Cahaya merambat masuk kedalam kamar, melalui sela-sela bingkai jendela. Maudy perlahan membuka matanya dan segera melihat jam di handphonenya, lalu bersiap untuk pergi kekampus. Maudy terlihat begitu bersemangat dan bahagia pagi ini, tampak dari lengkungan bibir dan pancaran mata yang begitu berbinar.
Sesampainya dikampus Maudy langsung menuju kelas dan menghampiri sahabatnya Diana.
"Waahh, ada yang lagi berbunga-bunga nih," ucap diana.
"Ahh, biasa aja kok" Tersipu malu.
"Tugas udah buat kan?" tanya Diana.
"Udah dong, eeeee--tapi--" Dengan terbata-bata.
"Tapi apa? pasti belum di print kan. Dasar pelupa, ayo buruan aku temenin," ucap Diana.
Maudy dan Diana segera menuju ke KOPMA (Koperasi Mahasiswa), sesampainya disana ternyata ada banyak mahasiswa didalam.
"Bu mau ngeprint udh bisa?" tanya Maudy ke ibu penjaga kopma.
"Udah bisa nak, langsung print sendiri saja ya" jawab ibu itu.
Maudy berjalan ke arah komputer yang berada di pojok kopma, melewati antrian mahasiswa yang di sekitarnya. Saat berjalan tak sengaja dia menyenggol salah satu mahasiswa, yang ternyata adalah teman kelas yang sering membully-nya yaitu Shafira.
"Duhh, makanya badan tu kecilin biar gak banyak makan tempat!" ucap Shafira dengan tatapan sinis.
Mendengar ucapan gadis itu Maudy terdiam dan hatinya terasa sesak, rasanya sangat sakit dan malu, direndahkan didepan orang banyak. Maudy merasa Insecure dengan dirinya sendiri, dia merasa apa yang dikatan Shafira adalah benar.
Melihat sahabatnya di bully Diana pun tak tinggal diam. "Eh! mulut itu disekolahin, jangan cuma muka aja dipermak terus!" ucap Diana dengan kesal.
Maudy menahan Diana untuk tidak melanjutkan keributan disana, Maudy berjalan ke meja komputer dan me-ngeprint tugasnya. Setelah selesai ngeprint mereka kembali kekelas, disusul oleh Shafira dan teman-temannya. Shafira adalah gadis yang paling cantik dikelasnya kulit putih, mata besar, bibir tipis, dan tubuh tinggi semampai. Shafira cukup popular di kampus karena kecantikannya.
Sebenarnya Maudy tak kalah cantiknya dengan Shafira, dia memiliki mata besar, kulit putih, bibir yang seksi, hidung mancung, hanya saja Maudy memiliki tubuh yang gendut.
"Eh Maudy, jangan duduk disana! badan kamu nutupin papan tulis," teriak Shafira.
Mendengar ucapan Shafira Maudy hanya terdiam, dan merasa semakin insecure karena Shafira selalu mengolok-olok bentuk tubuhnya. Diana yang kesal mendengar sahabatnya diolok-olok oleh Shafira langsung menghampiri Shafira.
"Itu mulut kalau ga bisa dipake untuk yang baik mending diem aja deh!" Sambil menunjuk ke arah wajah Shafira.
"Kenapa? gak senang?" Menantang Diana.
Melihat hal itu Maudy segera menghampiri mereka dan menarik tangan sahabatnya itu. Tak lama, dosen memasuki kelas dan semuanya duduk di bangku masing-masing untuk melaksanakan perkuliahan.
***
Seperti biasa disela-sela waktu luang Maudy selalu menyempatkan untuk pergi ke kedai kopi diseberang sekolah, untuk menikmati kopi beserta keindahan baristanya.
"Diana ikut gak?" tanyanya.
"Ngopi kan? gak lah mending ke perpustakaan" ujar Diana.
Maudy berangkat ke kedai kopi menggunakan skuter matic miliknya. Kali ini ada perasaan yang berbeda dari sebelumnya, dia merasa sedikit canggung ketika hendak membuka pintu kedai itu. Tapi rasa itu terkalahkan, ketika dia melihat sosok Aditya didalam kedai. Maudy berjalan perlahan ke arah meja order.
"1 Kopi Ekspresso dan seporsi singkong keju?" ucap Aditya. Sambil tersenyum ke arah Maudy.
"Hmm, iya. secangkir ekspresso dan seporsi singkong keju" jawab Maudy dengan canggung.
"Ok terimakasih, mohon menunggu" Masih dengan senyuman manisnya.
Lalu, Maudy duduk di meja yang berada di sudut kedai, hatinya kembali berbunga-bunga karena Aditya bisa menebak apa yang akan dipesannya. Dia pun mengalihkan pikiran itu dengan mendengarkan musik menggunakan heatset, sambil menunggu orderannya siap. Walau sebenarnya fikirannya hanya tertuju pada Aditya.
"Pesanan datang" ucap Aditya sambil membawa baki berisi makanan dan minuman.
"Terimakasih" jawab Maudy.
"eemmm ..."
"Apa ada yang ingin disampaikan Maudy?" tanya Aditya.
"eee, tidakk, tidak ada" jawabnya.
Aditya kembali melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Maudy merasa sangat menyesal karena dia melewatkan kesempatan untuk berbicara dengan Aditya, karena tak biasanya Aditya mengantarkan pesanan pelanggan langsung kemejanya.
Disisi lain Aditya dan Rendy mengobrol sambil menyiapkan kopi pesanan pelanggan.
"Bagaimana pendapatmu tentang wanita gendut?" ucap Rendy.
"Mereka Chubby dan menggemaskan. Pada dasarnya semua wanita itu sama saja, semuanya cantik dan berharga" jawab Aditya.
"Super sekaliii anda" Sambil tertawa kecill dan menepuk kedua tangannya.
Setelah menghabiskan makanannya Maudy segera meninggalkan kedai, dia berjalan kecil perlahan, berharap Aditya menyapa atau sekedar mengucapkan sepatah kata untuknya. Tapi sebelum dia keluar dia melihat Shafira memasuki kedai tersebut dan berjalan ke arah meja order, setelah menyebutkan pesanannya Shafira bertanya pada Aditya, dengan tujuan membully Maudy.
"Bagaimana pendapatmu tentang wanita bertubuh gendut?" Dengan nada mengolok.
Aditya tidak menjawab dia hanya menanggapi pertanyaan itu dengan tawa kecil.
Percakapan itu didengar oleh Maudy, mendengar hal itu, Maudy langsung berjalan dengan cepat menuju parkiran, segera pergi meninggalkan kedai itu dengan perasaan kecewa. Bukan bully-an Shafira yang membuatnya kecewa tapi tawa kecil yang keluar dari mulut Aditya yang membuat hatinya bersedih. Maudy menganggap Aditya juga ikut mengoloknya bersama dengan Shafira.
Di kampus Maudy langsung menemui Diana sahabatnya, menceritakan yang dialaminya di cafe serta menangis di pundaknya.
"Cup,, cup,, cup bayi gede jangan nangis lagi ya" ucap Diana menghibur Maudy
"Aaaa sahabat durhaka! sahabatnya lagi sedih bukannya dihibur malah gitu"
"Hehe, bercanda. Udah ahh jangan sedih lagi, mending kita makan ke kantin. Laper kan?"
"Iyaaa laper" jawab Maudy.
"Haaa laper? bukannya tadi udah ke kedai kopi?" Sambil tertawa kecil
"Itu ngopi ini makan, beda!!"
*Ting Tong*
Pemberitahuan dari grup setelah ini tak ada kelas lagi, karena dosen yang bersangkutan berhalangan hadir.
"Ehhh, stop-stop abis ini kan udah ga ada kelas lagi, kalau gitu kita masak aja ya ke kostan kamu" ucap Diana
***
Sesampainya di kost Maudy, mereka pun mulai memasak sambil bergosip tentang hal-hal yang baru terjadi. Mulai dari pernikahan les lar, vlog yotube kartun tekotok, film horor dan finally percintaan. Tiba-tiba wajah Maudy terlihat murung kembali.
"Kenapa ya na kisah hidup aku menyedihkan" ucap Maudy
"Ah kamu sih gak bersyukur dy, kamu lupa diluar sana masih banyak orang yang kurang beruntung. Contohnya ni ya, orang-orang di Palestina, mereka itu gak tau masih bisa hidup atau enggak besok, karena hujan rudal yang bisa datang kapan saja. Yang lebih deket aja ya, kamu lihat gak, pemulung yang dipersimpangan jalan tadi? dia bisa nafkahin keluarganya, untuk sekedar memberi makan aja udah syukur dy, dan tak jarang mereka tidak bisa makan, bahkan ketika mereka sudah berusaha sekuat tenaga. Tapi mereka tetap berusaha meskipun mereka belum tau hasilnya gimana."
Maudy pun bengong melihat Diana berbicara. "Sumpah deh, super banget kamu na. Aku sampe tersentuh begini"
"Ya baguslah kalau gitu, jadi jangan putus asa gitu ya. Sebel aku lihatnya" jawab Diana.
"Berarti aku harus berjuang ya untuk mendapatkan cintaku"
"Lah ... lah. Bukan begitu konsepnya! Sumpah ya, percuma ngomong panjang lebar kalau dikepala kamu isinya Barista itu doang!!!"
"Hemm, kalau gitu aku mau diet!" ucap Maudy dengan semangat
"Nah gilaa ni anak, makin gak nyambung! terserah kamu lah mau gmn" ujar Diana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
O Z
Enak nih ceritanya,ringan² aja,gk /blm terlalu berat alurnya....
2021-11-24
1
Citra088
msih nyimak iii
2021-11-13
0
Melia Mel
Lucu sama Diana dan Maudy
2021-11-09
1