Malam semakin gelap, juga terasa sangat sunyi, tapi bulan tak pernah berhenti bersinar, walau kehadirannya sering sekali tak dianggap. Seperti hatiku yang selalu merasa kosong, walau begitu aku akan berusaha menjadi seperti bulan, yang selalu menyinari harimu, tanpa harap balasan, bahkan walaupun kau tak menganggap aku ada. Walau saat terang, aku harus pergi. Karena kau tak membutuhkanku lagi.
"Ok, aku gak boleh putus asa! akan ku perjuangkan cintaku, mulai besok aku harus diet" ucap Maudy dengan penuh semangat.
Pagi hari yang cerah, mentari mulai menyapa dengan senyuman, memberikan energi tambahan bagi setiap insan yang menyapa. Maudy sudah siap dengan pakaian trainingnya, memulai hari dengan semangat dan tekad. Berharap usaha dengan cepat membuahkan hasil, karena dia tau hari-hari akan melelahkan mulai hari ini. Ntah apa yang akan di laluinya nanti.
Dengan pakaian training lengkap, sepatu olahraga dan ikat kepala, tak lupa pula amunisi terpenting, bagi setiap manusia, yap ... air mineral. Semua hal sudah siap, waktunya beraksi. Langkah demi langkah, sudah tak terhitung lagi, Maudy mengerahkan seluruh tenaganya, untuk terus melaju menyusuri komplek. Satu putaran berlalu, baju yang tadi kering kini sudah basah kuyup, menyelimuti tubuh nya. Saat dia ingin memulai putaran kedua, tiba - tiba pandangannya menjadi gelap dan berkunang-kunang, kepalanya berputar *Bruuukkk* akhirnya dia terjatuh tepat di depan rumahnya, sebelum memulai putaran kedua.
Untung saja, saat itu satpam komplek sedang berkeliling untuk memastikan keamanan warga. Saat dia lewat di depan rumah Maudy, dia melihat ada wanita gendut tergeletak di depan teras, dengan sigap, dia segera membantu.
***
Beberapa menit kemudian, Maudy akhirnya sadar. Kondisi tubuhnya saat itu sangat pucat, pak satpam pun menasehati Maudy untuk selalu menjaga kesehatan dan mengingatkan Maudy untuk meminum obat, setelah itu dia pamit, karena harus melanjutkan tugas.
Merasa kondisi tubuhnya kurang sehat, Maudy menghubungi Diana untuk datang kerumahnya.
"Kamu ngapain sih dy, kok bisa tumbang gini?" ucap Diana dengan cemas.
"Gak kenapa - kenapa kok beb, aku tadi pagi joging keliling komplek, lupa pemanasan sangking semangatnya" jawab Maudy dengan nada melas.
"Jangan bilang kamu diet?" sambil menyudutkan matanya ke arah Maudy.
"hehehe, iyaa" dengan raut wajah malu
"Udah ku duga! kenapa diet? biar gak dibully lagi? atau untuk Aditya?" bertanya dengan nada marah.
"Semuanya benar beb ... hehe." Menunjukkan ekspresi wajah memelas.
Diana kesal mendengar jawaban Maudy. Dia tak setuju, jika Maudy merubah dirinya hanya karena pendapat orang lain.
"Dy, kamu itu spesial, udah jangan nyiksa diri lagi hanya untuk merubah pandangan orang lain" ucap Diana.
Maudy hanya terdiam, tidak merespon ucapan sahabatnya, Diana pun semakin dongkol. Lalu dia ke dapur, berniat menyiapkan sarapan untuk Maudy.
"Eh-eh-eh, mau kemana na?" tanya Maudy.
"Ke dapur, masak sarapan, pasti belum sarapan kan" jawab Diana.
"Ehh, siapa bilang, udah kok tadi sebelum joging aku tu sarapan dulu, di warung depan komplek, kalau mau masak untuk kamu aja ya" ucap maudy.
Mendengar ucapan Maudy, Diana pun mengurungkan niatnya untuk membuat sarapan. Diana sedikit ragu dengan ucapan Maudy, tapi dia berusaha mempercayainya. Walau sebenarnya, Maudy berbohong kepada Diana, dia tak ingin dietnya gagal.
***
Suasana kelas sedikit tenang pagi ini, karena si julid Shafira tidak mengontrak pelajaran di kelas yang sama dengan Maudy. Setidaknya, pagi ini Maudy tak perlu menghabiskan energi untuk menahan diri karena mendengar setiap bully-an Shafira yang menyakitkan.
Seperti biasanya disetiap waktu luang, Maudy selalu menyempatkan diri untuk ke kedai kopi seberang kampus, untuk menikmati kelezatan kopi dan keindahan baristanya Aditya. Sesampainya di kedai kopi tersebut, Maud memesan segelas kopi ekspreso, kali ini tanpa singkong keju. Aditya melihat ke arah Maudy dengan tatapan heran, karena biasanya dia tak pernah merubah pesanannya, sambil menerima pesanan, Aditya mellihat wajah Maudy yang terlihat sedikit pucat dan sangat tak bergairah, tidak seperti biasanya.
Maudy duduk di sudut ruang kedai bernuansa klasik itu, mengambil posisi yang nyaman untuk bisa menikmati kopi ekspresso kesukaannya, serta bisa memperhatikan Aditya dari kejauhan. Tak lupa dia mengeluarkan bekal, yang sudah di siapkannya dari rumah, yaitu menu diet low kalori, rebusan wortel, kentang, buncis, dan telur, semua dimasak tanpa menggunakan garam sama sekali.
Maudy mulai memakan bekalnya sedikit demi sedikit, sebenarnya dia tak menyukainya. Tapi dia telah membulatkan tekad untuk diet, maka apapun akan dilakukannya demi mewujudkan tubuh ideal impian. Walau pun itu sesuatu yang tak disukainya, Maudy benar - benar telah kehilangan akal sehatnya.
Hari itu benar-benar perut Maudy hanya baru terisi dengan bekal yang dibawanya, setelah itu dia menyeruput sedikit kopi, dan tiba-tiba maudy merasa pandangannya menjadi gelap, rasa sakit yang luar biasa di perutnya, seperti tertusuk-tusuk jarum, perutnya juga mual seperti ingin muntah, tapi dia tetap berusaha menahannya.
Dari kejauhan terlihat Aditya yang sesekali mencuri pandang ke arah Maudy, dia khawatir dengan keadaan Maudy yang tak se-fresh biasanya.
Teman barista aditya pun menghampirinya. "Eey, liatin apa lu?" Sambil mengusap wajah Aditya. Aditya tak menanggapi dan kembali memperhatikan Maudy.
"Broo, kalau lu suka kenapa gak bilang aja sih? tu cewe kelihatannya juga suka kok sama lu" ucap temannya.
"Prinsip ku sih, harus sukses dulu bro, baru boleh deket sama cewek" Jawab Aditya.
*Bruuukkkk....* seketika terdengar bunyi yang sangat keras. Seluruh pengunjung kedai pun menatap ke arah yang sama dan mulai berkerumun di sudut ruang itu. Begitupula dengan Aditya, dia berlari kencang ke sumber bunyi itu dengan ekspresi wajah yang panik.
Didepan mata dia melihat wanita yang di sukainya tergeletak. Aditya segera melepas celemeknya, membawa Maudy ke klinik terdekat dengan taksi online. Didalam mobil Aditya juga sempat berbicara kepada supir taksi dengan nada keras, agar lebih cepat. Aditya begitu khawatir dan panik melihat keadaan Maudy.
Sesampainya di klinik, sebelum turun dari mobil Aditya meminta maaf kepada supir tersebut karena perilakunya, supir itupun memahami dan segera membantu Aditya menggotong Maudy ke dalam klinik. Mauudy dilarikan ke ruang IGD karena detak jantungnya yang lemah dan badannya sangat tak bertenaga, didalam ruangan para medis berusaha mengobati Maudy.
Diluar ruangan tampak Aditya yang sangat panik dia berjalan bulak balik berkali - kali didepan ruangan IGD, menunggu kabar dari dokter tentang keadaan wanita yang dicintainya. Disini sangat terlihat jelas, bahwa Aditya sangat sayang dan peduli terhadap Maudy.
Lalu Aditya membuka handphone Maudy, melihat nomor kontak yang bisa dia hubungi untuk menemani Maudy nantinya. Aditya menemukan chat history terakhir Maudy dengan Diana, Aditya pun segera menghubungi Diana dan meminta Diana untuk datang ke klinik untuk melihat keadaan Maudy dan meminta agar Diana meluangkan waktu untuk menjaga Maudy di klinik. Mendengar kabar dari Aditya, Diana langsung berlari menuju parkiran dengan sangat panik, mengendarai motornya menuju klinik.
Diana masuk kedalam klinik dan dia langsung melihat Aditya sedang duduk di koridor masih dengan wajah yang sangat dingin. Dia seperti tidak khawatir bahkan perduli sedikitpun terhadap keadaan Maudy. Diana mendekat kepada Aditya dan duduk disebelahnya. Dia bercerita kepada Aditya kenapa Maudy bisa berakhir di klinik, dia mulai menceritakan kepada Aditya terkait sahabatnya Maudy yang sangat mencintainya, bahwa setiap hari tak luput cerita tentangnya, bahkan hari ini dia bertekad untuk menguruskan badan dengan diet ekstrim juga untuk Aditya.
Setelah bercerita keadaan Maudy yang sebenarnya kepada Aditya, Diana mengajukan pertanyaan kepada Aditya.
"Apakah tak ada sedikitpun perasaan untuknya?" tanya Diana kepada Aditya
Aditya hanya diam, terus berusaha menutupi perasaannya yang sesungguhnya, perasaan yang saat ini dia rasakan.
Dari pintu IGD terlihat ada seorang wanita ber jas putih keluar dari ruangan, dia adalah dokter yang mengobati Maudy. Lalu dokter itu memberitahukan kepada Diana dan Aditya bahwa penyakit magh Maudy kambuh, karena perutnya kosong dan mengkonsumsi banyak kafein. Dokter meminta Diana dan Aditya untuk memberikan pengertian kepada Maudy, agar tidak melakukan diet ekstrim lagi karena bisa fatal akibatnya, lalu dokter pergi meninggalkan mereka.
Diana dan Aditya pun masuk ke ruang IGD, melihat sosok Aditya ada disini Maudy merasa sangat bahagia.
"Siapa yang membawaku kesini?" tanya Maudy
"Pangeranmu" jawab Diana
Mendengar jawaban Diana, Maudy merasa malu dan melupakan rasa sakitnya, dia tersenyum sambil melihat ke arah Aditya.
"Aku hanya membantu, jangan berfikir yang lain, aku lakukan karena kau sedang berada di kedaiku, itu saja" jawab Aditya ketus.
Maudy merasa bingung dan bertanya-tanya kenapa Aditya yang kini didepannya berbeda dari Aditya yang biasanya ditemuinya di kedai, sosok yang penuh kehangatan. Suasana yang tadinya cair kini berubah menjadi sangat canggung.
"Baguslah kalau kau sudah baikan, kalau begitu aku bisa tinggal kalian disini" ucap Aditya dengan nada dingin.
Aditya pun berjalan menuju pintu keluar, tepat didepan pintu dia membalikkan badan, menatap ke arah Maudy.
"Aku tidak menyukaimu, aku merasa risih saat kau berada disekitarku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Epruuth
nylekitt bangett bang
2022-01-02
0
O Z
Si Adit tuh barista apa bakul cabe,pedess jg mulutnya....
2021-11-24
1
Ida Ismail
pedas banget tu mulut cowok, cam mak mak
2021-11-06
1