Jason kembali ke sekolahnya, setelah tadi ia pergi kerumah Shirleen saat jam istirahat.
Ia masuk ke kelas, dan Afik menanyakan kemana saja ia dijam istirahat tadi, pasalnya Afik melihat Jason pergi dengan terburu-buru, lalu Jason tidak lagi terlihat dimanapun disudut sekolah. Angga juga sudah menghubunginya saat mereka bertiga dikantin namun Jason juga tak mengangkat ponselnya.
Afik rasa ada yang mengganjal dengan Jason beberapa hari ini, Afik memang yang paling peka diantara ketiga temannya itu merasa Jason menyembunyikan sesuatu.
"Lo habis dari mana sih ? ngilang gitu aja kek hantu"
Jason pun menoleh, dan nampak berfikir "gue ada urusan"
"Son, kalo ada masalah tu bilang, lo ada masalah dengan perusahaan lo ?" Afik menanyakan apa yang mengganjal dalam hatinya. Karena akhir-akhir ini Jason sering membolos.
Jason tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya mengisaratkan bahwa ia baik-baik saja.
"Anak-anak pada nyariin lo tadi, katanya jadi nggak minggu ini liburannya" Afik menyampaikan pesan Yudha dan Angga tadi pada saat dikantin.
"Heemmm" Jawaban Jason sungguh mengguncang hati Afik.
Afik memang sudah terbiasa akan Jason yang menanggapi seperti itu, namun entah kenapa hatinya masih saja mengumpati Jason.
"Heemm heemm, kenapa nggak sekalian aja sih lo puasa ngomong kek jaman nabi, kan mayan ada pahalanya, punya temen kok gini amat gue mana sebangku lagi kan anjay" Afik menggerutu namun Jason sama sekali tidak terpengaruh.
Afik tidak tahu saja, dengan sifat Jason yang berbanding terbalik jika dihadapkan dengan Shirleen, Jason tidak akan betah untuk berdiam diri seperti itu, memang kekuatan bucin telah merubah segalanya.
Tidak lama guru yang mengajar dikelas Jason pun datang, Jason dan Afik pun menyudahi perbincangan unfaedahnya itu, mereka mengikuti pelajaran dengan khidmat layaknya murid teladan.
Shirleen sedang berada dibutik Weni bersama dengan Misca, ia membicarakan rencana hidupnya kedepan, ia meminta pendapat sahabatnya itu, sahabatnya itu pun hanya menghela nafas dan siap membantu rencana Shirleen kedepannya. Ia sangat senang bisa menolong sahabat semasa kuliahnya itu.
Kini ia sedang menunggu sesuatu yang besar terjadi dalam hidupnya, sesuatu besar yang ditimbulkan akibat keputusan besar yang telah ia ambil.
Beberapa hari berlalu, Shirleen masih dengan sikap yang seperti biasa dihadapan Athar suaminya, ia melakukan semua tugas dan kewajiban istri, hanya melayani suaminya diranjang saja yang tidak sanggup ia lakukan. Sungguh ia tidak sudi memakai miliknya yang telah pernah dipakai orang lain.
Kini ia sedang makan siang seperti biasa bersama suaminya, Misca telah ia titipkan kepada Weni sebelumnya, yah tidak ada yang berubah kebiasaan suaminya yang selalu pulang kerumah untuk makan siang masih melekat hingga detik-detik kehancuran rumah tangganya.
Ting tong, suara bel rumah Shirleen berbunyi, Shirleen yang telah mengetahui siapa yang akan datang pun segera bangkit dari duduknya untuk membuka pintu.
"Biar aku yang buka Mas" Shirleen berbicara pada suaminya.
Athar pun mengangguk menyetujui.
ceklek, pintu luar rumah Shirleen dibuka, terlihat Pak Hendra pengacaranya tersenyum padanya, lalu memegang pundaknya dan berkata "sabar, kamu pasti bisa melewatinya"
Shirleen pun mengangguk, walau air matanya kini sudah jatuh, namun segera ia usap, ia harus tegar, dan harus bisa menerima kenyataan ini.
Athar pun yang sudah selesai makan siang pergi menemui tamu telah dipersilahkan masuk oleh Shirleen.
Ia agak terkejut karena yang datang adalah Pak Hendra, karena ia mengetahui kalau Pak Hendra adalah pengacara keluarga Julian.
"Selamat siang Pak Athar" sapa Pak Hendra sambil mengulurkan jabat tangannya.
"iya, siang Pak Hendra" Athar pun menerima jabat tangan Pak Hendra, nampak raut mukanya berekspresi bingung.
"Ada apa yah Pak" lanjutnya lagi.
"Oohh, gini Pak Athar saya datang kesini ada sesuatu yang harus saya selesaikan perihal Shirleen" Pengacara Shirleen mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Iya, istri saya kenapa ?"
Shirleen hanya diam mengikuti permainannya, ia sudah tidak sabar melihat ekspresi suaminya nanti, menyesal atau malah suaminya itu akan bahagia melihat segalanya hancur.
"Ini, bacalah, dan pelajari berkasnya, setelah itu saya akan baru bisa menjelaskan" Pak Hendra memberikan map berisikan berkas apa yang dikirimkan Shirleen padanya beberapa hari lalu, dan segala keperluan lain yang telah ia siapkan.
Athar pun membuka berkas tersebut, dan langsung terjatuh beberapa foto kemesraan ia dengan madunya saat ia membuka dan menarik berkas dari mapnya.
Athar sangat terkejut, ia seperti orang yang berhenti bernafas, tenggorokannya tercekat, ia terdiam dengan bahasa wajah yang sulit diartikan.
Ia melirik kearah istrinya, nampak Shirleen sedang duduk sambil memainkan kukunya, ia terlihat tidak terkejut dan biasa saja.
Athar kembali mematung sambil melihat berkas yang tadi ia buka, tubuhnya gemetar, tangannya meraih kertas itu, kertas yang membutuhkan sebuah tanda tangannya maka segalanya selesai.
Ia menyesal, ternyata istrinya selama ini diam bukan berarti tidak mengetahui segalanya, bahkan ia telah tertinggal langkah istrinya. Kini tidak ada yang bisa ia lakukan, ia tahu betul sifat istrinya dalam bertindak, sekali tidak maka tidak bagi istrinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 429 Episodes
Comments
Bzaa
aku suka sikap Shireen...
cepat dan sigap, konsisten dan tabah😁😆
semangat Shireen 💪😘
2023-03-05
1
fitriani
hadeh skr aja nyesel kmrn pas kawin lagi gak mikir apa otaknya ada istri yg tersakiti.... 😡😡😡😡😡😡😡
2022-09-19
0
Fa Rel
mampuss lo slaah sendiri selingkuh
2021-12-14
3