ketika Daru sibuk menghajar orang-orang. Rizal dan sang ayah telah sampai di kediaman mereka. Rizal mengikuti ayahnya memasuki rumah utama. langkah sang ayah cepat dan lebar, langkahnya terhenti di depan sebuah pigura besar potret almarhum sang istri yang tersenyum lebar seraya menggendong Daru yang masih bayi. senyum yang merekah itu bagaikan cahaya bagi siapapun yang melihat nya. begitu cantik, elegan dan penuh pesona. terlihat wajah ningrat di raut sang istri.
Rizal ikut melihat potret itu, dia hanya terdiam dengan wajah sedih. kejadian 12 tahun lalu terlintas di benak Rizal, kejadian tragis yang merenggut kebahagiaan keluarga sekaligus ibunya.
sang ayah menghampiri pigura itu, menyentuh pinggir pigura dengan hati-hati.
"andai kamu masih disini mungkin kamu bisa menyelesaikan semua masalah ini" ucap sang ayah pelan, tatapannya masih mengarah menatap foto itu
"aku telah mengacaukan semuanya! maafkan aku, aku tidak bisa mendidik anak kita. aku tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengannya dan meminta maaf padanya. hari ini aku telah melalukan kesalahan besar kepada nya, aku menuduh dan memukulnya tanpa mendengarkan penjelasan nya. maaf kan aku" nada sang ayah berubah lirih, air mata perlahan mengalir di ujung mata sang ayah. kejadian hari ini begitu membuatnya terpukul. dia sangat bersalah telah mempercayai orang lain daripada anaknya sendiri, padahal dia tahu bahwa anaknya tidak akan melakukan perbuatan keji seperti itu.
Rizal hanya mengusap pundak sang ayah, mencoba untuk menghiburnya. meski dia pun tidak tahu harus bagaimana. tapi memang ayahnya sudah cukup keterlaluan. Rizal pernah memperingatkan ayahnya untuk tidak ikut campur dalam masalah perusahaan setelah ayahnya beberapa tahun lalu memilih untuk menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepada Rizal. Rizal pun selalu memperingatkan ayahnya untuk tidak berhubungan dengan anak gadis perusahaan yang pernah menjalin kontrak dengan ShabiL grup. tapi apa di kata, ayahnya sangat keras kepala. jika ayahnya tidak ikut campur mungkin masalah ini tidak akan terjadi, mungkin Daru tidak perlu tahu bagaimana kencan buta untuk pemegang perusahaan.
beberapa saat berlalu, ayahnya yang sudah merasa tenang segera di berikan air putih hangat oleh pegawai rumah tangga. Rizal meminta sang ayah untuk pindah ke kamarnya, meski sempat menolak tapi akhirnya sang ayah menurut dan segera memasuki kamarnya di temani oleh Rizal.
"ayah sebaiknya istirahat. ayah baru pulang, ayah pasti lelah" Rizal memberi saran, setelah memberikan vitamin kepada ayahnya dan membaringkan sang ayah.
"baiklah, terimakasih nak" sahut ayahnya.
beberapa saat kemudian sang ayah telah tertidur lelap, Rizal menyelimuti sang ayah dan segera pergi meninggalkan kamar itu.
Rizal melangkah menuju ruang tamu tadi, dia berhenti di depan foto keluarganya. melihat sang ibu dengan seksama. Ghia Sukma Jaya, itulah nama sang ibu. seorang pelukis terkenal berwajah cantik, tidak tapi sangat cantik bagaikan bidadari. pelukis yang memiliki banyak penggemar termasuk ayahnya. pelukis yang bahkan telah membuat galeri pribadi miliknya dengan nama GHIA seperti namanya. hal yang selalu di ingat Rizal tentang ibunya adalah senyum sang ibu yang begitu indah, setiap Rizal pulang sekolah dengan wajah muram dan tidak bersemangat, dia akan tenang setelah melihat ibunya memeluk dan memberikan senyuman hangat itu padanya. ibu yang selalu dia rindukan, ibu yang membuat harinya berwarna dan kehilangan ibu nya yang membuat harinya berubah bagaikan di neraka. Rizal masih ingat saat dia memalui hari-hari itu, hari-hari setelah ibunya pergi. begitu terpuruk, dia bahkan tidak bisa makan selama beberapa hari. apalagi saat dia selalu melihat ayahnya begitu menderita, bahkan pernah untuk beberapa lama Rizal membenci adiknya, karena insiden tragis itu berkaitan dengan adiknya.
dia ingat saat dia ingin melenyapkan Daru. saat itu Daru berusia 7 tahun dan Rizal berusia 17 tahun. dia menemani adiknya tengah bermain di sekitaran danau di belakang rumahnya. karena adik nya itu tidak bisa diam, Daru terpeleset dan tercebur masuk ke danau itu. Daru yang masih kecil tidak dapat berenang, Daru memanggil nama Rizal dan meminta tolong berkali-kali namun Rizal hanya melihat tanpa melalukan apapun, hanya diam melihat kejadian itu beberapa saat, Rizalpun berbalik meninggalkan Daru, dia berfikir bahwa ini adalah kesempatan nya untuk melenyapkan sang adik tanpa harus mengotorinya tangannya. Rizal terus berjalan, dia sudah bertekad untuk membiarkan Daru namun hati kecilnya menolak itu, dia teringat ibunya untuk selalu meminta Rizal untuk menjaga dan menyayangi adiknya. Rizal ragu namun dia pun berbalik dan berlari menuju danau. hatinya gelisah saat dia tidak menemukan Daru di permukaan, Rizal pun memasuki air mencari adiknya dan menemukannya dalam keadaan entah sudah mati atau belum. segera Rizal memberikan pertolongan pertama, Rizal begitu kalut takut adiknya akan pergi karena keegoisan bodohnya, nafasnya lega setelah melihat Daru mengeluarkan air dari paru-parunya dan segera membawa Daru menuju rumah sakit. akibat kejadian itu Daru trauma untuk berenang.
Rizal menekan kepalanya, dia tidak bisa melupakan kejadian yang sangat mengerikan itu. setiap melihat adiknya, Rizal merasa sangat bersalah.
"ibu, aku begitu menderita. kenapa ibu pergi dengan cara yang kejam seperti itu? tanpa berpamitan kepadaku, tanpa memberikanku ciuman perpisahan? aku sangat kalut saat itu Bu, tolong maafkan aku" sesal Rizal, matanya berkaca-kaca sebisa mungkin dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan foto ibunya.
Rizal menghela nafas panjang, dia berusaha tegar. diapun membenarkan letak dasinya
"setelah kejadian ini, aku akan lebih menjaga Daru. asal ibu tahu, Daru begitu membenci ibu, mungkin itu semua salahku. karena perbuatan dulu yang telah aku lakukan padanya. aku ingin menjelaskan semuanya tapi Daru tidak ingin mendengar Bu. aku harus bagaimana?" tanyanya kepada potret itu, namun sang ibu hanya tersenyum menjawab pertanyaan Rizal. Rizalpun kembali menghela nafas.
"sepertinya aku terlalu kasar, maafkan aku bu dan terimakasih atas saran ibu barusan. besok aku akan mengunjungi makam ibu dan membawa buket bunga yang besar" kali ini Rizal berbicara lebih tegar seraya menegakkan badannya. sebelum dia meninggal kan rumah itu, Rizal tersenyum kepada foto sang ibu.
"tolong jaga ayah" pesan Rizal kepada pak Seno selaku kepala pengawal di kediaman itu
"baik pak"
Rizal masuk ke mobil nya, kali ini dia yang harus turun tangan. dia tidak tahan hanya melihat kejadian yang telah terjadi hari ini. Rizal menelpon Bagas untuk memastikan Daru ada dimana. setelah dia tahu bahwa Bagas telah menemukan Daru yang tengah mengawasi adiknya yang bandel itu, Rizal meminta pak Damar untuk mengantarkan nya ke suatu tempat, tempat yang dulu pernah di kunjungi oleh Rizal.
"antarkan aku ke rumah j*l*ng itu!" perintahnya.
tatapannya penuh amarah, terlihat urat menggitari dahi mulus Rizal. kali ini Rizal akan membuat perhitungan dengan Irene, wanita yang telah mencoreng nama baik ShabiL.
*hallo semuanya, maaf kalau author baru sempat melanjutkan novel ini. karena beberapa alasan novel ini baru bisa di lanjut kembali.
terimakasih yang masih setia membaca karya ini 😘
thank for like, coment and vote nya😘😘*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
linanda anggen
semangat up 😁👍
salam dari:
-balas dendam cowok kampungan
-perfect Idol
-beautiful trap
2020-05-10
1