Aruna berjalan di koridor dengan sangat hati-hati seraya melihat kanan dan kirinya. Ia berdoa semoga hari ini tidak bertemu dengan Aryasa dan teman-temannya.
"Heh! Tengil!" teriak seseorang dengan keras dari arah belakang.
Langkah kaki Aruna terhenti. Ia menggigit bibirnya kuat. Ia sangat mengenali pemilik suara tersebut. Perlahan Aruna memutar tubuhnya, melihat ke arah orang tersebut.
"Gue mau nagih jawaban yang kemaren," ucap Aryasa dingin.
Aruna menguras otaknya untuk memberikan jawaban yang akan membuatnya selamat.
Aryasa memegang tangan Aruna dengan keras. Membuat kulit putih gadis itu memerah.
"Gue kasih waktu tiga detik, kalau lo nggak jawab, abis lo hari ini," ancam Aryasa.
"Kok lo jadi pemaksaan gini sih?"! ucap Aruna melawan.
"Satu.."
"Dua.."
"Tig.."
"Oke. Gue mau jadi pembantu lo," ucap Aruna terpaksa.
Aryasa tersenyum puas. Ia melepaskan tasnya dan langsung melemparkannya ke Aruna. "Bawain tas gue ke kelas," perintahnya.
Nio dan Qausar ikut melepaskan tasnya. "Nih bawain juga," ucap Nio.
Aryasa melihat Nio dan Qausar dengan tajam. "Si tengil cuma boleh ikutin perintah gue, dan tengil khusus jadi pembantu gue," ucap Aryasa.
"Ih! Nama gue bukan tengil. Nama gue itu.." belum selesai Aruna menyebutkan namanya, jari telunjuk Aryasa sudah hinggap dibibir mungil gadis itu.
"Stt! Gue nggak peduli nama lo siapa, nggak ada benefit juga yang gue dapat kalau tau nama lo," ucap Aryasa.
"Lo nggak usah banyak omong, lebih baik lo cepat bawain tas gue ke kelas," suruh Aryasa.
"Kelas lo dimana? Gue kan nggak tau kelas lo," ucap Aruna.
Aryasa menghela napasnya berat. Tak perlu banyak omong lagi, Aryasa langsung menarik pergelangan tangan Aruna. "Ayo ikut gue."
Perlakuan tak biasa Aryasa membuat mata Nio dan Qausar membulat. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, mereka melihat Aryasa menarik tangan seorang gadis untuk mengikutinya.
"Sejak kapan Aryasa nggak haram megang tangan cewek?" tanya Qausar bingung.
"Kalau disentuh Laura berasa bukan muhrim, langsung ditepis. Giliran si tengil malah Aryasa yang mulai," ucap Nio.
Di sepanjang koridor menuju kelas XII IPA I nampak ramai, beberapa pasang mata melihat Aryasa yang menggandeng tangan Aruna dengan erat. Tak sedikit dari mereka merasa iri, jangankan untuk digandeng, didekati saja Aryasa sangat susah.
Laura yang melihat kejadian itu nampak kesal. Ia yang sudah jungkir balik depan belakang untuk mendekati Aryasa saja tidak pernah digandeng, kenapa malah anak baru yang membuat masalah yang dekat dengan Aryasa? Sungguh tidak adil!
"Omaygat! Kok bisa Aryasa gandeng tangan tuh cewek?" ucap Ezlin heboh.
"Pemandangan langka banget bisa lihat pangeran kulkas pegang tangan cewek. Ah, sweet banget kayak diwattpad-******* gitu," ucap Ansel.
Laura mendesis. Ia menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai. "Sial! Gue nggak terima liat tuh cewek dekat sama Aryasa!"
"Lo tenang aja, gue tau kok cara ampuh yang bikin Aryasa bertekuk lutut sama lo," ucap Ezlin.
"Apa?" tanya Laura penasaran.
"Gue dengar desas-desus kalau Aryasa punya kembaran yang udah pisah lama sama dia, dan Aryasa berusaha cari tau keberadaan kembarannya itu. Jadi, kalau lo bisa temuin kembarannya, pasti Aryasa akan berterima kasih banget sama lo," jelas Ezlin.
Laura tersenyum senang. Otaknya langsung memikirkan cara untuk mencari tau informasi keberadaan kembaran Aryasa.
*****
Aruna melepaskan tangan Aryasa dengan kasar. Ia juga melemparkan tas Aryasa ke meja pria itu. "Udah ya, bye!"
Aryasa kembali menarik tangan Aruna.
"Ih! lo hobi banget sih narik tangan gue!" oceh Aruna.
"Jam istirahat bunyi, lo harus udah stay di depan kelas gue," ucap Aryasa.
Aruna mendesis pelan. "Iya! Nanti gue tunggu di depan kelas. Puas?"
"Udah sana!" usir Aryasa.
"Lo manusia paling ngeselin di bumi!" ucap Aruna penuh penekanan.
Aryasa tersenyum simpul. Ia merasa senang mempermainkan anak baru itu.
*****
Bel istirahat telah berbunyi. Para murid pun langsung merapikan buku mereka dan menuju ke kantin.
Laura bangkit dan menghampiri Aryasa yang tengah sibuk memainkan ponselnya. Perlahan Laura merangkul pundak pria itu. "Kita ke kantin yuk," ajaknya.
Aryasa dengan kasar melepaskan rangkulan Laura.
"Lo nggak ke kantin?" tanya Satria pada Aryasa.
"Lo semua duluan aja, gue nunggu si tengil," ucap Aryasa dingin.
Nio, Qausar, Satria, dan Laura saling melihat satu sama lain.
"Yaudah kita duluan ya," ucap Qausar.
"Hm."
"Ikut dong," ucap Ezlin dan Ansel.
Mereka pun pergi meninggalkan Aryasa yang asyik dengan ponselnya.
Berdasarkan perintah Aryasa tadi pagi, setelah bel istirahat berbunyi, Aruna langsung berlari menuju kelas pria itu.
"So- sorry gue telat," ucap Aruna dengan napasnya yang terengah-engah.
Aryasa melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pria itu menatap Aruna sinis. "Lo telat lima menit," ucapnya dingin.
"Telat dikit doang," ucap Aruna melakukan pembelaan.
"Dikit? Itu namanya nggak disiplin!" sahut Aryasa.
"Yaudah ayo ke kantin," ajak Aruna.
Aryasa berjalan di depan Aruna. Gadis itu pun menuruti Aryasa dan mengikutinya dari belakang.
Para murid perempuan yang berada di kantin melihat ketampanan Aryasa yang semakin hari makin mempesona.
Aryasa makin dipandang makin candu banget sih
Nggak mau sama cowok cuek, tapi kalau cowoknya kayak Aryasa bisa dibicarakan dulu sih
Aryasa dan Aruna duduk di kursi yang berada di pojok. Nio, Qausar, Satria, Laura, Ezlin dan Ansel melihatnya heran, karena tidak seperti biasanya Aryasa mau makan berdua di kantin. Benar-benar beluk pernah tertulis di dalam sejarah kehidupan Aryasa.
"Pesenin gue bakso sama es teh," suruh Aryasa.
Aruna mendesis pelan. "Ish! Pesen sendiri kek!"
"Nggak usah banyak omong, cepet pesen!"
Aruna menuruti perintah Aryasa dengan terpaksa. Ia bangkit dan berjalan menuju gerai bakso.
Selang beberapa menit akhirnya Aruna mendapatkan bakso yang ia pesan. Dari kejauhan Aruna tersenyum seraya menunjukkan satu mangkuk bakso yang ia bawa.
Prang!
Suara pecahan mangkuk terdengar jelas. Para murid yang berada di kantin melihat ke sumber suara.
Seorang pria menabrak Aruna dan membuat bakso yang Aruna bawa terjatuh.
"Ih! Lo gimana sih jalan nggak liat-liat," omel Aruna pada pria itu.
Pria itu melihat Aruna dengan sinis. "Lo liat nih! Gara-gara lo bawa bakso nggak benar, jadi kotor sepatu gue!"
"Kok nyalahin gue? Lo yang nabrak kenapa malah lo yang marah?" ucap Aruna tak mau kalah.
Aryasa hanya diam melihat perlakuan pria itu pada Aruna.
"Nggak usah banyak bacot! Bersihin!" ucap pria itu.
"Nggak!"
"Bersihin!"
Aruna menarik napasnya panjang, lagi-lagi ia harus menuruti kemauan dari orang-orang emosian di sekolah ini, daripada ia menambah masalah di sekolah ini.
Aruna berjongkok seraya ingin membersihkan sepatu pria itu, tapi seseorang mencegah Aruna untuk melakukan hal bodoh tersebut. "Jangan bego jadi orang!"
Aryasa menarik tangan Aruna, membuat gadis itu berada di belakang tubuhnya.
"Lo nggak usah ikut campur," ucap pria itu pada Aryasa.
Aryasa melihat pria itu seolah ingin menghajar wajahnya. "Emang kenapa kalau gue ikut campur?"
Pria itu malas berurusan dengan Aryasa yang pasti akan berakhir dengan perkelahian yang akan membuntut ke ruang BK.
"Bangsat!" ucap pria itu seraya berjalan meninggalkan Aryasa dan Aruna dengan emosi yang tertahan.
Melihat perlakuan Aryasa yang membela Aruna membuat Laura semakin kesal. "Tuh cewek harus dikasih pelajaran," ucap batin Laura.
"Aryasa dari kemarin kesambet apaan sih?" tanya Qausar.
"The real pangeran kulkas yang mencair," ucap Ansel.
"Kenapa Aryasa jadi kayak gitu ya? Apa jangan-jangan Aryasa.. nggak! nggak! Nggak mungkin," ucap batin Satria.
Aryasa melihat Aruna dengan lekat. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak tega saat melihat Aruna diperlakukan seperti tadi oleh Axel.
"Kenapa gue jadi nggak tega ya liat si tengil dikasarin sama Axel?" ucap batin Aryasa.
...*****...
...To be continued...
...Jangan lupa untuk meninggalkan jejak setelah membaca ❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
BbyRaa
Next thor, padahal baru pertama kali baca tapi udh keliatan bnget cerita nya seru🥳
2021-08-31
4