Rizal memperhatikan Ipad-nya yang tengah memperlihatkan grafik kenaikan perusahaan. Di jalan Bandung yang cukup padat membuatnya sedikit memikirkan Daru. Ia heran kenapa adiknya itu sangat sulit untuk di atur.
Karena jabatannya sebagai Direktur perusahaan SL furniture (perusahaan dengan nama ShabiL. di ambil dari nama keluarga mereka Al-Shabil, sebuah perusahaan terbesar di Asia dan Eropa malah perusahaan SL berencana menerbangkan sayapnya di kuliner dan kosmetik). ia tidak bisa memperhatikan adiknya terus menerus.
Hanya hari ini jadwalnya tidak padat sehingga bisa berangkat tepat jam 06.00, karena biasanya Rizal selalu berangkat jam 4 subuh dan pulang tengah malam bahkan dia bisa tidak pulang sama sekali. Apalagi dengan jadwal yang mengharuskan dia pulang pergi dari luar negeri, membuatnya tidak ada waktu sama sekali untuk memperhatikan adiknya.
setiap hari Rizal harus mengganti mata-mata untuk adiknya. insting Daru sangat tajam sehingga dia selalu tahu ada yang mengawasinya dan setiap ketahuan Daru akan menghajar mata-mata itu hingga memohon kepada Rizal untuk mengundurkan diri.
"pak Damar, Daru sudah di awasikan?" tanya Rizal kepada sekretarisnya yang tengah menyupir.
Damar sekertaris Rizal yang telah berusia 40 tahun lebih, beliau telah bekerja sebagai sekertaris selama hampir 20 tahun. dahulu melayani ayah Rizal dan sekarang mengabdi kepada Rizal. dengan pengalamannya Damar sangat cocok dengan karakter Rizal yang seperti angin.
"sudah tuan"
"kali ini jangan sampai ketahuan"
"akan saya sampaikan" pak Damar menelpon seseorang yg di duga sang mata-mata dan memintanya untuk hati-hati saat berhadapan dengan Daru.
Rizal menghela nafas, dia terpaksa melakukan ini. jika adiknya menurut apapun yang di katakannya, dia tidak akan melakukan hal memalukan seperti ini. Bahkan dia pun tidak abis pikir kenapa adiknya tidak ingin bersekolah di tempat elit tapi malah bersekolah di sekolah swasta yang biasa bahkan SMP dan SMA nya di satukan.
Rizal tersenyum kecut, mungkin adiknya tahu bila dia sekolah di sekolah elit Rizal dapat leluasa mengawasinya. kekesalan Rizal makin bertambah saat tahu adiknya membayar dan menganggung semua biaya di sekolah itu bahkan dia menjadi donatur sekolah itu.
"hari ini apa jadwalku?"
"Anda hanya harus ke kantor untuk menandatangani beberapa dokumen dan setelah itu pak Presdir meminta anda untuk ke Singapura"
"kenapa?" alis Rizal mengkerut. sempat ragu tapi akhirnya damar membicara
"pak Presdir meminta anda untuk menemui nona CL grup tuan"
"apa kencan buta lagi?" tanyanya, damar hanya mengangguk
"hah.. kenapa ini jadi seperti sinetron Korea? ayah selalu memintaku ingin menikah, merepotkan" ucapnya seraya mengusap rambutnya ke belakang. siapapun yang melihat tidak ada membantah bahwa Rizal begitu tampan bahkan terkadang Damar terpesona oleh karisma tuan mudanya ini.
Rizal Amir Al-Shabil, lelaki dewasa dengan kehidupan yang sempurna. berwajah tampan, bertubuh atletis, dengan tinggi 180 lebih, cerdas dan tentu saja bergelimangan harta.
Di masa kuliahnya dulu dia lulus sebagai lulusan terbaik di 3 universitas sekaligus. S1 lulusan terbaik di ETH Zurich university (Swiss federal institute of technologi), S2 lulusan terbaik di Oxford university dan S3 lulusan terbaik di Massachusetts institute of technologi (MIT). sang jenius yang pernah masuk di beberapa cover majalah terkenal. Dengan reputasi baiknya banyak wanita yang tergila-gila padanya dan banyak pemilik perusahaan ingin menikahkan anak gadis mereka dengannya.
"padahal usianya akan menginjak 27 tahun, tapi menikah di sebut merepotkan?" gumam Damar.
"baiklah aku akan mengikuti apa yang direncanakan oleh orang tua itu"
"baik tuan akan saya hubungi tuan besar bahwa anda setuju"
Damar menelpon ayahnya Rizal, mereka berbicara bahasa Thailand. tak lama telpon pun ditutup
"harus kah berbicara bahasa Thailand?"
"karena tuan besar berbicara bahasa Thailand jadi saya mau tidak mau harus menyesuaikan"
Rizal mendengus kesal, padahal ayahnya berdarah Inggris-Indonesia tapi kenapa harus bahasa Thailand yang dia gunakan. apa karena ayah dan ibu bertemu di Thailand, tapi bagaimanapun ibunya juga seorang warga Indonesia.
Ayahnya selalu berbicara bahasa Thailand semenjak sang ibu meninggal dunia, menurutnya Thailand adalah tempat pertama kali mereka bertemu, meski begitu terkadang Rizal merasa ayahnya sangat lebay.
"yah pokoknya awasi Daru, dia sedang apa, dimana, dengan siapa harus selalu laporkan tanpa ada yang terlewat sedikitpun!"
"baik tuan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments