Penyemangat

Suara sorakan dari para murid terdengar keras saat pertandingan basket dimulai.

Pertandingan XII IPA I melawan XII IPS II menjadi sangat heboh karena adanya Aryasa dan Axel yang menjadi ketua dimasing-masing tim.

"Yas, muka lo semangat kek," gerutu Qausar saat melihat Aryasa yang nampak malas bermain.

"Bodo."

"Malu kalau kalah," tambah Qausar.

"Bodo."

Aryasa hanya ikut berlari kesana-kemari, namun enggan untuk merebut bola dari lawan, sedangkan poinnya tertinggal cukup jauh.

"Semangat Aryasa," teriak Laura heboh.

Ezlin melihat sekelilingnya, ia mencari keberadaan Aruna, namun gadis itu sepertinya tidak menonton pertandingan tersebut.

"Gue ke toilet dulu ya," ucap Ezlin.

"Lo sekarang hobi ke toilet terus," ucap Ansel.

"Udah nggak tahan," ucap Ezlin berbohong.

"Yaudah sana."

Ezlin bergegas menuju kelas Aruna. Ia yakin sedari tadi Aryasa malas bermain karena gadis itu tidak terlihat menonton pertandingan tersebut.

"Ikut ke lapangan yuk," ucap Ezlin saat berada di depan kelas XII IPA III dengan napas yang terengah-engah.

Aruna dan Lula yang berada di dalam kelas nampak terkejut dengan kehadiran Ezlin yang tiba-tiba.

"Lo ngajak siapa?" tanya Lula.

"Lo berdua," jawab Ezlin seraya mengatur napasnya.

"Ngapain?" tanya Aruna.

"Aryasa tanding lawan Axel," jawab Ezlin.

"Kalau Aryasa tanding sama Axel, terus hubungannya sama kita apa?" tanya Lula lagi.

"Nggak ada hubungannya sama lo, tapi sama teman lo ada. Kalau teman lo nggak ke lapangan sekarang, Aryasa bisa kalah," jelas Ezlin.

Mengingat perkelahian Aryasa dengan Axel beberapa waktu lalu, membuat Aruna harus bergegas ke lapangan sekarang. Ia tidak bisa membiarkan Aryasa kalah dengan Axel.

"Gue ngapain disana?" tanya Aruna.

"Lo cukup panggil nama Aryasa dan kasih semangat sampai dia notice keberadaan lo, karena gue yakin lo bakal bikin Aryasa semangat tandingannya," jelas Ezlin.

Aruna mengangguk mengerti. Ia segera bangkit dan menarik tangan Lula untuk ikut dengannya ke lapangan sekarang.

*****

Axel semakin merasa terbang di awan saat melihat poinnya yang lebih unggul dari kelas XII IPA I.

"Kirain suhu, ternyata cupu," ledek Axel seraya membalikkan ibu jarinya ke bawah.

"Aryasa semangat!" teriak Aruna.

Aryasa menoleh ke arah suara. Ia sangat hapal dengan pemilik suara tersebut.

Kedua sudut bibirnya Aryasa mengembang saat melihat gadis yang sedari tadi ia cari.

Aryasa segera berlari dan merebut bola dari Axel.

Bum!

Aryasa melempar bola ke arah ring dan masuk melewati ring. Aryasa memutar tubuhnya seraya tersenyum pada Aruna yang berada di pinggir lapangan.

Laura melihat ke arah Aruna sinis. "Tuh cewek nggak ada kapoknya dekatin Aryasa terus," decak Laura.

Ezlin tiba-tiba datang seolah dari toilet. "Wah udah nambah poin ya kelas kita?" tanyanya.

"Udah, Aryasa jadi semangat mainnya," jawab Ansel.

"Kok bisa?" tanya Ezlin pura-pura.

"Kayaknya gara-gara tuh cewek deh?" Ansel menunjuk ke arah Aruna yang berada di sudut lapangan yang berbeda.

*****

Prit....!

Bertanding dimenangkan oleh kelas XII IPA I. Sorakan kemenangan terdengar sangat gembira.

Axel dan teman-temannya berjalan meninggalkan lapangan, ia merasa kesal dengan Aryasa yang berhasil mengajar poinnya yang tertinggal jauh.

"Menang!"

"Uhuyyy menang!"

"Nah gitu dong mainnya semangat," ucap Qausar seraya merangkul Aryasa.

