EPS. 10

"Srigala gimana maksudnya?" ujar Maudy.

"Ya ..., gak tau juga sih. Kemarin baca sekilas di sosmed lambe turah" jawab Diana sambil menggelengkan kepala.

Maudy kembali melihat ke mading, penasaran siapa saja yang magang di PT yang sama dengannya. Tiba-tiba ekspresi wajahnya menjadi kaku dan lesu, setelah mengetahui bahwa orang yang ditugaskan magang di tempat yang sama dengannya adalah Shafira.

"Lengkap cobaan gue na," ucapnya dengan nada putus asa.

Mendengar ucapan Maudy, Diana spontan melihat ke mading dan mencari tau siapa partner magang sahabatnya itu. Setelah melihat nama Shafira, Diana terkejut dan berusaha menenangkan Maudy.

Lalu Diana memberikan sebuah saran kepada Maudy, untuk mengajukan penggantian lokasi magang di bagian akademik. Maudy pun setuju, dan segera pergi ke bagian akademik, untuk mengkonfirmasi bahwa dia keberatan ditempatkan di tempat magang yang sama dengan Shafira. Tapi bukan malah solusi yang didapatkannya, melainkan ceramah singkat dari ketua jurusan, yang pada intinya ketua jurusan tak mau mengganti apapun dari apa yang sudah ditetapkannya.

"Dunia kerja itu keras, jika hanya dengan masalah ini saudara tak sanggup menghadapinya, maka saudara tak akan pernah bisa maju dan berkembang, saya harap saudara belajar banyak disana. Sebenarnya banyak mahasiswa yang tertarik untuk magang diperusahaan itu, tapi perusahaan tersebut membatasi pihak kampus untuk hanya mengirim dua mahasiswa magang dan salah satunya harus memenuhi kriteria yang dikirimkan. Setelah di telusuri, hanya saudara yang memenuhi kriteria yang dikirimkan oleh perusahaan tersebut." Sedikit cuplikan ceramah dari Ketua Jurusan.

Maudy tak berkutik, karena ketua jurusan memang dikenal sangat garang. Di dalam ruangan Maudy hanya bisa mengangguk, mendengarkan apa yang dikatakan okeh ketua jurusan, dan menyetujui setiap keputusannya, karena jika tidak, maka dia akan berurusan dengan sesuatu yang lebih rumit lagi. Tapi sebenarnya dia sedikit bingung dengan ucapan ketua jurusan tentang kriteria yang dikirim perusahaan, tapi dia tak begitu menghiraukannya.

Setelah beberapa menit Maudy keluar dari ruangan dengan mimik wajah yang lebih menyedihkan dari sebelumnya.

"Gimana, gimana? berhasil?" tanya Diana, dengan sangat antusias.

"Boro-boro" ujarnya sambil memasang ekspresi wajah sedih.

Melihat sahabatnya bersedih, Diana berusaha keras menghibur dan memotivasi Maudy. Dia meyakinkan kepada Maudy bahwa dia itu spesial, sangat berharga, dan baik hati. Di satu sisi, Diana khawatir dengan keadaan Maudy, karena dia akan menjalani hari-hari bersama tukang bully. Disisi lain, Diana tak ingin Maudy mengulang semester depan dalam pada mata kuliah yang sama, dan ini akan berdampak pada waktu kelulusannya kelak.

"Dy, gimana kalau kita makan bakso, laper ni" Sambil memegang perutnya.

Maudy menyetujui ajakan Diana, mereka segera berjalan ke kantin. Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan Shafira and the geng. Shafira menatap sinis ke arah Maudy.

"Eh lo! magang di PT. Putra Jambi bareng gue kan?, hahaha, Persiapkan diri dengan baik ya ..., gen-dut" ucap Shafira dengan sinis.

Diana langsung menarik tangan Maudy, dan mengajaknya meninggalkan tempat itu. Maudy terlihat semakin murung, setelah mendengarkan perkataan Shafira, seolah-olah Shafira telah merencanakan sesuatu yang buruk kepadanya.

"Udah dy, gak usah terlalu difikirin ucapan nenek sihir itu. Toh, disana status kalian sama-sama anak magang kan. Udah bawa santai aja, cuma tiga bulan kok, semangat" Diana berusaha menghibur sahabatnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***