Satu Apartemen

Langkah kaki Aryasa terhenti saat melihat Bu Hanum yang berada di depan apartemen miliknya.

Dengan berat hati Aryasa harus menghampiri Bu Hanum yang berdiri di depan pintu apartemennya.

"Mama ngapain disini?" tanya Aryasa ketus.

"Mama kangen kamu," jawab Bu Hanum seraya menggenggam tangan anak laki-lakinya itu.

Aryasa mendengus kesal. Ia melepaskan genggaman tangan Bu Hanum dari tangannya

"Yang harusnya mama kangenin itu Aruna, bukan aku."

Aryasa segera membuka akses ke dalam apartemennya dan masuk, meninggalkan Bu Hanum.

Pria itu mengambil ponsel yang berada di sakunya, mencoba menghubungi Satria, Nio dan Qausar, namun tidak ada yang menjawab panggilan tersebut. Tujuan panggilan terakhirnya adalah tengil, dengan lincah jari Aryasa mencari nomor gadis itu dan menghubunginya.

"Halo,." ucap Aruna dari seberang.

"Udah pulang?" tanya Aryasa dingin.

"Udah. Kenapa, Yas?"

"Di apartemen lo ada siapa?"

"Gue sendirian."

"Orang tua lo?"

"Papa tadi pagi berangkat ke Bangkok karena ada urusan mendadak. Kenapa sih?"

"Oke. Gue otw."

"Kemana?"

"Apartemen lo."

"Ngapain?"

"Pokoknya lo tunggu gue di tempat biasa gue jemput lo."

"Ngapain sih, Yas?"

"Nggak usah banyak tanya, nanti juga lo tau."

"Yaudah gue tunggu di tempat biasa."

Aryasa tersenyum, ia segera mematikan panggilan tersebut.

Aryasa membuka tasnya, mengeluarkan buku sekolahnya dan segera memasukkan beberapa baju dari lemarinya.

Pria itu menggendong tasnya, lalu keluar dari apartemennya.

Bu Hanum melihat Aryasa heran. "Kamu mau kemana?" tanya Bu Hanum.

"Bukan urusan mama."

Aryasa segera pergi meninggalkan Bu Hanum, nampak tidak ada kepedulian diwajah pria itu pada sang mama.

*****

Kedua mata Aruna membulat saat melihat Aryasa yang membawa tas. "Lo belum pulang?" tanya Aruna.

"Udah, tapi keluar lagi."

"Kenapa?"

"Gue laper," ucap Aryasa.

"Hah? Laper?"

"Di apartemen lo ada makanan kan?" tanya Aryasa.

"Ada."

"Apa?"

"Mie instan," jawab Aruna seraya menyeringai tak berdoa.

*****

Aruna dan Aryasa masuk ke dalam apartemen milik Aruna. Aryasa melihat sekelilingnya, apartemen gadis itu nampak rapi, bahkan tidak begitu banyak barang.

"Duduk dulu, nanti gue bikinin mie," ucap Aruna seraya menyuruh Aryasa duduk.

Aryasa mengangguk dan menaruh tasnya di dekat sofa.

Aruna berjalan ke dapur dan membuatkan Aryasa mie, karena hanya mie yang Aruna punya.

Aruna mengintip Aryasa dari balik dinding, pria itu tengah asyik menatap layar ponselnya. "Untung fotonya udah gue beresin," ucap Aruna pelan.

Beberapa menit kemudian Aruna telah selesai membuatkan mie instan untuk mereka berdua makan.

"Nih, makan."

Aryasa tersenyum simpul, lalu menyantap mie tersebut.

"Nanti malam gue nginep disini ya," ucap Aryasa.

"Ha? Nginep?"

"Gue males pulang ke apartemen," jawab Aryasa.

Aruna berpikir sejenak, apa yang harus ia lakukan. Mengizinkan atau tidak? Sial! Aryasa benar-benar membuatnya bingung.

"Kenapa lo nggak ke rumah Satria, Nio atau Qausar? kenapa harus ke apartemen gue?" tanya Aruna memberanikan diri.

"Kalau lo nggak angkat telepon gue, nggak akan gue kesini," jelas Aryasa.

Aryasa menghentikan makannya, lalu menyandarkan kepalanya di pundak Aruna. "Lo tau nggak rasanya kangen sama seseorang tanpa bisa lo temuin orangnya?"

Aruna mengelus rambut pria yang berada disampingnya itu dengan lembut.

"Gue pengen ketemu adik gue, lebih tepatnya kembaran gue. Gue pengen liat tawa dia lagi, pengen main bareng dia lagi, dan gue pengen peluk dia yang erat biar nggak ada satu orang pun yang bisa pisahin gue sama dia lagi," ucap Aryasa dengan sedikit air matanya yang menetes.

Aruna menjauhkan kepala Aryasa dari pundaknya, ia sangat mengerti kesedihan pria itu, tapi ia belum bisa memberitahu Aryasa kalau ia adalah kembaran yang selama ini Aryasa cari.

"Lo tidur dikamar gue aja, nanti gue tidur di kamar papa," ucap Aruna.

"Nggak usah, nanti gue tidur di sofa aja," tolak Aryasa.

*****

Aryasa membuka matanya sayup-sayup. Ia mencium sesuatu yang sangat harum. Ia segera bangkit dan menuju ke sumber aroma tersebut.

"Lo ngapain?" tanya Aryasa.

"Masak."

"Masak apa?"

"Nasi goreng, pakai sisa nasi tadi pagi," jawab Aruna enteng.

Aryasa tertawa terbahak-bahak di dapur. Sedangkan Aruna wajahnya berubah kemerahan saat mendengar tawa Aryasa.

"Ih! Jangan ngetawain dong!"

Aruna mematikan kompor, dan menyajikan nasi goreng tersebut.

"Nih cobain," gadis itu memberikan sepiring nasi goreng tersebut pada Aryasa.

Aryasa mengiakan, karena aroma nasi goreng tersebut sangat harum dan membuatnya lapar.

Kedua mata Aryasa membulat saat merasakan nasi goreng tersebut disuapan pertama.

Melihat ekspresi Aryasa yang sangat janggal, membuat Aruna curiga dengan rasa nasi goreng buatannya. "Nggak enak ya?" tanyanya.

"Enak banget! Rasanya pas!" jawab Aryasa seraya menyuap nasi goreng tersebut terus menerus.

"Serius enak?" tanya Aruna curiga.

"Enak banget pokoknya," jawab Aryasa.

Tak ingin membuat Aruna kecewa dengan hasil masakannya, Aryasa terpaksa harus berbohong soal rasa nasi goreng Aruna yang asin.

Aruna menyipitkan matanya, lalu mengambil piring yang berada ditangan Aryasa dan mencicipinya.

Aruna langsung melepehkan nasi goreng tersebut saat merasakan masakannya sangat asin. "Ini asin banget, kenapa lo bilang enak?"

"Mu- mungkin karena gue lapar, jadi nggak ngerasain kalau asin," jawab Aryasa sedikit gugup karena melihat ekspresi Aruna.

"Jangan dimakan lagi, nggak enak," ucap Aruna seraya membuang nasi goreng tersebut.

"Jangan dibuang, biar gue makan aja," cegah Aryasa.

Gadis itu tidak menghiraukan Aryasa, ia tetap membuang nasi goreng tersebut.

"Kok dibuang sih?"

"Nasi goreng asin kayak gitu mau lo makan?"

"Yaiyalah!"

Aruna menarik tangan Aryasa untuk mengikutinya, lalu menyuruh pria itu duduk di sofa. "Daripada ngeributin nasi goreng asin, lebih baik kita main batu, gunting, kertas. Buat ngurangin rasa kangen lo main bareng sama kembaran lo," ucap Aruna.

"Batu, gunting, kertas?"

"Iya. Nggak mau?"

"Kalau main doang nggak ada taruhannya nggak seru," ucap Aryasa.

"Tunggu," Aruna berlari ke kamarnya dan mengambil bedak tabur.

"Yang kalah dicoret pakai bedak, wajib foto dan posting di instagram," tambah Aruna.

"Oke."

Aryasa dan Aruna duduk berhadapan, mereka bersiap untuk menentukan batu, gunting atau kertas yang akan mereka keluarkan.

"Satu.. dua.. tiga.."

"Gunting."

"Kertas."

"Lo kalah," Aruna menyoretkan bedak tersebut ke pipi Aryasa.

"Ayo lagi."

"Batu.. gunting.. kertas.."

"Batu."

"Kertas."

"Yes menang!" Aryasa gantian mencoret bedak tersebut ke wajah Aruna.

Mereka tertawa terbahak-bahak karena permainan tersebut, bahkan mereka tidak sadar kalau malam sudah sangat larut.

"Yuhuu menang," ucap Aruna senang.

"Sesuai perjanjian, yang kalah wajib foto dan posting di instagram," ucap Aruna seraya tertawa melihat wajah Aryasa banyak sekali coretan.

Aryasa meraih ponselnya yang berada diatas meja lalu membuka kamera depan.

"Ayo foto," ajaknya.

"Kok ayo?"

"Diperjanjian cuma dibilang wajib foto dan posting di instagram, jadi gue mau foto sama lo dan posting di instagram."

Aryasa mendekatkan tubuhnya dengan Aruna, lalu mengakupkan pipi Aruna dengan jarinya dan tersenyum ke arah kamera.

Cis!

Aryasa melihat hasil foto tersebut terbahak-bahak. Ia meng-zoom wajah Aruna yang memperlihatkan ekspresi menggemaskan.

"Ih! Jangan di zoom!"

Aryasa memposting foto tersebut di insta story-nya dengan emoticon berbentuk hati berukuran kecil dibagian pojok kanan bawah.

"Udah gue posting," pria itu menunjukkan ponselnya pada gadis yang berada disampingnya.

"Kok pakai emot love sih? Diperjanjian kan cuma posting aja nggak pakai emot," ucap Aruna.

"Suka-suka gue mau pakai emot, ini kan instagram gue," sahut Aryasa.

"Hapus! Nanti orang-orang ngiranya lo sama gue ada apa-apa," Aruna berusaha mengambil ponsel Aryasa agar bisa menghapus postingan tersebut.

"Ada apa-apa gimana? Ngira kita pacaran, gitu?"

Aruna terdiam.

"Emang lo nggak mau pacaran sama gue?"

"Nggak!"

"Bohong!"

"Bodoamat!" Aruna segera bangkit dan berjalan ke kamarnya.

Kedua sudut bibirnya mengembang, gadis itu membuat Aryasa merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, sebuah kesenangan yang sangat sulit untuk dijabarkan.

Terpopuler

Comments

enn.aaa

enn.aaa

semangattt

2022-06-16

1

enn.aaa

enn.aaa

yaampun thorr sayang banyak banyak dehhh

2022-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!