Pagi hari yang cerah, Tania menyibak tirai jendela agar sinar matahari masuk kedalam kamarnya. Kemudian dia melangkah kedepan meja rias, merapikan penampilannya. Pagi ini sebelum berangkat kerja dia akan mengajak suaminya berbicara. Tak mau kesalah pahaman antara dia dan suaminya berlarut larut. Setelah penampilannya kelihatan rapi Tania turun kedapur untuk sarapan.
Dimeja makan terhidang nasi goreng, segelas kopi. Namun suaminya tidak ada disana.
"Bibi, mas Zy mana, apa dia sudah sarapan? "
"Boss, barusan pergi, dia tak jadi sarapan. naah itu dengar mobilnya barusan keluar"
"Kemana? "
"Kurang tahu nyonya"
"Oo, gitu. aku juga mau berangkat sekarang bi" .
Tania bergegas kegarasi memakai helm dan mengambil sepeda motor maticnya, lalu dia mengendarai sendiri sepeda motornya. Tania ingin mengikuti suaminya.
Beruntung mobil suaminya tidak terlalu kencang, Tania dapat menyusulnya tapi tentunya dengan menjaga jarak.
"Loh, ini kan kerumah sakit. Siapa yang sakit, apa Maysa ? " gumam Tania.
Alzyan memarkirkan mobilnya di tempat parkir rumah sakit, Tania mengawasinya dari jauh. Kelihatan suaminya berjalan bergegas, Tania mengikutinya dari belakang. Suaminya masuk kedalam ruangan supervip. Tania lalu masuk kedalam ruangan perawat untuk bertanya data pasien di kamar 03 yang dikunjungi suaminya.
"Ehm, maaf kak. Siapa nama pasien di ruang 03?"
"Eh Kamu Tania kan, menantunya pak Akmal ?"
"Benar kak "
"Pasien disana Maysa Winarta"
"apa penyakitnya kak? " Tania sudah menduga pasien dikamar itu adalah Maysa.
"Penyakit yang dibuat sendiri, salah sendiri kenapa diet ketat. Tekanan darahnya rendah, HB nya rendah, maagnya kronis"
"Oo gitu"
"eh, seharusnya aku nggak ngasih tahu. Karena kamu menantunya pemilik rumah sakit ini terus kan kamu juga bidan dirumah sakit ini. Nggak apalah ya aku ceritain sedikit. Lagian kamu yang bertanya duluan sih hehe"
"Hmm, iya kak. Memangnya pasien itu kenapa pagi pagi ini kak ?"
"Barusan menangis histeris, Gegara dapat suntikan intravena. Ya biasalah agak perih. Terus tadi dia barusan dikunjungi temannya yang biasa nenangin dia."
"Oo, makasih infonya kak "
"Iya, sepertinya kamu lagi menyelidiki dia, ada apa sih ? "
"Hmm nggak ada apa sih kak, saya permisi".
Tania lalu mengintip dari kaca yang tirainya terbuka sedikit, disana terlihat suaminya mengusap usap punggung Maysa. Dokter Antony sedang menjelaskan sesuatu, Tania memasang telinganya. Hati Tania terasa sangat sakit melihat suaminya yang sangat peduli dengan Maysa, bukan hanya peduli tapi terlihat sangat sayang.
"Maysa sudah boleh pulang hari ini, jaga pola makannya. Nanti saya resepkan obat, harus dihabiskan".
"Alhamdulillah " Ujar Zy.
Dokter Antony lalu keluar dari ruangan itu, Tania pura pura lewat didepan kamar itu supaya tidak ketahuan mengintip. Setelah dokter Antony berlalu Tania kembali menguping.
"Kak, papa menitipku padamu. Katanya aku pulang kerumah kakak saja. Papa seminggu diparis"
"Tapi gimana ya May? "
"Kak, aku tak berani sendirian dirumah hanya dengan pembantu, sepi kak. Lagian aku susah sekali makan obat, hanya kakak yang bisa mengurus keperluanku hingga aku benar benar pulih"
Hati Tania semakin memanas mendengar pembicaraan suaminya dan Maysa.
"Oke lah, Tapi setelah kau pulih kau harus pulang kerumahmu"
"Iya kak", Maysa memeluk pinggang Alzyan saking senangnya Alzyan mengizinkannya tinggal dirumahnya. Tania menggebrak pintu kamar itu yang tak ditutup rapat.
"Apa apaan ini mas, kamu mau membawa wanita ini tinggal dirumah kita."
Alzyan terkesiap tak menyangka Tania berada disana.
"Tania, Sebenarnya mas juga mau minta izin sama kamu kok, tapi ya kau sudah tahu duluan. Boleh kan Maysa tinggal sementara dirumah kita, setelah benar benar pulih dia akan kembali kerumahmya. Papanya sekarang ada urusan bisnis di paris. "
"Maysa wanita dewasa dia bisa mengurus dirinya sendiri, kan ada pembantu dirumahnya"
"Pak Gunawan menitipnya padaku Nia "
"Tania, kumohon padamu. Izinkan aku tinggal dirumahmu, aku akan tahu diri sebagai tamu. Aku dan kak Zy sudah seperti kakak adik. Percayalah padaku" Pandangan mata Maysa mengiba.
"Ayolah Tania" Pinta Zy.
"Baiklah, tanpa izinku kau juga akan membawanya pulang kerumah kita kan? "
"Tania, Maysa belum sehat. Kalau dia sehat tak mungkin aku mengajaknya tinggal bersama kita. Kamu tak apa kan Tania? " Sebenarnya Alzyan takut juga istrinya akan terluka jika ada Maysa dirumahnya.
"Iya tak apa, aku permisi harus kerja" Tania membalikkan badannya dan meninggalkan ruangan itu.
Senyum Maysa tersungging tipis, misi merebut Alzyan kembali akan berjalan sesuai rencana.
***
Di ruang bersalin sedari tadi Tania merasa gelisah, pikirannya dirumah. Tentu kini suaminya dan Maysa berduaan dirumah, pasti ada saja permintaan Maysa pada suaminya.
Apa mereka berdua sekarang sedang bermesraan, oh tidak. Tak mungkin mas Zy seperti itu.
"Apa yang kau pikirkan Tania, sepertinya kau gelisah sedari tadi? "Aisyah menghampiri Tania.
"Tidak ada Aish"
"Jangan bohong Nia, kau juga kelihatan pucat sekali hari ini"
"Oh ya Aish, aku sudah hamil. Tadi aku tak sempat sarapan"
"Oh benarkah Tania, alhamdulillah" wajah Aisyah berbinar mengetahui sahabatnya sudah hamil.
"Hemm, benar Aish" Tania tersenyum dia mengusap perutnya yang masih rata.
"Selamat ya Nia, tapi kenapa kau tak sempat sarapan. Aku pesankan kau makanan ya, kau mau apa? "
"Aku mau nasi ayam geprek, mau bubur kacang hijau juga"
"Oke aku pesankan. Sepertinya bumil lagi kelaparan, kau istirahat saja Nia wajahmu sangat pucat". Aisyah lalu memesan makanan di tempat langganannya lewat Go food.
Setelah makanan mereka sampai dua sahabat ini makan bersama, mumpung pasien aman belum ada yang pembukaan lengkap.
*P*asti ada yang dipikirkan oleh Nia, dia memang pucat karena hamil muda tapi kenapa dia sejak baru datang tadi kelihatan gelisah ? tak mungkin karena hamilnya juga kan ?
"Nia kalau ada masalah ceritakan saja padaku" Aisyah menatap wajah sahabatnya itu.
"Aish, aku tak bisa berbohong padamu. Aku memang dalam masalah. Tapi tak bisa kuceritakan disini. Kapan kapan kita ketemu diluar, akan kuceritakan"
"Ooh baiklah. Tapi kau habiskan ya makanan mu itu"
"Sepertinya cukup segini Aish, aku memang kadang ingin ini ingin itu, tapi tak pernah ada yang habis"
"Hehe, namanya juga hamil muda. Sekarang buk bidan baru tahu rasanya ? " Aisyah mencolek hidung mancung Tania.
"Ah Aisyah, oh ya kamu jadi mendaftar di Nusantara Sehat ? "
"imInsya Allah"
"Aish, kalau kamu lulus kita pisah donk. Kamu nggak takut ditempatkan didaerah terpencil ?"
"Itu sudah cita citaku Nia, itulah gunanya kita tenaga kesehatan terutama bidan. Harus mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Lagian aku memilih didaerah sumatera, tempatnya tidak terlalu terpencil kok. Ada kerabatku disana."
"Hmm, dimana itu? "
"Di Jambi, aku lupa nama kotanya, sebuah kota kecil "
"Jambi itu berdekatan dengan Riau kan? "
"Iya Nia, kau ini tidak pernah melihat peta ya? "
"Hehe, tau saja kau Aish. Jika kau diJambi, berarti nanti kita dekatan donk. Mas Zy mengajakku pindah ke Riau, dia bikin rumah di pekanbaru. "
"Oh Tania, benarkah. Berarti kita bisa ketemuan sesekali" Aisyah kelihatan sangat senang.
Tania sejenak melupakan masalahnya, namun Aisyah masih penasaran dengan masalah yang dihadapi sahabatnya itu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Bintun Arief
pengen njambak tu lakinya si Nia, hellooooo.... lo nggak mikirin perasaan bini lo? emak lo?
2021-10-28
0
Lacrosse
aduh aku jadi ikutan was-was
2021-10-05
1