Adaptasi

Kami akhirnya pindah ke meja bulat karena meja panjang tadi tidak cocok untuk nongkrong bertiga.

Yup, bertiga karena mata elang Cesper yang mengenali mobilku akhirnya masuk kedalam resto dan mendapati Aku dan Nita didalamnya. Aku dan Nita pura-pura kaget saat disapa Cesper, padahal kami sangat panik saat melihatnya jalan ke arah resto, bahkan Nita masih sempat touch up lipstik.

"Kenalkan ini Nita, Nita ini Casper" Kataku singkat

Casper hanya tersenyum tipis kearah Nita dan kembali menatapku, Padahal Nita kelihatan ingin menjabat tangan tapi karena refleksi yang cepat dia langsung mengubah gerakannya menjadi menyelipkan rambut. Jika bukan karena Cesper aku pasti sudah tertawa melihat ekspresi cemberut Nita.

"Saya sudah dengar soal promosi Anda, selamat Miss Joline" Kata Cesper mengulurkan tangannya

"Terima kasih" lagi-lagi de javu kondangan

"Anyway Anda sudah makan malam? hari ini saya traktir sebagai tanda syukuran dan sogokan agar kedepannya kerja sama kita bisa lancar" Kataku berusaha mencari topik pembicaraan

Cesper hanya tersenyum dan lanjut berkata

"Kenapa tiap kali Anda lihat saya pasti menawarkan makanan, apa saya terlihat kelaparan?" Canda Cesper

"Yup, seperti pemangsa yang siap menerkam mangsanya" Kata Nita berhasil membuat ku melongo

"Teman Anda punya mata yang jeli" Balas Casper tidak kalah sarkasme

"Ha! ha! lucu sekali" aku tertawa canggung, sekarang dalam otakku hanya ingin pulang

"Terima kasih atas niatnya Miss Joline, tapi saya ada janji lain untuk nanti malam" Kata Cesper seperti bunyi bel gereja yang begitu menyenangkan

"Jadi apa pandangan mu soal project di R&D ini Miss Joline?" Tanya Cesper, well dia jauh lebih bisa diandalkan dalam mencari topik dan memang ada beberapa point yang ku kurang mengerti

Akhirnya kami mulai mendiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan kerjaan, seperti yang ku sampaikan sebelumnya Cesper adalah makhluk gen unggul dan saya sangat menikmati setiap pembicaraan dan saran yang diberikan dalam project ini. Dari cara dia berpikir, mengawasi, memprediksi sampai pengambilan keputusan benar-benar tidak ada celah, semua dilandasi bukti dan data. Sudah lama aku tidak pernah bertemu user yang begitu nyaman di ajak diskusi, hanya dalam waktu singkat ini aku sudah mendapat banyak ilmu baru darinya.

Sepertinya project kali ini akan selesai lebih cepat dari waktu yang ditargetkan, Cesper tidak hanya memiliki ide brilian tapi dia juga merupakan mentor yang baik. Walaupun aku tidak memiliki background Research namun dari pemilihan kata tepat Casper dapat menjelaskan dengan lancar, sekarang rasanya aku jadi semakin mengagumi makhluk didepan ku ini.

"Triiiiing" Dering ponsel Casper memutuskan diskusi kami dan ketika aku lihat jam tanpa sadar kami sudah diskusi lebih dari 30 menit, ternyata tidak seburuk yang kukira, Aku semakin percaya diri bahwa aku mampu membiasakan diri dengan Cesper.

Dari ujung mata aku bisa melihat muka jutek Nita yang seolah-olah mengatakan 'anggap saja saya batu'

Aku tersenyum kecil ke arah Nita, saat aku menerima balasan senggolan siku yang cukup keras. Pertanda dia sedang dalam kondisi ngambek, sepertinya seseorang butuh dessert malam ini.

"Maaf sepertinya saya harus mengakhiri diskusi kita" Kata Cesper begitu selesai dengan telepon nya.

"Anda sudah mau pergi?" Kataku tanpa sadar

Cesper terdiam dan tiba-tiba Ia tertawa lepas, tidak hanya aku yang menerima serangan jantung, Nita dan semua pengunjung perempuan di resto ini mengalami hal yang sama. Walau aku tidak mengerti apa yang membuat dia tertawa tapi wajah tertawanya benar-benar sangat enak dipandang. Jika kedepannya aku punya suami setampan Cesper maka aku akan melarang Ia tertawa di tempat umum karena itu seperti umpan bagi para pelakor. Ini ilegal, bagaimana ada manusia se sempurna Cesper.

"Iya, mari kita lanjutkan diskusinya senin depan Miss Joline" tanpa dipungkiri ada sedikit rasa kecewa yang mengelitik dihati

"Dan saya tidak perlu sogokan karena tanpa itupun saya akan memperlakukan Anda dengan baik" Seperti belum puas membuat jantungku berdebar dengan kata manisnya, Cesper mengelus kepalaku dengan lembut dan pergi meninggalkan resto.

Aku menarik kembali ucapanku mengenai mampu membiasakan diri dengan Cesper.

"Anda dalam bahaya Joline, benar-benar bahaya" Kata pertama Nita setelah Cesper pergi meninggalkan resto

Aku tidak sempat merespon ucapan Nita karena masih berusaha menenangkan debaran jantung ini.

--------------

Aku menyalakan lampu baca yang ada di samping tempat tidur, seperti biasa aku menyalakan lilin aroma untuk membantu pemulihan jiwa dan raga yang hampir remuk ini. Namun, kali ini aku memilih kopi dari pada susu hangat karena peran kafein jauh lebih dibutuhkan saat ini, aku mengambil kacamata dan mulai membaca berkas hasil diskusi dengan Cesper tadi.

Karena penjelasan Cesper yang sangat jelas membuat pekerjaan malam ini terasa mudah, hampir semua kendala yang ku temui hari ini terselesaikan dengan bantuan Cesper. Selain good looking dia juga pintar, siapapun yang menjadi pasangannya pasti sangat beruntung. Perhatianku kembali pada berkas tadi, disana ada beberapa coretan tulis tangan dari Cesper. Dari hasil tulis tangannya bisa dilihat dia adalah orang yang berambisi namun juga keras kepala, setiap coretannya ditulis dengan penekanan yang berbeda-beda hal itu menjelaskan dirinya yang mampu memposisikan diri.

Setelah dipikir-pikir aku tidak tau apa-apa soal Cesper, bahkan informasi dasar seperti umurnya saja tidak tau. Kira-kira seperti apa ya pasangannya? Apakah dia cantik? Tunggu! Apa Cesper benar sudah punya pasangan? Kalau belum......

"Kau gila ya Joline?" Kataku pada diriku sendiri, karena sempat mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.

Bagaimana mungkin aku sama Cesper? Mimpi aja aku tidak berani. Baik secara skill maupun fisik kami sangat jauh dari kata serasi. Tiba-tiba aku menjadi galau sendiri, diumur yang ke 27 ini aku seharusnya mulai mencari pasangan juga tapi lihatlah jam segini masih saja bekerja. Melihat mereka yang menghabiskan waktu weekend dengan pasangan sedikit membuatku iri, apa aku telat puber ya? Seharusnya keinginan buat cari pacar itu diawal umur 20tahun bukan sekarang.

Sepertinya aku sudah harus mulai mencari pasangan juga, tapi mulai dari mana? Pengalaman soal asmara N/A.

Oh Tuhan kenapa aku jadi galau begini ya? Ini kah yang disebut jomblo ngenes?

Coba kita cari tahu dari Go*gle

"Cara mencari pacar" Aku benaran sudah gila, membiarkan pertanyaan ini masuk dalam list history pencarianku

Setelah hampir 30 menit aku tidak menemukan jawaban yang relevan sama sekali. Tapi berdasarkan informasi yang terkumpul, kuncinya adalah lingkungan. Aku mulai berpikir siapa pria yang oke disekitar lingkunganku dan lagi-lagi aku tidak menemukan satu pun jawaban, dikarenakan posisi "Manager termudah" kalian sudah tau bahwa di sekelilingku hanya ada Bapak-bapak yang sudah berumur 40an tahun keatas sedangkan yang seumuran semua adalah juniorku.

Oke ini menjadi semakin menarik, Aku mulai melakukan root cause analysa*

-----------------

Disisi lain Nita baru saja selesai melakukan skin care rutinnya, Ia sudah siap mengakhiri harinya dengan segelas air putih hangat.

*Ting! *Bunyi notifikasi pesan singkat masuk dari Joline membuatnya berhenti sejenak

"Saya butuh kencan buta"

*Bruuuuh!! *Seketika air yang ada dimulut Nita keluar begitu saja

"Wanita gila!" Umpat Nita karena dia harus membersihkan semburan air yang membasahi meja riasnya

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

*Root cause analysis merupakan suatu proses mengidentifikasi penyebab-penyebab utama suatu permasalahan dengan menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan teknik yang telah didesain untuk berfokus pada identifikasi dan penyelesaian masalah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!