Daru memasuki kamarnya melalui jendela, cara yang ekstrem memang tapi dia menyukai cara itu. Daru berjalan menuju ruang tengah yang berada di samping kamarnya. dia menyalakan tv, mengambil air minum di kulkasnya dan duduk di sofa. dia membuka tutup botol itu tapi tidak segera meminumnya. Daru menghela nafas pelan, dia melihat langit-langit, terlihat gambar luar angkasa. Daru yang menggambar nya sendiri disana, bakat melukisnya dia dapat dari ibunya. diapun memejamkan mata, teringat kencan yang ayahnya tawarkan. Daru memiliki prasaan buruk tapi dia sendiri pun tidak yakin.
tiba-tiba ponselnya berbunyi. sontak Daru terkejut, air yang dia genggam tumpah sebagian ke celana dan karpet di bawah kakinya.
"ck! siapa sih" ucapnya dengan kesal. Daru mengibas-ngibaskan tangan nya dengan tujuan sisa air itu mengering tapi tidak ada hasil, akhirnya diapun mengelap tangannya ke celananya lalu mengambil ponsel yang berada di saku celananya. terpangpang nama Ikbal disana
"cih ngapain sih nih rambut cupu" gumam Daru. rambut Ikbal sangat lembut dan rapih, meski sudah di acak-acak oleh Daru tapi rambut itu dapat kembali dengan sempurna dan rapih. karena itulah menyebutnya anak cupu.
Daru mengangkat telpon itu.
"ya"
"maneh kemana aja? apa urang harus selalu nelpon maneh baru ada kabar?!"
"maksud?"
"jangan so **** maneh"
"yayaya, tadi maneh tahu sendiri kan kalau sekertaris urang ngirim pesan ada masalah jadi urang langsung ke kantor"
"ternyata bener yah ada masalah, urang kira boongan"
"ya ada lah! dan masalah itu sangat rumit" ucap Daru dengan bergumam
"hah?"
"gak! dasar budeg!"
Ikbal terdiam, dia sebenarnya dengar apa yang di ucapkan Daru barusan. dia ingin bertanya ada masalah apa tapi sahabatnya ini sangat sulit untuk membuka diri dan jika di paksa Daru akan mengamuk. Ikbal pernah melihat Daru menghajar seseorang yang ternyata mata-mata yang di kirim kakanya hingga babak belur. pdahal masalah itu bisa di selesaikan dengan damai. Ikbal takut Daru akan melakukan hal sama kepada dirinya, dia selalu bergidik jika mengingat hal itu
"ya udah cuma itu yang mau urang tahu. tas maneh ada di urang, besok urang kembaliin"
"jangan! mungkin beberapa hari urang gakan sekolah"
Ikbal terdiam namun akhirnya
"baiklah. oh iya jangan lupa lepas tuh soflens" sahut Ikbal dan segera menutup telponnya.
Daru menyimpan ponselnya. dia memang selalu lupa melepas soflens yang selalu dia pakai setiap hari, Ikbal yang selalu mengingatkannya. Daru berjalan menuju sebuah meja panjang yang berada di samping kasurnya di sebelah meja itu terdapat sebuah cermin yang sebesar dirinya. Daru mengambil kotak soflens dan mengambil soflens berwarna coklat yang berada di matanya lalu menyimpan kembali di kotak itu. Daru menyimpan kotak itu ke dalam laci, terdapat 10 soflens dengan warna hitam atau coklat disana. Daru menutup mata sesaat dan kembali membuka matanya seraya melihat cermin.
sepasang bola mata yang berwarna hijau zamrud bertengger di matanya. meski Daru menatap mata itu dengan tajam tapi tidak mengurangi keindahan dan pesona warna bola matanya. warna mata yang dia dapat dari sang ayah tapi Daru tidak menyukainya, dia memilih memakai soflens coklat atau hitam untuk menutupinya. sama halnya dengan kakanya, Rizal. mereka berdua memilih menyembunyikan mata itu, mereka tidak ingin terlihat aneh oleh orang lain.
