.
Aryasa mengambil tempat sampah, lalu membuang seluruh hadiah yang berada di atas mejanya.
Berbeda dengan Aryasa, justru Nio dan Qausar sangat excited untuk melihat isi hadiah tersebut. Qausar membuka sebuah kotak berwarna merah muda berukuran sedang. Kedua sudut bibirnya terangkat lebar ketika melihat isi hadiah tersebut. "Lumayan buat si mba," ucapnya seraya menunjukkan satu buah parfum pada Nio.
"Otak lo si mba terus!" gerutu Nio.
"Emang kenapa? Mba udah baik sama gue, dari kecil si mba ngurusin gue. Apa salahnya kalau gue bersikap baik sama mba," ucap Qausar ketika otaknya sedang berfungsi dengan semestinya.
"Mba pasti bangga sama lo," ucap Satria.
Laura kembali mendekati Aryasa. Gadis ini sangat pantang menyerah untuk mendekati Aryasa, padahal pria itu tidak pernah memberikan respon yang baik padanya.
"Nanti istirahat makan bareng yuk," ucap Laura.
Aryasa menghela napasnya, lalu mengambil earphone dan memasangnya di telinganya. Tak lupa juga ia merubah posisinya untuk membelakangi Laura.
"Tahan Laura, lo nggak boleh nyerah buat ngeluluhin si manusia kulkas dua pintu ini," ucap Laura dalam hati.
Nio menepuk bahu Laura pelan. "Lo nggak cape ngedeketin Aryasa terus? Gue yang ngeliatnya aja udah bosen. Udah dari kelas X lo ngejar dia terus," goda Nio.
"Diam lo!" ucap Laura.
"Dih, ngegas." sahut Qausar.
"Udah udah, itu urusan Laura, kita nggak usah ikut campur," ucap Satria.
"Ah nggak asik, hidup lo lurus doang, Sat," ucap Qausar.
"Satria! Jangan panggil ujungnya doang," ucap Satria.
"Iya, Sat," goda Qausar.
Satria melihat Qausar dengan tatapan membunuh. "Iya Satria," ucap Qausar penuh penekanan.
*****
Kring.. kring..
Warrior berkumpul di kantin. Dimana ada warrior, maka disitulah ada Laura dan teman-temannya.
"Dimana ada lo, pasti ada Laura, heran banget gue sama tuh cewek, kayak nggak bisa jauh-jauh dari lo," ucap Nio pada Aryasa.
"Biarin."
Nio melihat Aryasa yang merespon ucapannya dengan singkat. "Sabar gue punya teman kayak lo," gerutunya.
Seorang gadis berjalan memasuki kantin. Gadis itu membuat pandangan Aryasa mengarah padanya. Tidak hanya Aryasa, tapi beberapa murid yang berada di kantin.
"Cewek yang tadi nabrak lo tuh," ucap Qausar.
"Itu kan cewek yang nabrak Aryasa tadi. Harus gue kasih pelajaran," ucap batin Laura.
Laura bangkit seraya membawa satu gelas es teh miliknya. Ia berjalan mendekati gadis itu. Lalu berpura-pura terjatuh.
Pyur!
Es teh Laura mengenai tubuh gadis itu, membuat seragam gadis itu basah.
"Aduh maaf ya, nggak sengaja," ucap Laura pura-pura.
"Iya nggak apa-apa kok," sahut gadis itu dengan lembut sembari membersihkan seragamnya.
Satria menggelengkan kepalanya pelan. Ia sudah hapal betul dengan sikap Laura, pasti gadis itu sengaja melakukannya untuk mengerjai gadis itu.
Satria bangkit. "Mau kemana lo?" tanya Qausar ketika melihat Satria ingin melangkahkan kakinya.
"Ke toilet. Mau ikut?"
"Cuih, nggak lah. Mau ngapain? Saling lihat?"
"Ya kali aja lo pengen nganterin gue."
"Najis."
Satria berjalan keluar kantin mengikuti gadis itu. "Hey!" panggil Satria sedikit keras.
Gadis itu menoleh.
Satria berlari kecil menghampiri gadis itu. "Lo nggak apa-apa kan?" tanyanya sedikit canggung.
"Lo nanya gini karena lihat gue kena es teh?" tanya gadis itu.
Satria mengangguk.
Kedua sudut bibir gadis itu mengembang. "Nggak apa-apa, cuma kena es teh doang, lagi pula dia nggak sengaja," tambah gadis itu.
"Laura sengaja ngelakuin itu, karena dia nggak suka lihat perlakuan Aryasa ke lo tadi pagi," ucap Satria.
