Kepala ku berat sekali, tidak hanya kepala tapi seluruh badanku serasa remuk dan pegal. Ketika ku hendak menggerakan kepala, sensasi sakit pada leher membuatku meringis.
Oh God! I think i need a new pillow. masih dengan mata tertutup aku berusaha memperbaiki posisi bantalku. What the hell kenapa aku tidak menggerakan tanganku, rasanya seperti terjepit. Aku berusaha mengaktifkan saraf yang masih belum bekerja sepenuhnya
*"Uhm!" *Suara yang aneh dan asing, aku tidak pernah mengeluarkan suara seperti itu sebelumnya. Rasanya semakin aneh karena ada sensasi mengelitik yang berasal dari tanganku, aku berusaha membuka mata dan hal aneh selanjutnya adalah sejak kapan langit-langit kamarku menjadi warna putih? Dan kenapa pencahayaan kamarku menjadi seterang ini?
*Wait a minute! This is not my room!* dan lagi-lagi aku merasakan sensasi aneh di tanganku, ketika ku buka selimut yang menutupi tanganku terlihat sosok yang tidak asing, rambut hitam, kulit putih, bulu mata panjang, bibir merah mudah. Seperti seseorang yang sangat kurindukan, seseorang yang sudah memberi warna dalam hidupku
Joline
Pantesan semua terasa aneh, Buh! ternyata aku masih dalam mimpi. Aku tersenyum dan kembali menatap wajah manisnya, menyelipkan helaian anak rambut yang menutupi wajah. Sungguh pemandangan yang langkah, karena langkah maka tidak bisa dibiarkan begitu saja. aku kecup dahinya, alisnya, matanya, hidungnya dan terakhir bibirnya.
"Hm!" Ternyata dia bisa mengeluarkan suara, mimpi yang terasa sangat nyata! Tidak hanya berwajah manis, aromanya juga sangat menyenangkan, membuatku ingin melakukan lebih. Dari kecupan menjadi ciuman dan sekarang aku mencoba memasukan lidahku tapi karena bibirnya yang tertutup rapat, ku gigit sedikit bibir bawahnya dan akhirnya mulutnya sedikit terbuka dan aku memasuki lidahku dan melakukan french kiss.
"Hm!" Lagi-lagi ia bersuara membuatku makin bergairah! Tapi karena ini adalah mimpiku ia tidak boleh menolak. Aku mengubah posisi yang kini berada diatasnya dan melanjutkan aksiku. Sepertinya karena terlalu semangat, aku membangunkan. Ia membuka mata secara pelahan, saat matanya terbuka dengan sempurna tiba-tiba
*"Kyaaa!"
Gubraak!
God damn! Ia menendangku hingga jatuh dari tempat tidur.
"Apa yang Anda lakukan?" Katanya sambil menatapku dengan muka merahnya, rasanya sudah lama sekali tidak melihat reaksi itu. Tunggu bukankah ini mimpi? Kenapa aku masih bisa merasakan sakit di bokongku, Aku melihat sekeliling dan ini jelas bukan kamarku, Where the hell am i? Belum sempat pertanyaan itu dilontarkan tiba-tiba terasa dorongan yang sangat kuat dari perut ke arah tenggorokan, refleks aku menutup mulutku dengan salah satu tanganku
"Kamar mandi disana!" Aku berlari ke arah yang tunjuknya dan mengeluarkan semua isi perutku. Damn**disgusting! Batinku
"Are you Okey?" Lagi-lagi suara yang sangat ku rindukan itu terdengar, terlihat Joline menatapku dengan tatapan cemas dan beberapa kali ia menepuk-nepuk pelan punggungku.
Sepertinya otakku kembali bekerja, potongan ingatan kemarin malam langsung menyerang seperti kaset rusak dan membuat kepalaku semakin sakit.
"Thank you" Kataku setelah menerima segelas air hangat dari Joline. Akhirnya kami pindah ke meja makan dan aku masih tidak sepenuhnya ingat bagaimana aku bisa berakhir di rumah Joline dan tidur seranjang dengannya. Begonya lagi aku mengira ini mimpi dan menciumnya dengan penuh *****.
"Oh ****!" Kataku reflek! Ingatan memalukan apa ini?
"Apakah anda sudah ingat?" Kata Joline dengan tangan dan kaki yang di silang, ia benar-benar terlihat sangat sexy sekarang. Rambut acak-acakan, kaca mata minus dan baju tidurnya yang tipis, samar-samar aku bisa melihat siluet pakaian dalamnya.
*Oke fokus!* Aku tidak yakin tapi ada satu potongan ingatan dimana aku merengek seperti anak kecil tidak ingin melepaskan Joline dari pelukanku
"I am sorry Miss Joline, Aku tidak ingat sepenuhnya tapi yang jelas sepertinya saya sudah melewati batas" Kataku penuh menyesal
"Batas? Setelah semua yang kamu lakukan semalam sekarang kamu bahas soal batas?" Aku terdiam mendengar pernyataan Joline. Demi Tuhan apa yang sudah kulakukan sebenarnya? Kenapa ia bilang begitu? Batinku
Jika dilihat pakaian kami masih lengkap harusnya masih belum sampai kearah sana, terus apa? Otak jeniusku seperti sudah berkarat, tidak berguna sama sekali!
Setelah mengetahui Joline pergi kencan, aku yang cemburu buta dengan bodohnya menyakitinya, kemudian aku menahan semua keinginan bertemu dengannya karena mengetahui ia mengalami trauma berat. Aku terus mengindarinya agar ia tidak menderita tiap kali melihatku, tapi disisi lain aku menjadi semakin frustasi dan melampiaskannya ke pekerjaan. Bekerja dengan normal saja sudah di sebut workaholic apalagi bekerja dalam kondisi frustasi. Hingga kemarin hatiku seperti mau keluar dari tempatnya karena melihat email masuk darinya, ku pikir akhirnya ia sudah mau ngajak ku ketemu tapi kenyataannya malah lebih pahit, aku mendapat surat peringatan darinya karena sudah mengacaukan rekor prestasinya.
Dan kali ini kesalahan apa lagi yang kulakukan? Aku berpikir keras
"Mau ku kasih petunjuk?" Kata Joline tersenyum jahil sambil mendekatkan wajahnya, kenapa hari ini dia berani sekali? Kemana Joline yang manis dan polos sebelumnya?
"Tapi sebelum itu Anda harus jawab dulu pertanyaanku" Aku mengangguk setuju
"Kenapa hanya ada nomorku di kontak HP Anda?" First Blood
"Kenapa nama kontaknya 'My Angel'?" Double Kill
"Kenapa Wallpaper ponsel Anda menggunakan foto saya?" Triple Kill
"Kenapa Anda menyimpan semua foto yang saya posting di sosial media?" Quadra Kill
Aku meneguk air minum diatas meja dengan tangan gemetar, sejauh apa dia melihat isi ponsel saya? Batinku
"Kenapa Anda bisa punya foto saya yang sedang tersesat dihutan kemarin?" Penta Kill!
"Because I Into You!" Kataku dengan nada setengah teriak karena tidak tahan lagi dengan aura intimidasi Joline
Joline terlihat kaget dan merona, reaksi yang sangat kusukai. Membuat mukanya merah adalah obsesi baruku. Sekarang saatnya aku membalas, Anda berurusan dengan orang yang salah Joline, let me show you the real intimidating.
"I say i into you" Aku mendekatkan wajahku perlahan dan seperti dugaan ia semakin mundur
"I want you" Kini gak cuma pipinya yang merah tapi telinganya juga
"How about you Joline?" Bisikku tepat didepannya
"Answer me!" selisih wajah kami yang hanya tersisa beberapa cm ini membuatku sadar bahwa malaikat kecilku ini sepertinya lupa cara bernafas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments