"Selamat ya Ci, lo di terima jadi penyiar disini," ucap Fathia senang.
"Terimakasih.Tapi lo nggak apa-apa kan nggak lulus tes?"
"Apaan sih lo, kayak sama siapa aja. Gue itu nggak pernah iri ya sama kehidupan orang lain termasuk lo sahabat gue sendiri. Iri dengan kehidupan orang lain itu artinya kita meragukan Tuhan."
"Ia, ia mulai deh Mama Dedeh ceramah."
"Bukan ceramah, cuma mengingatkan. Tuhan punya rencananya sendiri untuk kehidupan kita, jadi jalani saja dengan ikhlas dan serahkan semua pada Allah."
"Siap Mama Dedeh, kalau begitu saya masuk dulu ada meeting katanya."
Fathia mengangguk "Gue pulang duluan aja ya, udah sore nih," pamit Fathia saat di lorong kantor sebuah radio.
"Hati-hati, jangan lupa masak makan malam gue kangen masakan lo," ingat Ciara sambil berjalan menuju ruang meeting lalu melambaikan tangan pada Fathia dan ia menghilang di balik pintu.
Fathia hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.Sampai di luar gedung radio tersebut Fathia pun menunggu taxi online pesanannya. Tapi tiba-tiba sebuah mobil sedan kecil warna merah berhenti di depannya.
"Mau kemana?" tanya seorang pria dari dalam mobil setelah menurunkan kaca.
"Niko, ini mau pulang tapi mampir dulu di supermarket buat beli bahan makan malam," jawab Fathia lembut.
"Masuk, gue antar," ajaknya dengan gerakan kepala.
Fathia yang memang akrab dengan Niko tak perlu basa basi lagi dan ia langsung masuk kedalam mobil dan Niko melajukan roda empatnya menuju sebuah supermarket.
"Mau masak apa?" tanya Niko sambil mendorong troli dan Fathia berjalan di sampingnya sambil memilih bahan makanan.
"Belum tau sih, belanja aja dulu."
"Biasa masak?"
"Ia, dulu saat masih susah aku sama Ciara harus hemat dan caranya ya belanja di pasar tradisional dan masak untuk makan dua atau tiga hari."
"Serius?kenapa nggak di beli aja?"
"Kalau tiap mau makan harus beli boros jadinya, mendingan uangnya buat beli bahan makanan di pasar. Paling susah kita masih bisa makan telur balado daripada makan mie instan dan itu nggak bagus buat kesehatan."
Niko mengangguk tanda paham. "Sekarang kenapa masih mau masak? kan sekarang lo udah kerja dan bayarannya lumayanlah."
Fathia menghentikan langkahnya lalu menatap Niko. "Meski sudah ada uang lebih bukan berarti gue harus boros kan?! Itu salah satu sifat jelek manusia, pas ada lebih sedikit langsung foya-foya lupa saat keadaan susah. Sesekali boleh mau makan enak di luar tapi ingat keadaan nggak akan selamanya baik jadi kita harus siap-siap jika nanti keadaan kembali memburuk." Dan Fathia tersenyum
"Hheemm... " Niko berdehem memalingkan wajahnya seolah menetralkan rasa gugupnya saat Fathia menatap matanya.
"Kenapa?"
"Nggak, gue merasa kesentil aja sama omongan lo."
Fathia kembali berjalan di depan Niko dan memilih buah juga sayuran.
"Thia?" panggil Niko.
"Hheemm... "
"Lo udah punya pacar?"
"Nggak ada! Kenapa emang?"
"Eemmm... nggak gue cuma nanya aja, takut nanti ada yang marah kalau kita jalan."
Fathia memalingkan wajahnya melihat Niko sambil menyelipkan rambutnya dibalik telinga. Lagi-lagi Niko semakin gugup dan jantungnya berdegup kencang melihat senyum manis Fathia.
"Sudah, kita pulang yuk," ajak Fathia.
"Hah, kita?"
"Ia, katanya lo mau ngantar gue pulang."
"Eh, oh ia gue lupa," jawab Niko menggaruk kepalanya tapi tak gatal.
Fathia tertawa melihat sikap aneh temannya itu. "Lo kenapa sih?"
Niko menggelengkan kepalanya cepat. "Tunggu aja biar gue yang antri di kasir."
"Gue aja, ini kan belanjaan gue jadi enak kalau lo yang bayar," kekeh Fathia.
Niko pun ikut tertawa "Bisa aja lo. Nggak apa gue yang bayar tapi gue boleh ikut makan di apartemen lo, gimana?"
Fathia tampak berfikir "Boleh! tapi gue telpon Ciara dulu biar cepat pulang. Nggak enak kita berduaan aja."
Niko mengangguk setuju sambil mengantri di depan kasir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments