"Kita turun yuk, taxi online pesanan gue udah sampai nih," ajak Fathia menunjukkan notifikasi di layar ponselnya.
"Kalau udah sampai jangan lupa kabarin," kata Ciara saat mereka sudah sampai di depan mobil.
Fathia mengangguk lalu masuk kedalam mobil yang akan mengantarkannya menuju pinggiran kota tempat rumah bibinya berada. "Da-da," ucapnya melambaikan tangan pada Ciara yang juga ikut melambaikan tangan mengiringi kepergian mobil itu. "Semoga masalah lo bisa diselesaikan dengan cara terbaik Ti." Doanya didalam hati.
Ciara pun kembali ke unit apartemennya untuk segera bersiap berangkat casting.
🍁🍁🍁🍁
"Terimakasih Mas, ini ongkosnya," kata Fathia memberikan uang seratus ribuan tiga lembar melebihi ongkos yang seharusnya ia bayar nan tertera di aplikasi itu.
"Nggak ada uang kecil Mbak?" tanya si supir.
"Lebihnya buat bapak aja," jawab Fathia tersenyum.
"Terimakasih loh Mbak, kalau gitu saya langsung jalan," balas si sopir dengan wajah berseri.
Fathia menghela nafasnya sebelum memasuki rumah sang bibi, rumah yang seharusnya bisa menjadi tempat ternyaman dan tempat ia berlindung malah serasa ia mau memasuki gerbang neraka. Meski di sana ada sang ibu, tak membuat Fathia merasa nyaman dan tenang tinggal di sana pasti ada saja masalah yang timbul atau di perbuat oleh sang bibi dan juga pamannya di tambah jika ada anak mereka Reno bakalan tambah buruk hari-hari Fathia jadinya.
"Assalamualaikum ." Salam Fathia di depan rumah sambil mengetuk pintu.
Tak butuh waktu lama pintu rumah itu pun terbuka. "Datang juga kamu, saya pikir kamu bakalan kabur," ketus bibinya menyambut kedatangan Fathia.
"Bi, jawab dulu salam aku." Fathia mengingatkan.
"Walaikumsalam" ketus bibinya.
"Fathia masuk dulu ya bi, mau ketemu ibu," katanya berlalu pergi karena tak mau melihat wajah bibinya yang masam apalagi nanti harus berdebat dan membahas masalah pembayaran utang piutang. Ia juga perlu istirahat dulu dan makan untuk mengisi perutnya yang sudah terasa lapar.
"Ibuk" panggilnya membuka pintu kamar.
"Tia" balas ibunya senang yang sedang duduk di sofa kamar.
"Ibu gimana?ibu udah makan? udah minum obat?" tanya Fathia beruntun memeluk sang ibunda yang sangat ia rindukan.
Sang ibu membentuk senyum di wajah pucat nya. "Ibu baik-baik saja, makan dan minum obatnya sudah. Kamu sendiri emangnya sudah makan?"
"Thia belum lapar bu, nanti aja Thia masih mau ngobrol dulu sama ibu. Oh, ya ada oleh-oleh dari Ciara dia juga titip salam buat ibu maaf katanya nggak jenguk," kata Fathia dengan nada riang ceria.
"Ini apa?" tanya sang ibunda.
"Ini dari Ciara kue bolu pandan keju kesukaan ibu."
"Wwwaahhh...enak kayaknya, eh tapi kamu kabari dulu Ciara sampaikan juga terimakasih ibuk."
"Gimana kalau kita vidio call aja, sekalian ibu bisa ngomong langsung kalau kuenya udah di terima dan enak," usul Fathia mengotak atik layar ponselnya.
📱ia Ti lo udah sampai...
📱udah, baru aja, nih ada ibuk...
Fathia menggeser ponselnya ke arah sang bunda.
📱Terimakasih loh kuenya, enak ibu suka...
📱syukur kalau ibu suka, ibu kabarnya gimana?...
📱Alhamdulillah ibu sehat dan baik, kamu sendiri...
📱aku juga sehat kok buk, maaf ya aku nggak ikut bareng Fathia soalnya lagi banyak kerjaan...
📱nggak apa-apa, lain kali aja kamu kesini kalau nggak sibuk...
📱sip, kuenya di habisin ya buk.
📱ia nak, kamu lanjut kerja gih ibu ganggu kamu ini kayaknya...
📱nggak kok buk, aku emang lagi di lokasi syuting tapi masih istirahat...
📱kerja yang benar, semangat dan jangan lupa hidup hemat meski sekarang kamu sudah punya uang yang banyak, solat jangan di tinggal sesibuk apapun...
📱ia ibu, terimakasih nasehatnya. Ibuk juga jaga kesehatan jangan mikir macam-macam aku sama Fathia di sini kerjanya yang benar cari uang halal kok....
📱udah ah, kalian ngobrol mulu aku di cuekin...
timpal Fathia ikut menampakkan wajahnya di layar ponsel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments