EPS. 04

Rasanya seperti dunia berhenti berputar, harap yang tadinya tinggi melambung diangkasa kini hancur berkeping - keping. Lelaki yang sangat dicintainya pergi meninggalkannya, dia tak hanya sekedar pergi tapi juga membawa separuh hati.

Rasa sakit tubuhnya, kini tak seberapa dibanding sakit di dalam hati. Air mata berlinang membasahi pipi, didalam hati Maudy berkata "Aku sangat bodoh mencintai pria se-angkuh ini. Apa yang harus kulakukan selanjutnya? Apa aku harus tetap bertahan? Apakah aku harus tetap menjadi bulannya? Tapi bahkan ... bulan saja meskipun kehadirannya sering tak dianggap, kehadirannya tak pernah tak diinginkan" Tangisnya pun pecah sejadi-jadinya.

Diana sebenarnya heran dengan apa yang diucapkan oleh Aditya. Jika dilihat dari mata dan sikapnya saat mereka berbicara, Diana dapat merasakan kalau Aditya memiliki rasa terhadap Maudy. Tapi Diana memilih bungkam, karena dia tak ingin Maudy kembali berhap dan berakhir pada luka yang lebih besar.

Diluar ruangan terlihat Aditya dengan rasa bersalah menahan rasa sakit dalam hati, atas apa yang telah dilakukannya dia sangat mengetahui perlakuannya tadi sangat menyakitkan untuk Maudy. Dia tak ingin menyakiti hati Maudy, tapi dia harus melakukannya semua ini demi kebaikan Maudy. Cinta memang tak seharusnya menyakiti, tetapi sekali lagi semua dilakukan demi kebaikan wanita yang dicintainya, meskipun dengan konsekuensi, kehilangan ... Aditya tak ingin Maudy menyakiti dirinya lagi.

***

Keesokan hari di kedai, Aditya bekerja seperti biasanya, melayani pelanggan yang datang dan pergi dengan ramah. Disaat senggang matanya melirik ke arah meja yang ada di pojok kedai, ditempat biasanya Maudy duduk untuk menyantap kopi ekspresso dan singkong keju. Tanpa disadari dia mulai tersenyum sendiri, membayangkan tingkah Maudy yang lucu saat menyantap makanan, terutama cara khasnya dalam menikmati kopi.

"Bang pesan, segelas kopi ekspresso dan singkong keju" ucap teman Aditya , sambil menirukan gaya Maudy.

"Bro, ada apa? gak biasanya lemes banget, aku yakin banget ini pasti karena kemarin kan?" mengintrogasi temannya dengan gaya paranormal.

Aditya tak menanggapi guyonan sahabatnya, dia meninggalkan sahabatnya dan mulai membersihkan meja yang sudah di tinggalkan pelanggan. Dia tak ingin siapapun mengetahui apa yang sedang dia rasakan, Aditya memilih menyimpan lukanya sendiri tanpa ada seorangpun yang tau.

Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB ,biasanya pada waktu ini Maudy akan datang ke kedai. Aditya tak sabar menanti kehadiran Maudy, dia berharap bisa melihat Maudy seperti biasanya, menjadi pengagum rahasia yang tak terlihat. Tapi setelah ucapannya kemarin rasanya tak mungkin Maudy akan menemuinya lagi bahkan hanya mampir membeli kopi disini. Aditya menghela nafas dalam- dalam.

***

Maudy masih sangat lemas dan pucat, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk datang kekampus. Dengan bantuan sahabatnya Diana, yang selalu ada untuknya. Sesampainya dikelas Maudy disambut oleh sosok wanita cantik bermulut pedang, ya Shafira. Bukannya merasa empati dengan keadaan Maudy, Shafira malah mengolok keadaan Maudy.

"Duuhh, si gendut lagi diet nih, kayaknya ada yang lagi jatuh cinta ya, sampe - sampe belain diet ekstreme? ngaca dong!" tertawa jahat.

Maudy hatinya sudah sakit, kini semakin terasa sesak dan seperti berdarah. Yang biasanya bullyan Shafira hanya menjadi angin lalu, kini menusuk tepat di hatinya. Maudy segera berlari, pergi meninggalkan ruang kelas dengan airmata yang berjatuhan dipipinya. Diana sangat marah dengan Shafira dia pun menampar wajahnya, semua orang dikelas hanya terdiam melihatnya, karena memang ucapan Shafira kali ini sudah sangat keterlaluan. Diana pergi meninggalkan ruang kelas dan mengejar Maudy.

Akhirnya diana menemukan Maudy di gazebo pinggir danau kampus, lokasi yang sangat cocok untuk menenangkan diri. Dari jauh terlihat Maudy yang sangat putus asa meratapi kehidupannya. Diana segera mendekat dan memeluk Maudy dengan erat, dia tak berbicara apapun hingga tangis Maudy mereda, dia tau disaat seperti ini yang dibutuhkan hanyalah ketenangan dan pengertian.

Setelah beberapa saat, tangis Maudy pun terhenti, lalu dia mengungkapkan seluruh kekecewaannya kepada Diana. Sebagai sahabat yang baik Diana mendengarkan setiap detail kata ucapan Maudy dan mengetahui rasa sakitnya.

"Aku kira dia juga menyukaiku" menatap Diana dengan mata berkaca-kaca

Diana mengelus pundak Maudy sambil berusaha menenangkannya.

"Na, maukah kamu menemaniku?" tanya Maudy

"Kemana? jangan bilang kamu mau aku menemani kamu menemui Aditya di kedai kopi itu?"

"Pliss, aku janji ini yang terakhir" Maudy memohon pada Diana dan meyakinkan Diana bahwa dia berjanji akan baik- baik saja setelahnya.

"Baiklah, aku pegang janji mu ya, kalau abis dari sana kamu sedih lagi, aku gak akan menghiraukan mu lagi" tegas Diana dengan kesal.

"Janji" Mereka saling melingkarkan jari kelingking satu sama lain.

***

Seharian ini Aditya tak fokus bekerja, pikirannya melayang entah kemana. Banyak pelanggan komplen karena diberikan makanan yang tidak mereka order. Aditya sangat sering melihat ke arah parkiran berharap gadis pujaannya datang dengan ceria seperti biasanya.

Hari semakin larut, pelanggan kedai satu per satu pergi mengosongkan ruang. Aditya dan temannya mulai membersihkan semua sudut ruang karena mereka akan segera tutup, saat Aditya sedang asik membersihkan meja, tiba- tiba terdengar suara pintu terbuka. Aditya yang dari tadi masih mengharapkan kehadiran Maudypun refleks langsung melihat ke arah pintu, dan benar saja dia melihat Maudy memasuki ruangan, kali ini dia tak sendiri dia bersama Diana disampingnya.

Maudy dan Aditya saling bertatapan, Maudy menatap Aditya dengan penuh harapan sedangkan Aditya masih dengan tatapan angkuhnya. Didalam hatinya Aditya sangat merasa bahagia, bisa melihat Maudy lagi dengan kondisi yang sudah mulai membaik, tetapi dia tak mau menunjukkan itu dan menguburnya dibalik sikap dingin, seolah- olah dia tak memiliki perasaan apapun pada Maudy.

Maudy berjalan perlahan ke arah Aditya "Permisi, apakah bisa berbicara sebentar?" Maudy menjadi sangat canggung berbicara pada Aditya setelah kejadian kemarin.

Aditya tak menjawab dan langsung duduk di kursi yang berada di sebelahnya. Maudy juga duduk di kursi yang berhadapan dengan posisi Aditya. Maudy merasa sangat gugup untuk berbicara pada Aditya, bibirnya bergetar ketika dia hendak berbicara kepada Aditya. Situasi pun menjadi sangat canggung, lidahnya menjadi kelu. Dalam hati bertanya "Apakah langkah yang ku ambil ini benar?"

Aditya menatap maudy dengan serius, dia tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Dia sangat tak ingin Maudy pergi dari hidupnya tapi untuk bersama saat ini pun juga tak mungkin. Aditya merasa ingin memeluk Maudy saat ini, memberitahu semua yang dia rasakan. Tapi yang bisa dia lakukan saat inu hanyalah berusaha menutupi rasa.

"Baiklah, aku hanya akan mengucapkannya satu kali, jadi mohon didengar dengan baik" tegas Maudy.

Situasi diruangan itu pun menjadi semakin canggung.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

lnajut ka aku suka cerita nya sama ke kisah ku sama tukang kedai kopi😭kek gt tapi kita jauhan dia d kota SKBM aku d Krw mungkin dia malu ya sama aku yg endut malah jdi lost. kontek skrg tuh ..lanjut ka aku suka karya nya

2021-10-21

0

Aliff Channel

Aliff Channel

semangaaat kaka buat karya" nya😎

2021-09-08

2

Aliff Channel

Aliff Channel

semangaaat kaka buat karya" nya😎

2021-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!