Ting!! lift telah sampai di lantai 26 tempat ruangannya berada. Daru mempercepat langkahnya menuju ruangan rapat.
"Brak!!" Daru membuka pintu dengan keras membuat seluruh manager yang sedang menunggu tersontak kaget, mereka semua diam dan berbenahi cara duduk mereka saat Daru masuk dan duduk di kursinya.
"jadi bagaimana?" tanyanya dengan nada rendah dan menatap tajam kepada semua karyawannya. semua orang terlihat gugup, pak Devan sebagai sekretarisnya maju ke depan.
"saham kita hilang pak sebanyak 3%"
"oleh siapa?"
"dari penyelidikan saham kita di curi oleh pak Dikta" Devan menjawab dengan hati-hati.
Devan pemuda yang baru berusia 25 tahun, meski usianya terbilang sangat muda tapi dia lolos berbagai ujian saat memasuki SL grup dan kini menjabat sebagai sekertaris Daru. dengan ketekunan, ketelitian dan sifat sabar Devan sangat cocok untuk menghadapi sifat dan sikap majikannya yang bagaikan ombak lautan.
Daru menggertak gigi. selama melayani daru, Devan tahu betul apa yang akan terjadi. majikannya ini sangat tidak bisa menahan emosinya. dengan sigap Devan mengarahkan bawahannya untuk berdiri dari kursi dan mundur sejauh mungkin.
benar saja, dalam hitungan detik Daru mengamuk dan membanting kursinya ke atas meja sehingga meja yang tebalnya 10 cm itu retak seketika. lalu diapun menonjok cermin yang ada di sebelah pojokan kanannya, cermin itu pecah dan meninggalkan beberapa tetes darah dari pemiliknya.
Devan memerintahkan asisten wanitanya untuk membawa kotak P3K, wanita itupun cepat berlari keluar ruangan dengan kaki yang setengah mati rasa karena ketakutan.
Daru duduk kembali seraya mengepalkan tangannya yang berdarah, dia menghela nafas frustasi. semua bawahannya terkejut bukan main bahkan beberapa karyawan wanita menahan tangis mereka dengan kaki yg bergetar. mereka baru pertama kali ini melihat atasan mereka marah besar seperti itu.
"kalian tahu kan 3% saham kita, MESKI HANYA 3%!! uang sebesar 500 juta telah hilang! dan kalian semua hanya DIAM?! dimana OTAK kalian hah?!" Daru berteriak dengan menekan kan setiap ucapannya. semua karyawannya tersentak setiap mendengar ucapan yang di tekan itu.
semua hanya diam, Devan mengambil kotak P3K yang di serahkan oleh asistennya lalu dengan sigap menghampiri lengan kanan Daru yang masih mengeluarkan darah. Daru hanya melirik Devan dengan tidak peduli saat Devan membalut luka itu.
"jawab!!" teriaknya kembali seraya memukul meja dengan keras menggunakan tangan yg tengah di perban Devan.
sontak seorang wanita yang menahan tangisnya berteriak seraya menangis, Daru memelototinya. Devan kembali menarik tangan itu dan membalutnya, meski Daru melotot kearahnya tapi dia tidak peduli.
Devan menghela nafas sejenak setelah selesai mengobati Daru.
"akan saya jelaskan" ucap Devan. dengan tatapan Daru yang masih melotot ke arahnya Daru tesenyum kecut.
"ku harap penjelasan mu tidak mengecewakan" ucap Daru menyeringai dengan wajah yang menyeramkan.
Devan menatap mata itu dengan biasa. saat pertama dia bekerja dengan Daru tatapan itu sangat menyeramkan baginya tapi sekarang sudah tidak menyeramkan lagi. Devan sudah terbiasa dan sudah membangun mental yang kuat untuk menghadapinya.
Devan memerintahkan semua bawahannya keluar ruangan, yang tersisa hanya dia, asisten wanitanya dan Daru.
semua kepala bagian keluar dengan terburu-buru.
setelah mereka semua keluar, semua wanita terduduk lemas di lantai. mereka menangis seketika dengan tersedu-sedu.
"pak Daru sangat menyeramkan, awalnya saya kira beliau sangat baik dan berkarisma. meski memang berwajah dingin tapi tidak semenyeram kan ini" ucap seorang karyawan wanita di sela Isak tangisnya
"dia memang pantas marah karena baru kali ini kecolongan pemasukan kantor sebesar ini" sahut karyawan lelaki seraya membantu sang wanita berdiri. beberapa dari mereka di bantu berjalan menuju ruangan masing-masing.
