Aryasa dan Aruna bersiap untuk berangkat sekolah. Aruna menghampiri Aryasa dan merapikan dasi pria itu yang nampak miring. "Kalau kayak gini kan rapi," ucapnya seraya menarik ujung dasi Aryasa dan merapikan seragamnya.
Aryasa tak berkedip sedikitpun saat melihat wajah Aruna yang sangat dekat dengannya. Ia memperhatikan wajah gadis itu mulai dari mata hingga bibir, gadis itu sangat cantik.
Aruna menoleh, ia melihat kalender yang menunjukkan tanggal 6 Desember, hari ulang tahunnya dengan Aryasa.
Dring.. Dring...
Ponsel Aruna berbunyi, dengan cepat gadis itu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.
"Selamat ulang tahun sayang, maaf ya hari ini papa belum bisa pulang, papa janji akan kasih hadiah ke kamu," ucap Pak Damar dari seberang.
"Makasih papa, semangat ya kerjanya. Aku tunggu hadiahnya," jawab Aruna.
"Siap sayang. Papa berangkat meeting dulu ya, kamu hati-hati berangkat sekolahnya."
"Siap, pa."
Aruna mengakhiri panggilan tersebut dan memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia menoleh ke Aryasa yang berada tak jauh darinya, "Selamat ulang tahun, Yas," ucapnya dalam hati.
*****
Dekorasi ulang tahun serta kue sudah siap di kelas XII IPA I. Laura nampak sibuk mempersiapkan semuanya. Ia rela datang dan mendekorasi semuanya sejak pukul 05.30 hanya demi merayakan ulang tahun Aryasa.
Nio hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat kelasnya penuh dengan balon warna-warni.
"Gue yakin Aryasa pasti ngamuk kalau lihat ini," ucap Qausar.
"Pasti," sahut Satria.
"Apa-apaan nih?" tanya seseorang dengan nada dingin.
Semua mata tertuju pada orang tersebut, yang tak lain adalah Aryasa.
"Happy birthday," ucap Laura dengan ceria.
Aryasa melihat Laura dengan tatapan dingin, membuat senyum di bibir gadis itu sedikit memudar. "Norak lo!"
"Tuh kan benar dugaan gue," ucap Qausar.
"Bukan dugaan lagi, emang ini udah terjadi dua tahun berturut-turut," sahut Nio.
"Nggak ada kapoknya Laura bikin kayak gini buat Aryasa," ucap Satria yang merasa miris dengan Laura.
"Aryasa, mau kemana?" Laura berlari kecil mengejar Aryasa yang berjalan ke luar kelas.
Laura menahan tangan Aryasa agar pria itu tidak pergi dan menerima suprise yang sudah ia siapkan. Laura benar-benar berharap bahwa kali ini Aryasa dapat tiup lilin bersamanya.
"Lepas njing!" Aryasa menepis tangan Laura kasar dan berjalan meninggalkan Laura dan beberapa murid lain yang menyaksikan kejadian tersebut.
Ucapan Aryasa mampu membuat Laura terdiam seribu bahasa sembari melihat punggung Aryasa yang perlahan menjauh.
Aryasa mengambil ponselnya dari saku, lalu mengirim pesan singkat pada gadis yang biasa ia panggil tengil.
Gue tunggu di parkiran sekarang
Melihat pesan singkat dari Aryasa, Aruna segera berlari menuju ke parkiran untuk menemui pria itu. Bahkan ia tidak menaruh tasnya terlebih dahulu.
Sebelum ke parkiran, Aruna melewati kelas Aryasa yang nampak ramai karena beberapa murid berbincang karena sikap Aryasa tadi.
"Kalau gue jadi Aryasa pasti senang banget karena udah di kasih surprise," ucap salah satu murid yang berada di depan kelas.
Aruna mempercepat langkahnya untuk sampai ke parkiran.
"Gue mau bolos hari ini," ucap Aryasa ketika melihat Aruna sudah berada di depannya.
"Kenapa?" tanya Aruna dengan napas yang terengah-engah.
"Hari ini nggak asik," jawab pria itu seraya memakai helm full face miliknya.
Tidak ingin Aryasa melakukan hal yang buruk, Aruna segera mendekati pria itu dan naik ke motornya. "Gue ikut," ucapnya.
Aryasa tersenyum, walaupun tidak terlihat karena tertutup helm. Ia langsung menyalakan mesin motornya dan mengendarai dengan kecepatan sedang.
*****
Aryasa menghentikan motornya dipinggir jembatan. Pria itu sedikit melihat ke bawah, lalu menarik napasnya panjang.
"Kalau gue mati kira-kira ada yang sedih nggak ya?"
Aruna menoleh saat mendengar ucapan Aryasa yang melantur. Raut wajah Aryasa nampak sangat serius, bahkan Aryasa tak henti melihat ke bawah jembatan.
Aryasa menunduk, entah kenapa hari ini dirinya merasa sangat kacau. "Hari ini gue ulang tahun, tapi gue benci hari ini."
Aruna terdiam seraya melihat Aryasa, perlahan tangannya mengangkat dagu pria itu. Terlihat jelas sorot mata Aryasa berkaca-kaca, tapi ia menahan untuk tidak menangis.
Aruna memeluk Aryasa seraya mengelus punggung pria itu dengan lembut. "Hari ini hari ulang tahun lo, jadi gue akan bikin hari ini benar-benar spesial," ucap Aruna tersenyum.
"Ayo, ke taman," ucapnya seraya melepaskan pelukannya.
"Sekarang?"
"Ih! Banyak tanya. Cepetan!"
Aryasa menurut. Ia segera menyalakan mesin motornya dan menancap gas ke tempat yang Aruna pinta.
*****
"Lo tunggu sini ya," Aruna menyuruh Aryasa untuk duduk disebuah kursi panjang yang berada di taman.
"Lo mau kemana?"
"Beli sesuatu sebentar."
"Perlu gue temenin?"
"Nggak usah. Lo disini aja."
"Hm. Oke."
Aruna bergegas menuju toko kue yang ia lihat berada tidak jauh dari taman. Ia berinisiatif untuk merayakan ulang tahunnya bersama Aryasa tanpa sepengetahuan pria itu.
Kurang lebih sudah lima belas menit Aryasa menunggu, tapi gadis itu tidak kunjung datang. Aryasa berdiri, melihat sekelilingnya, gadis itu tidak menunjukkan wujudnya sedikitpun. "Si tengil kemana sih?"
"Selamat ulang tahun, Yas."
Aryasa terdiam, melihat Aruna tersenyum sembari membawa kue ulang tahun berukuran kecil ditangannya.
"Tiup dulu lilinnya," ucap Aruna.
Aryasa masih terdiam, tidak memberikan respon apapun.
"Tiup dulu, meleleh ini lama-lama."
"Sebelum ditiup, berdoa dulu," ucap Aruna.
Aryasa masih mematung.
Aruna menghela napasnya dan mendekati pria itu. "Yeh malah bengong, cepat tiup."
Aryasa memejamkan matanya dan menarik napasnya dalam. Menyebutkan beberapa doa di dalam hatinya, lalu meniup lilin itu tanpa satu kata pun.
"Maaf ya kuenya kecil," Aruna terkekeh pelan.
Kedua sudut bibir Aryasa mengembang. Tangannya mengacak-acak pucuk rambut gadis dihadapannya gemas. "Makasih ya. Lo udah bikin hari ulang tahun gue di tahun ini berbeda."
"Gue senang bisa ngerayain ulang tahun bareng lo, Yas," ucap Aruna dalam hatinya.
Aryasa dan Aruna saling menatap satu sama lain. Mereka bergerak mulai mendekat. Namun Aryasa segera memalingkan pandangannya dari Aruna saat seragamnya menyentuh kue yang dipegang Aruna.
Aruna berusaha untuk menyembunyikan senyumnya. Jujur, ia tidak bisa berbohong dengan perasaannya sendiri, semakin dekat dengan Aryasa, membuatnya semakin nyaman dan berharap lebih dari pria itu.
"Harusnya lo nggak bolos hari ini, kasian Laura udah nyiapin surprise buat lo," ucap Aruna mengalihkan topik.
"Gue nggak suka dia," ucap Aryasa dingin.
"Apa harus suka dulu baru bisa nerima surprise?" tanya Aruna.
"Iya."
"Kenapa gitu?"
"Gue nggak mau orang lain beranggapan lebih karena sikap gue ke dia."
"Lo harus bisa menghargai sesuatu yang orang lain kasih ke lo."
"Gue menghargai surprise lo ke gue."
"Bukan gue!"
"Laura?"
"Iya."
Aryasa mendengus, lalu duduk kembali di kursi yang sebelumnya ia duduki tadi. "Kalau gue nggak suka orang itu, gue nggak akan bisa dekat ataupun terima apapun dari orang itu, karena gue nggak mau orang itu berharap lebih sama gue," jelas Aryasa.
"Terus kenapa lo terima surprise dari gue?"
"Menurut lo?"
"Lo suka gue?"
"Iya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments