Jason

"Siapa yang sinting Bun ?" Athar yang baru sampai rumah untuk makan siangpun dikejutkan dengan umpatan istrinya.

"Emm, itu anu, eemm itu kurir yang anter pizza ini Mas" gagap Shirleen.

"Sinting kenapa ?" Athar sedikit penasaran, karena tak biasanya istrinya itu mengumpat pada orang lain.

"Emm, katanya... katanya dia kenal aku, sering liat aku dimana gitu katanya, sok kenal banget gitu loh Mas" Jawab Shirleen yang masih ragu dengan jawabannya sendiri yang agak tidak masuk akal.

"Oh iya, masa cuma gitu doang udah kamu katain sinting sih Bun, ya siapa tau aja dia emang sering lihat kamu dimana-mana, kan kamu juga sering keluar rumah sama Misca"

"Iya sih Mas, tapi aku nggak suka aja dia sok kenal gitu" Shirlen melanjutkan kebohongannya.

"Ohh, ya udah kalem ajah, jangan cemberut gitu dong, minta dicium nih maksudnya ?" Athar menggoda istrinya

"Eh iya, kamu pesen pizza, tumbenan ?" Athar melirik box pizza diatas meja teras.

"Ah iya, lagi pengen aja Mas" Shirleen terpaksa membawa masuk pizza pemberian Jason yang sempat ia tolak, karena mau gimana lagi pizza itulah yang sekarang justru malah menyelamatkannya.

Suara dentingan sendok pun terdengar diruang makan keluarga kecil Athar, nampak sesekali mereka bercanda dan tertawa mendengar cerita si kecil Misca.

Misca nampak bercerita apa saja pada ayah dan Bundanya tentang bagaimana ia disekolah, Athar dan Shirleen pun begitu antusias mendengarkan.

"Sayang, Mas akan ada dinas keluar kota besok" Athar meminta izin istrinya saat mereka sudah selesai makan siang, kini mereka bertiga sedang bersantai diruang keluarga.

"Berapa hari Mas ?" Shirleen tidak terkejut lagi suaminya itu memang kadang sering dinas keluar kota untuk beberapa hari, walau dalam hatinya ada sedikit kesedihan tapi ia tidak mau menampakkannya, ia tidak mau terlalu membebani kepergian suaminya hanya karena ia berat untuk jauh dari suaminya.

"Mungkin tiga hari, yah doakan saja cepat selesai" jawab Athar sambil mengelus lembut kepala putrinya yang sudah mulai mengantuk dipangkuannya.

"Ya sudah, nanti aku siapkan segalanya"

Malam ini begitu dingin, hujan lebat mengguyur tempat tinggal Shirleen dan sekitarnya, suara petir menggelegar sesekali, cuaca saat ini memang sulit diprediksi bahkan tadi siang saja Matahari masih dengan semangat memberi panas yang berlimpah pada bumi, malamnya siapa sangka langit akan menangis sejadi-jadinya seperti ini.

"Bunda Misca takuuutt" Misca membuka pintu kamar Bundanya dan segera berlari memeluk Bundanya.

"Misca tidur sama Bunda yah, yuk disini ditengah" Shirleen mulai mengelus kepala putrinya hingga putrinya terlelap.

Sejenak Shirleen termenung memikirkan kejadian tadi siang, dimana Jason secara terang-terangan menggodanya, ia hanya takut terjadi salah paham terhadap dirinya dan suami. Mengingat Jason adalah publik figur, bukan tidak mungkin begitu banyak wartawan yang berlomba-lomba mencari informasi tentang kehidupan sehari-harinya.

Ah, tapi tidak juga, ia masih beranggapan tidaklah mungkin Jason menyukainya, secara ia sudah begitu tua, akan tidak bagus dan menguntungkan jika ia digosipkan dengan Jason, ah tidak itu sungguh tidak akan pernah terjadi.

Lalu ia mengambil ponselnya diatas nakas, dan mulai mengetikkan sesuaru dilaman pencariannya.

"Jason Ares Adrian" Begitulah yang tertulis dilaman pencariannya, lalu muncullah beberapa artikel tentang Jason dan terlihat beberapa foto Jason yang ternyata memang Jason yang ia kenal.