Aryasa melepaskan tangan Qausar dari bahunya. Ia berlari kecil menghampiri Aruna yang masih berada dipinggir lapangan.

Langkah Aryasa mendidik terhenti saat Laura menghampirinya.

"Nih buat lo," Laura memberikan air mineral dingin pada Aryasa.

Aryasa menghela berat, lalu berjalan melewati Laura dan teman-temannya. "Gue udah dibawain minum sama si tengil," ucap Aryasa seraya seraya mengambil air mineral dari tangan Aruna.

"Lama-lama lihat si tengil sama Aryasa berasa kayak orang pacaran ya," ucap Qausar.

"Aryasa mana mau sama si tengil?" sahut Nio.

Laura mendesis. Bagaimana bisa Aryasa menolak minumannya dan malah memilih minuman dari gadis yang sering ia panggil tengil itu.

Nio merebut minuman dari tangan Laura lalu meneguknya sampai habis. "Mantap," ucapnya seraya mengembalikan botol kosong pada Laura.

"Ih! Kok diminum sih! Ini tuh buat Aryasa," decak Laura.

"Aryasa nggak butuh air lo," jawab Nio.

Aruna melihat wajah Ezlin yang memberi kode Aruna untuk pergi dari lapangan. "Gue ke kelas duluan ya," pamitnya pada Aryasa.

Aryasa memegang erat pergelangan tangan Aruna, mencegah gadis itu. "Ngapain sih buru-buru?" tanyanya dingin.

"Pengen balik ke kelas aja," jawab Aruna.

"Ya udah ayo," Aryasa menarik tangan Aruna, mengantarkan gadis itu ke kelasnya.

Melihat Aruna dan Aryasa yang meninggalkannya, Lula hanya mengangga.  "Kok jadi gue yang ditinggal?"

"Ayo gue antar ke kelas," Nio menggandeng tangan Lula dan mengajak gadis itu untuk meninggalkan lapangan.

"Kok pada berduaan? Terus gue sama siapa?" tanya Qausar pada Satria yang tengah melihat teman-temannya bergandengan.

"Gue sama lo aja ya?" tambah Qausar.

"Najis!"

*****

Aryasa, Satria, Nio dan Qausar berkumpul di apartemen Aryasa setelah pulang sekolah.

Aryasa dan Satria asyik bermain play station, sedangkan Nio dan Qausar asyik menghabiskan makanan yang disediakan oleh Aryasa.

"Yas, akhir-akhir ini lo kalau berangkat atau pulang sekolah nggak pernah bareng kita," ucap Qausar sembari menyantap kentang goreng yang berada dihadapannya.

"Iya benar tuh, lo juga bawa mobil terus," timpal Nio.

Aryasa menghela napasnya, lalu menceritakan alasan yang sebenarnya.

"Gue merasa nggak enak karena beberapa waktu lalu gue bikin si tengil dalam bahaya dan gue pikir juga dia pasti masih takut naik motor, jadi gue mutusin untuk antar jemput dia pakai mobil," jelas Aryasa.

"Bahaya? Maksudnya?" tanya Qausar.

"Jangan-jangan pelipis mata si tengil luka itu gara-gara lo?" Satria membuka suara setelah beberapa menit lalu hanya menjadi pendengar yang baik.

Aryasa mengangguk.

"Emang harus banget lo antar jemput si tengil?" tanya Nio.

Qausar mencolek kaki Nio seraya memberikan kode bahwa pertanyaan Nio sangat salah.

"Ngapain sih colek-colek gue? Genit banget," ucap Nio ketus.

"Najis! Gue masih normal!"

"Apa sebenarnya lo suka sama si tengil? Jawab dong" desak Nio pada Aryasa.

Qausar dan Satria melihat Aryasa lekat. Namun Aryasa hanya tersenyum simpul.

"Pengen tau banget lo?" goda Aryasa.

"Bangsat!" decak Nio seraya melemparkan remote kearah Aryasa.

*****

To be continued

Jangan lupa untuk meninggalkan vote dan komen ya setelah membaca ❤️

Terpopuler

Comments

enn.aaa

enn.aaa

ceritanya seruu bgt thorr

2022-05-07

1

enn.aaa

enn.aaa

mangatt yukk

2022-05-07

1

enn.aaa

enn.aaa

aku udh kasih bunga jg lho thorr

2022-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!