Devan memberikan beberapa dokumen yang berisi informasi tentang Dikta.
di ketahui Dikta mempunyai kebiasaan buruk berjudi dan dia memiliki hutang kesana-kesini. bahkan memiliki hutang dengan geng Yakuza yang berada di Jepang.
"padahal aku memberikan gajih kepadanya 15 juta/bulan bahkan aku bisa memberi dia lebih kenapa dia harus memiliki hobi yang tidak bermanfaat seperti itu" ucap Daru seraya membaca seksama dokumen itu.
Asisten Devan memberikan susu coklat kepada Daru atas perintah devan. Daru melirik gelas berisi susu coklat itu, meski tampak enggan tapi Daru meminumnya dengan tenang.
bagi Devan, Daru adalah anak yang lucu. di balik sifat kerasnya, otak cerdasnya dan wajah tampannya tidak ada pengusaha yang tidak tahu siapa Daru. meski kepopuleran Daru masih di kalah kan oleh Rizal, tapi Daru cukup di minati oleh para pebisnis.
amarahnya dapat hilang saat dia meminum susu coklat.
"dari informasi yang kami dapat, Dikta terjerat dengan bandar perjudian besar baik secara online ataupun offline. dia beberapa kali mengunjungi perjudian yang berada di Moskow dan Jepang. diapun terjebak hutang dengan geng Yakuza itu jadi mungkin dia khilaf mengambil saham kita sebanyak 500 juta"
"apa itu bisa di jadikan alasan untuknya mencuri apa yang menjadi milikku? dia memanfaatkan kebaikanku!" sahut Daru kembali memukul meja dengan tangan kanannya, darah kembali merembes di sela perbannya dan susu coklatnya pun sedikit tertumpah.
"pak jika anda seperti itu tangan anda bisa semakin terluka" ucap Devan dengan nada lembut.
Daru tidak menjawab dan kembali meminum susunya.
"bagaimana keluarganya?" tanya Daru
Devan memberikan dokumen yang daritadi dia pegang, ada foto keluarga Dikta. terdapat istri, Dikta dan kedua anak mereka.
Daru melihat foto masing-masing dari mereka terdapat profil dan biodata lengkap mereka. Daru memperhatikan foto anak pertama Dikta dan membaca dengan teliti biodata anak itu, usianya berada 2 tahun di bawahnya.
"saya hanya tahu keberadaan kedua anak Dikta, untuk Dikta dan istrinya tidak ada yang tahu mereka ada dimana. ada beberapa informasi yang mengatakan bahwa mereka ke Moskow untuk menghindari Yakuza tapi ada juga yang mengatakan mereka bunuh diri atau di tangkap oleh Yakuza. kedua informasi itu belum jelas, kami akan menggali informasi lebih lanjut" ucap Devan
"ya itu harus! temukan Dikta dan berikan dia kepadaku baik dalam keadaan hidup atau mati!" sahut Daru seraya meremas foto Dikta. dia tidak percaya karyawan yang selama ini dia percaya telah mengkhianatinya.
dia sangat benci dengan penghianat dan penipu seperti Dikta. beraninya dia memakai topeng seolah dia pegawai teladan ternyata dia sebuah duri yang begitu berbahaya untuk perusahaannya.
sering kali ia dengar Dikta menggelapkan uang perusahaan dalam jumlah kecil tapi Daru tidak percaya semudah itu lagipula yang digelapkan hanya beberapa juta itu tidak berarti bagi perusahaannya tapi kali ini 500 juta yang dia gelapkan, jika di hitung dengan yang selama ini Dikta gelapkan sudah hampir 1 milyar totalnya. tidak akan ada ampun untuknya!
"Oia satu lagi, bawa anak pertama Dikta. pekerjakan anak itu di bagian apapun terserah kamu. dia harus membayar atas apa yang ayahnya perbuat"
Devan menatap sesaat atas perintah Daru, dia cukup tercengang dengan ucapannya itu
"apa? kamu pikir aku akan menjual tubuh anak itu atau menyuruh dia untuk membayar dengan ginjalnya? aku tidak sekejam itu!" ucap Daru setelah melihat wajah tercengangnya Devan.
Devan tersenyum lega, meski majikannya tidak dapat menahan emosi tapi dia bukanlah manusia berhati iblis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments