EPS. 07

Aditya berusaha menghilangkan semua hal yang berhubungan dengan Maudy, barang - barang atau apapun, yang berhubungan dengan wanita itu, Aditya tak ingin jika dia berlarut - larut dalam kesedihan. Hidup adalah pilihan, apa yang dipilih hari ini menentukan bagaimana keadaan kita esok hari. Dan siapa kita hari ini, ditentukan oleh apa - apa yang telah kita pilih sebelumnya.

Bersedih kepanjangan hanya akan menjadi malam petaka bagi diri sendiri, dimana kehidupan masih terus berjalan, tanpa memperdulikan, bagaimana perasaan kita sedikit pun. Bahkan waktu tidak bisa mengubah kesedihan yang ada didalam hati. Yang bisa menentukan kita akan bersedih atau bahagia ya diri sendiri, kesedihan itu kita rasakan karena memang hati ini mengizinkan duri itu menyayat hati, kita yang mengizinkan kesedihan itu hinggap di hati.

Aditya memulai hidupnya kembali, seperti dirinya yang dulu, yang penuh ambisi. Waktu telah menunjukkan puk 08.00, seperti biasanya pada jam segitu waktunya Aditya berangkat kekedai. Dia pergi mengendari motor cbs nya, dengan helem bogo model retro dikepalanya, sepanjang jalan Aditya bernyanyi dengan ceria, dia pun menghentikan lantunan lagunya, saat dia sadar bahwa seseorang didepannya adalah orang yang sudah sangat familiar untuknya, "MAUDY".

Jlebbbb, hati emang tak bisa dibohongi. Dari luar seolah Aditya merasa baik - baik saja, tapi saat diuji dengan sosok Maudy didepannya, badannya terbujur kaku, hatinya mulai kembali bergemuruh.

Maudy juga menyadari lelaki yang mengendari motor cbs dibelakangnya adalah Aditya, terlihat dari pantulan kaca spion motornya. Dia merasa Aditya tampak baik - baik saja, bahkan masih bisa bernyanyi dengan bahagia di jalanan.

"Ohh, ini sungguh tidak adil, apa cuma aku disini yang terluka. Padahal fikirku dulu dia juga menyukaiku, sikap manisnya padaku, bahkan aku sempat menangkap basah dia menatapku secara diam - diam, aahhh, mungkin itu hanya perasaanku saja. Stop maudy, stopp. Jangan pernah memikirkan lelaki itu lagi" Maudy pun menambah kecepatan berkendaranya untuk berjarak dengan Aditya.

"Sepertinya Maudy melihat ku, makanya dia berjalan lebih cepat, aku fikir semuanya akan lebih mudah, ternyata tidak!" gumam Aditya di dalam hatinya.

Aditya sampai di kedai kopi miliknya, dia melihat Rendy yang sudah menunggu didepan kedai. Aditya segera membuka pintu besi kedai kopi itu dan membersihkan kedai, seperti rutinitas biasanya. Aditya kembali melakukan semuanya dengan bersemangat, seolah tak ada lagi kesedihan di hatinya.

"Kemarin, lesu, diem, bengong, serem gue lihatnya. Sekarang ceria banget, kemasukan jin apa lu bro?" tanya Rendy sambil bercanda.

"Ah lu bro, ngadi - ngadi, biasa aja kok. Eh by the way ini akhir bulan ya, ada yang mau gajian ni, hahaha" ucapnya kepada Rendy.

"Haha, jangan lupa bonusnya ya bos" ucap Rendy.

"Ahahaha, aman, tapi lu janji ya bro, bantu aku membesarkan kedai ini" jawab Aditya.

"Eh bro, aku baru ingat, ini ada event art coffe, hadiahnya lumayan loh. lu kan berbakat tu di bidang seni, kalau ngeracik kopi mah udah ahlinya kan" sambil menunjukkan selebaran lomba kepada Aditya.

"Boleh ni bro, nanti gue daftar deh, itung - itung tambahan modal kalau menang" menepuk - nepuk selebaran yang berada ditangannya.

***

Waktu berjalan begitu lambat dan suasana terasa begitu sunyi, sehingga detakan jam dinding terdengar dengan jelas. Faktanya Aditya sedang melayani banyak pelanggan yang datang ke kedainya, tapi satu ruang bernama hati terasa hampa dan kosong.

Dari pintu masuk kedai terlihat seorang gadis mungil, berjalan mendekat, menghampiri Aditya dan memberikannya bekal untuk makan siang.

"Abang, ini aku bawa - in makanan" ucap Selly dengan wajah riangnya.

"Lain kali gak usah repot - repot ya, disinikan ada banyak makanan" jawab Aditya.

"Yang ini beda bang, spesial" Selly pun menarik Aditya ke meja didekat dinding kaca, dan memintanya untuk segera menghabiskan makanan tersebut. Aditya mengikuti permintaan adiknya, memasang wajah tawa didepan Selly sambil menyantap bekalnya.

***

Pada waktu yang bersamaan saat ingin pulang kerumah, Maudy melewati kedai kopi, dia melihat bahwa Aditya sedang duduk berdua dengan seorang gadis. Maudy mengamati tawa Aditya dari jauh, betapa sakit hatinya ketika melihat Aditya mampu tertawa saat bersama orang lain, tetapi begitu dingin dan tega kepadanya. Maudy menyangka bahwa wanita yang dilihatnya di kedai itu adalah kekasih Aditya.

Bergumam dalam hati "Pantas saja dia tak menyukaiku, bahkan tak memberikan sedikit saja ruang untukku, atau hanya sekedar mengizinkan aku menyukainya. Ternyata ada hati yang sedang di jaganya. Bodoh nya aku, bodoh, bodoh banget!" lalu dia meneteskan air mata.

Lagi dan lagi, Maudy menangis karena Aditya. Semakin dia mencoba melupakannya, semakin dia memikirkannya. Maudy mengambil handphonenya, mencari nomor kontak Aditya didalamnya, lalu dia menghapus nomor WhatsAppnya dari kontak handphone, tak hanya itu Maudy juga menghapus semua foto Aditya yang ada di hpnya, memutuskan segala bentuk pertemanan di berbagai platform media sosial, mulai dari ig, facebook, twitter, dan tiktok. Walau cara ini belum tentu berhasil, tapi setidaknya bayangan tentang Aditya tak terus bergentayangan di hidupnya.

"Maudy, Maudy, buka pintu, ini Diana" sambil mengetuk pintu rumah Maudy

Maudy membuka pintu dan mengizinkan Diana untuk masuk kedalam. Didalam Diana menunjukkan satu selebaran tentang acara event coffea art yang akan diadakan pekan ini di taman dekat kota.

"Lah maksudnya gimana ni? aku disuruh ikut lomba? aneh - aneh aja lu" ujar Maudy.

"Ya enggak, makanya denger sampai habis dong ceritanya" jawab Diana.

"Kabar baiknya, para tamu bisa mencicipi semua jenis kopi, yang langsung dibuat oleh ahlinya, selain itu bakal ada doprize menarik bagi yang beruntung, mantap gak tu?"

"Order langsung tiketnyaa, buruuaannnnn!" ucap Maudy dengan antusias tinggi. Sebagai pecinta kopi sejati tak mungkin dia melewatkan kesempatan ini.

"Ettss, tenang, tiketnya udah ada ditanganku" menunjukkan tiket yang ada di sakunya.

"aaaaa, sweet banget sih my bestie" ucap Maudy sambil memeluk Diana.

***

Setelah menghabiskan bekal yang dibawakan oleh adiknya, lalu aditya menceritakan terkait brosur perlombaan yang di infokan oleh Rendy. Selly segera membaca brosur itu dengan cermat dan mendetail, dari ujung atas sampai ujung bawah tak ada yang terlewatkan. Selly setuju jika aditya mengikuti lomba tersebut, karena hadiahnya lumayan, dan dia juga mengetahui bahwa Aditya memiliki bakat dibidang ini, dan Selly sangat yakin bahwa abangnya bisa menjadi pemenang event ini.

"duh, bisa aja sih kamu yaa, kalau muji abangnya, ada maunya ya?" sambil mengelus kepala Selly.

"Abang tau aja, inikan akhir bulan" ujar Selly sambil tertawa kecil

"Teruuss????" jawab Aditya

"Suntikan dana dong" Ucap Selly, sambil mengadagkan tanggannya kepada Aditya.

Aditya segera mengeluarkan handphone yang berada didalam kantongnya, lalu dia memasukkan no. rek Selly dalam akun banknya, dan suntikan dana berhasil, Aditya menunjukkan bukti transferan kepada Selly.

" Makasiih abang, abang sekaligus ayah untuk Selly" sambil memeluk Aditya.

"Oh ya abang, bagaimana hubunganmu sama kak Maudy?" tanya Selly dengan nada bercandaan.

"emmm ....,"

Terpopuler

Comments

Almira Mira

Almira Mira

next

2021-09-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!