"Aryasa?" ucap batin gadis itu.
"Lo harus hati-hati ya di sekolah ini, hari pertama lo di sekolah ini udah nggak baik," ucap Satria.
Gadis itu tersenyum. "Iya, makasih ya udah ngasih tau gue," ucapnya.
"Kenalin, Satria. Anak kelas XII IPA I," ucap Satria seraya menyodorkan tangannya pada gadis itu.
Gadis itu membalas sodoran tangan Satria dengan hangat. "Aruna. Salam kenal ya," ucap gadis itu.
"Gue harap lo nggak berurusan sama Aryasa dan Laura ya," ucap Satria.
"Tapi lo tenang aja, kalau lo butuh bantuan sesuatu bilang aja ke gue, gue siap bantu lo," tambah Satria.
"Oke. Makasih ya lo orang pertama yang baik sama gue," ucap Aruna terkekeh pelan.
"Gue ke kelas duluan ya, Bye."
"Bye."
Aruna berjalan meninggalkan Satria. Mendengar ucapan Satria, membuat Aruna berpikir, terutama saat Satria menyebutkan nama Aryasa. Apa Aryasa yang dimaksud adalah Aryasa kembarannya yang sudah lama terpisah. Tapi, tidak mungkin di dunia seluas ini hanya ada satu nama Aryasa. Tidak menutup kemungkinan juga kalau Aryasa benar-benar kembarannya. Tapi apa mungkin Aryasa masih mengingatnya? Sial! Pikiran ini jadi menambah beban pikiran Aruna.
*****
Aryasa menyandarkan tubuhnya dipinggir tangga dengan kedua tangan ia masukan ke dalam saku celana.
Aryasa menunggu kehadiran seseorang yang sedari tadi belum melewati tangga tersebut.
Langkah kaki Aruna terhenti sejenak saat melihat Warrior berjejer dipinggir tangga. "Permisi," ucap Aruna dengan kepala menunduk.
Tiba-tiba Aryasa menarik tangan Aruna.
"Apa?" tanya Aruna
"Lo masih bisa nanya?" tanya Aryasa balik dengan dingin.
"Masalah tadi pagi? Gara-gara gue nabrak lo? Gue nggak sengaja, gue kan udah minta maaf," ucap Aruna.
Aryasa tersenyum miring. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Aruna. "Nggak se-gampang itu."
Aruna menjauhkan wajahnya dari Aryasa. Ia tidak ingin menanggapi pria itu terus. Ia lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya. "Bodoamat. Gue udah minta maaf. Dimaafin atau nggak itu terserah lo."
"Pilihan lo cuma dua. Jadi pembantu gue selama satu minggu, atau lo nggak akan tenang di sekolah ini," ucap Aryasa lantang.
Aruna menghentikan langkahnya, lalu menoleh. "Lo pikir lo siapa ngancam gue?"
Aryasa memberikan kode pada Nio dan Qausar untuk melakukan sesuatu pada Aruna.
Nio dan Qausar mengangguk mengerti. Kedua pria itu langsung menyudutkan Aruna ke dinding.
"Lo jangan kasar ke dia," ucap Satria.
"Lo diam!" bentak Aryasa pada Satria.
Aryasa menghampiri Aruna seraya melihat gadis itu dengan tajam. "Pilihan lo cuma dua. Jadi pembantu gue selama satu minggu, atau lo nggak akan tenang di sekolah ini!" tegas Aryasa.
"Gue tunggu jawaban lo besok pagi," tambah Aryasa.
"Ayo guys, cabut," ucap Aryasa pada teman-temannya.
Aryasa, Nio dan Qausar berjalan meninggalkan Aruna yang masih mengatur napasnya yang terengah-engah karena perlakuan Nio dan Qausar padanya.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Satria.
"Gu- gue baik-baik aja," jawab Aruna terbata-bata.
"Satria ayo," ucap Nio.
Satria mengelus pundak Aruna dengan pelan. "Gue balik duluan ya," pamitnya.
Aruna melihat punggung Aryasa yang perlahan menjauh. Muncul lagi di dalam pikirannya apakah benar kalau Aryasa yang ia temui saat ini adalah Aryasa kembarannya? Atau hanya mempunyai nama yang sama?
"Aryasa nggak mungkin se-kasar ini sama cewek. Apa dia benar-benar Aryasa kakak gue?" ucap batin Aruna.
...*****...
...To be continued...
...Jangan lupa untuk meninggalkan jejak setelah membaca ❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments