Dinda hanya mengaduk-ngaduk makanannya tanpa ada niat untuk memakan. Gadis itu tampak tersenyum-senyum sendiri, seperti orang yang di mabuk cinta, entah apa yang ada dalam pikirannya. Nia melihat putrinya yang seperti itu mengernyitkan dahinya bingung.
"Dinda, Dinda!! " panggil Nia, bukanya menjawab Dinda masih tersenyum-senyum seperti orang tidak waras .
"Dinda! " teriakan Nia membuat Dinda kaget.
"Ibu kok teriak-teriak panggil aku, gak usah teriak Bu," ujar Dinda.
"Gimana ibu gak teriak, kamu dipanggil gak Dengar-dengar, terus kenapa kamu gak makan?Malah senyum-senyum? " tanya Nia sambil mengelengkan kepalanya melihat tingkah laku putrinya itu.
"Enggak buk, aku cuma mau senyum aja, kan senyum aku manis," ujar Dinda, dan memakan kembali makanannya , tapi masih tersenyum. Susah kalau sudah kasmaran.
Dinda masuk kekamar nya setelah selesai makan dan membereskan meja makan. Gadis itu mengambil ponselnya di atas meja dan membuka aplikasi galeri .
Dinda tersenyum melihat foto Devan, entah dari mana dia mendapatkan foto tersebut.
"Bapak ganteng banget sih? Aku jadi takut bapak di ambil sama buaya betina diluaran sana," ujar Dinda sambil mengusap foto Devan dilayar ponselnya.
"Bapak masang muka galak aja ganteng apa lagi senyum. Mungkin aku sudah meleleh," ujar Dinda dengan ucapan tidak jelas. Gadis itu mencium foto Devan berkali-kali.
"Kalau gak dosa sudah aku santet bapak supaya klepek-klepek sama aku , hehehe... " ujar Dinda disertai tawanya.
"Ya Allah kalau bapak Devan jodoh hamba dekatkanlah, bila bukan jodoh hamba maka jadikan dia jodohkan hamba, maaf ya Allah doanya maksa. Hamba sudah terlanjur cinta, Aamiin." Sambil mengusap tangannya ke wajah.
Dinda merebahkan tubuhnya dikasur dan menatap foto Devan.
"Gak sabar buat ketemu bapak lagi besok, semoga cepat pagi " ujar Dinda, menaruh ponselnya dimeja dan mulai menutup matanya.
******
Dinda bangun dari tidurnya sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya dan bangun dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi, selesai dengan ritual mandinya, gadis itu mengambil baju kantornya dan memakai nya.
Tidak lupa sebelum berangkat, dia memakai bedak dan lipstik agar terlihat fresh. Dan keluar dari kamar menuju meja makan.
"Dinda, ayo makan nak " ujar Nia mengambilkan lauk dan nasi untuk Dinda.
"Makan dulu." Sambil tersenyum kearah putri semata wayangnya.
"Makasih ibu, makin sayang sama ibu," ujar Dinda. Dinda tipe gadis yang periang, dan Nia selalu terhibur dengan tingkah putrinya, dia berharap semoga Dinda menikah dengan pria yang baik dan bisa menyayangi putrinya dengan tulus karna dia tidak tau, apakah dia akan selalu bersama putrinya.
"Bu, aku berangkat," pamit Dinda mencium tangan Nia.
"Hati -hati ya, Nak."Nia mencium pipi putrinya lembut.
"Dadah Ibu!!" Dinda sambil melambaikan tangannya.
*****
Dinda sudah sampai dikantor tempat dia bekerja dan tentunya tidak terlambat lagi, dia tidak mau kena marah Devan. Dinda masuk kedalam kantor sambil bersenandung ria, keadaan kantor masih sepi karna para karyawan kantor datang jam 08:00 pagi sedangkan ini masih menunjukkan jam 07:00 pagi .
Gadis itu duduk di kursi kerjanya matanya berbinar melihat Devan yang datang lebih pagi. Pria itu melewati Dinda tanpa menyapa. Dengan cepat gadis itu mengikuti Devan.
"Apa ini pertanda, bahwa bapak Devan jodoh aku?" gumam Dinda. Devan tiba-tiba berbalik, dia lupa ponselnya tertinggal di mobil dan saat berbalik dia menabrak tubuh Dinda yang berjalan mendekat kearahnya dengan sigap Devan merengkuh pinggang Dinda yang hampir terjatuh.
Mata mereka bertemu dan terkunci beberapa detik.
"Bapak so sweet," ujar Dinda. Devan yang awalnya mulai terpesona dengan sekretarisnya itu, sadar dan menjatuhkan tubuh Dinda ke lantai.
Brakk
"Aw! Aduh Bapak sakit kok dilepas, kan lagi romantis-romantisnya," ujar Dinda sambil memegangi pantatnya yang jadi korban.
"Kamu ngapain di sini? " tanya Devan galak.
"Aku mau ketemu Bapak, kali aja butuh bantuan," ujar Dinda sambil cengengesan.
"Sana pergi, saya tidak butuh bantuan kamu, malah kamu buat saya sial!!" ketus Devan yang memilih masuk ke ruangan tak jadi mengambil ponselnya. Dinda cemberut mendengar itu.
"Untung sayang, kalau gak aku cabik-cabik mukanya " gerutu Dinda dan kembali ke tempatnya.
*******
Dinda membawa sebuah berkas yang akan dia berikan ke pada Devan dengan dihiasi senyuman manis, karna dia bisa bertemu dengan bos gantengnya itu.
Tokk tokk
"Masuk!" sahut Devan dari dalam ruangan. Dinda masuk kedalam ruangan tersebut setelah mendengar sahutan Devan.
"Bapak ini berkas yang harus di tanda tangani."
"Hmm..." balas Devan yang masih fokus dengan laptopnya.Devan menatap kearah Dinda yang masih berdiri di depan mejanya.
"Ngapain masih disini? "
"Saya mau ngasih berkas."
"Taruh di meja, dasar bodoh!!" umpat Devan, Dinda yang mendengar umpatan pria tersebut terlihat sedih.Devan melihat kearah Dinda yang masih berdiri di sana dan saat akan memarahi Dinda lagi. Dia menatap wajah Dinda yang terlihat sedih.
"Kamu kenapa? " tanya Devan. Dinda menatap kearah Devan.
"Bapak bilang saya bodoh!" sahut Dinda sambil merengut.
"Saya minta maaf kalau perkataan saya nyakitin kamu " ujar Devan .
"Enak aja cuma minta maaf, bapak harus traktir aku makan di kantin, gak mau tau " ujar Dinda galak,keluar dari ruangan Devan . Pria itu melongo melihat Dinda yang galak padanya.
Yang bos disini dia atau gadis itu, kenapa Dinda lebih galak darinya.
*****
Dinda duduk di kursi kantin menunggu Devan, dia berharap pria itu datang ke kantin untuk mentraktirnya. Tiba -tiba Eka dan teman-temannya datang dan berjalan kearah Dinda.
"Tuhkan para dedemit datang lagi, pasti mau ngajak berantem " gumam Dinda.
Brakk
Eka mengebrak meja, tempat Dinda duduk.
"Aku mau kasih perhitungan buat kamu, wanita murahan !" ujar Eka.
"Eh, nenek lampir aku udah bisa ngitung jadi gak usah di ajarin perhitungan lagi " ujar Dinda sambil ber kacang pinggang .
"Dasar bodoh , bukan itu tapi beri pelajaran buat kamu" ujar Eka .
"Aku salah apa sih sama kamu? Kenapa kamu ganggu aku terus? " ujar Dinda.
"Karna kamu berani deketin pak Devan, pak Devan punya aku jadi gak usah Keganjenan" ujar Eka mendorong bahu Dinda kasar.
"Gak usah dorong-dorong!! " ujar Dinda yang mendorong bahu Eka balik.teman-temanya yang melihat Dinda mendorong Eka pun ikut turun tangan.
Dea dan Andin menjambak rambut Dinda sampai membenturkan kelapa gadis itu ke tembok dan menjadi pusat perhatian orang-orang disana yang tak ada niat untuk melerai.
"STOP!! " teriak Devan yang baru datang, membuat Eka dan Teman-temannya menghentikan pengeroyokan pada Dinda. Dinda memegangi kepalanya yang terasa sakit. Melihat Devan ada disini, dengan cepat Dinda berjalan kearah bosnya sambil memegang lengan Devan.
"Bapak saya di keroyok sama tiga dedemit itu pak " adu Dinda, sambil menunjuk kearah Eka dan teman-temannya, yang diam tak berkutik dan menununduk takut.
Devan menatap kearah Dinda yang terlihat seperti korban terkena angin ****** beliung, rambut yang sudah tak berbentuk. Dan sempat-sempatnya tersenyum kearah Devan.
"Kalian bertiga saya peringatankan, sekali lagi melakukan ini ke Dinda saya pecat " ujar Devan dan pergi dari sana. Eka dan teman-temanya meneguk ludah kasar.
Dinda tersenyum puas.
"Makanya sifat jangan kaya setan, wlee" ejek Dinda sambil menjulurkan lidahnya.
"Kau... " geram Eka dengan Dinda.
"Sini kalau berani, ini tampar aku kalau berani " Dinda menunjuk pipinya.
"Nanti aku aduin sama bapak Devan, nanti di pecat deh, kasian " ujar Dinda dan pergi dari tempat itu setelah puas mengejek Eka.
Kaya gini kalau Dinda lagi natap Devan, gak berkedip saking terpesona nya.Tapi ada saat dimana rasa cinta Dinda pada Devan berubah menjadi kebencian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
....
cantik bett😳😳😳😳😯💖💓💘
2022-07-12
1
🏠⃟ᴬʸᵃⁿᵏરuyzⷦzⷩ𝐀⃝🥀
Hahaahhaah good job dinda
2022-06-22
0
🏠⃟ᴬʸᵃⁿᵏરuyzⷦzⷩ𝐀⃝🥀
Aku ikut sedih juga pak devan
2022-06-22
0