Daru teringat kalau dia ingin minum, diapun kembali ke ruang tengah dan meminum air bening yang tinggal setengah itu sampai habis. Daru mengingat kembali apa yang harus dia lakukan selanjutnya, hidupnya harus sesuai dengan rencananya. memastikan semua sudah di rencanakan, diapun telah menyuruh Devan mengurus ketidak hadiran ya ke sekolah untuk beberapa hari. merasa semuanya aman Daru memilih untuk mandi.
Devan berjalan pelan menyusuri jalan setapak yang di penuhi bunga anggrek. dia mengecek ponselnya, anak buahnya memberi kabar telah membawa putri pertama Dikta dengan aman. pikiran Devan kembali teringat saat mengikuti Daru untuk memastikan Daru aman. dia cukup bingung saat Daru mengambil jalan memutar menuju belakang rumah kedua dan tambah bingung saat Daru celingak-celinguk gak jelas. mulutnya menganga dan matanya terbelalak melihat aksi setelah itu. Daru memanjat ke atas pohon besar yang tepat berada tidak jauh dari rumahnya lalu bergelantungan di ranting pohon itu, Daru mengayunkan tubuhnya dan blus dia masuk ke dalam jendela kamarnya. Devan yang hanya melihat terlihat syok bukan main, bagaimana jika Daru terjatuh dan patah tulang di beberapa tempat atau buruknya dia mengalami geger otak dan tidak bisa menjalankan perusahaan.
Devan menggelengkan kepalanya cepat, dia berusaha tenang lagipula bukan kali pertama Devan melihat aksi gila atasannya itu.
Devan berjalan menuju pintu utama, dia mengikuti instruksi Rizal dalam pencarian Bagas. benar saja Bagas berada di pojok ruangan tengah berdiri waspada seraya menatap Devan. Devan cukup kaget dengan kemampuan Bagas yang dapat berkamuflase dengan bayangan.
"seperti ninja" dalam hatinya berkata. Devan mengangkat kedua tangannya dan menghampiri Bagas
"tenang, saya tidak punya niat jahat. saya datang atas permintaan Rizal mencarimu" ucap devan
"tuan Rizal mencari saya?" tanya Bagas seraya menampakan dirinya.
Devan terkesan dengan wajah itu, meski berwajah asli orang Sunda tapi karismanya begitu memancar. lelaki biasa yang begitu menarik. kembali Devan teringat tujuannya
"iya, ada sesuatu yang dia minta"
Bagas terdiam menunggu Devan kembali berbicara
"kali ini anda harus menghadapi Daru"
"tapi saya di perintahkan untuk tidak terlihat"
"tidak sekarang dan selanjutkan, sebuah tugas menanti anda"
Bagas menatap devan, tatapan yang sedang menilai. Devan sering melihat tatapan itu saat berhadapan dengan para pemilik saham untuk menggantikan Daru yang tidak bisa hadir, dan tatapan mereka semakin menjadi saat mengetahui Daru adalah CEO yang berusia belia.
"akan saya beritahu kapan anda harus menghadap kepada Daru, untuk sekarang kembali lah bersembunyi jika waktunya tiba saya akan memanggil anda"
Bagas mengangguk dan kembali memasuki bayangan.
Devan berbalik arah dan berjalan menuju mobil nya, seorang pengawal memberi salam kepadanya karena tahu siapa Devan. Devan membalasnya dengan tersenyum, diapun memasuki mobilnya dan berkendara keluar dari kediaman Al-Shabil.
sepanjang perjalanan Devan tersenyum dengan kejutan yang berada di dalam rumah keluarga ShabiL. begitu menarik, dia seperti melihat beberapa adegan yang ada di film. dia tahu seperti apa keluarga ShabiL baik itu dari kekejaman mereka, dinginnya mereka, ketidak pedulian nya mereka, kemurah hatiannya mereka sampai keanehan mereka. keluarga ShabiL dari awal memang aneh, mereka saling tertutup satu sama lain. ucapan mereka kadang memiliki banyak arti yang tidak diketahui oleh banyak orang, harus hati-hati jika ingin menghadapi keluarga ShabiL. menghadapi mereka seperti menghadapi sekumpulan singa, tidak boleh lengah sedikitpun. namun Devan bersyukur hati mereka tidak sebengis singa yang begitu mengerikan saat tengah mencabik bangsa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments