Maudy, Maudy, Maudy ..., sebuah nama yang selalu ber gentayangan di hidup Aditya saat ini. Bahkan dengan hanya mendengar namanya saja hati nya bergemuruh, seperti bendungan awan gelap yang siap menurunkan hujan, dan saling berbenturan satu sama lain .
Semua hal tentang wanita itu selalu terbayang, senyumnya, sudah merambat jauh kedalam ingatan, kian menjeratnya dengan kenangan yang terjadi berulang - ulang. Rasa cinta ini begitu tulus dan sangat dalam.
Aditya tak menanggapi ucapan adiknya, langsung mengalihkan kepada hal lain, agar pembicaraan tentang Maudy tak berlanjut, karena, kalau tidak, akan terjadi badai yang memporak porandakan hatinya.
"eemmm, Alhamdulillah, kenyang banget. Oh ya makanannya mantap banget, ngalahin restoran - restoran bintang 5" ujarnya memuji Selly sambil mengacungkan jempol.
"Hmmm, suka banget ngalihin pembicaraan. By the way, Selly akuin sih masakan Selly emang lazzziiiieeezzzz" Sambil mengangkat dagu dan menepuk pundaknya dengan rasa bangga.
Setelah mengobrol dan bercanda dengan adiknya, Aditya pergi ke gedung pendaftaran lomba coffe art di dekat taman kota, untuk mendaftarkan diri dalam perlombaan tersebut. Saat Aditya akan menuliskan namanya pada formulir pendataan calon peserta, dia merasa sedikit minder. Melihat banyak sekali barista yang sudah mendaftar, dan beberapa dari mereka, dikenal oleh aditya sangat ahli dalam hal coffe art.
Aditya melawan rasa takutnya, lalu mendaftarkan dirinya sebagai peserta. Setelah dia menuliskan nama, dia juga diminta untuk mengisi formulir pendataan diri, juga diminta membayar biaya pendaftaran sesuai dengan nominal yang tertera di brosur. Setelah menunggu beberapa waktu, masalah administrasi pun selesai dan Aditya resmi menjadi calon peserta lomba.
Sebenarnya di dalam hati, dia merasa sangat nervous, karena aditya belum terbiasa melukis di atas kopi, apalagi di kedainya juga belum menyediakan menu untuk itu sehingga dia merasa canggung, walau teknik - tekniknya sempat dipelajari tapi itu sudah sangat lama. Aditya benar - benar mengikuti lomba ini dengan modal nekat.
Dia tau, jika hanya dengan modal nekat saja dia tak akan sampai kepada kemenangan. Dia harus mengiringi ambisinya dengan usaha dan doa agar bisa sampai kepada kemenangan.
"Ok, Aditya, kamu bisa!" ucapnya sambil mengepalkan tangan.
Aditya kembali ke kedai mengendarai motor CBS jadul miliknya, diperjalanan dia terus memikirkan langkah - langkah yang harus dilakukannya, mengingat kembali teknik - teknik dalam menuangkan seni diatas kopi, mengingat waktu perlombaan tidak lama lagi. Sesampainya di kedai Aditya bekerja seperti biasanya, melayani para pelanggan dengan ramah.
"Gimana bro, jadi daftar event yang tadi pagi?" Tanya Rendy, sambil menggiling biji kopi.
"Jadi bro" jawab Aditya.
"Semangat ya, aku yakin lo pasti bisa menangin event itu" ujar Rendi sambil memegang pundak Aditya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, saatnya penutupan kedai. Rendy dan Aditya mulai membersihkan seluruh ruangan hingga ke sela - sela nya, walaupun mereka adalah laki - laki, tapi mereka adalah tipe pembersih.
"Bro, gaji lu udah aku transfer ya. Jangan kapok - kapok bantuin gue disini" ucap Aditya kepada Rendy
"Alhamdulillah, thanks bro, gak akan ...., yang ada lu lagi yang kapok, gue utangin mulu, hahahahaha" jawab Rendy.
"Haha, bro lu pulang aja duluan ya, sisanya biar aku yang beresin" ungkap Aditya.
Kini tinggal Aditya sendiri di dalam kedai, dia menyiapkan bahan - bahan yang diperlukan untuk belajar membuat coffe art dan meletakkannya di atas meja. Sebelum memulai praktek Aditya melihat berbagai vidio tutorial di youtube, dan membaca beberapa artikel mengenai teknik pembuatan coffe art. Aditya sangat fokus dan serius, karena dia merupakan sosok ambisius yang tak pernah main - main dalam mencapai sesuatu.
"Oke, sekarang waktunya praktek" gumamnya dalam hati.
Saat Aditya hendak mencoba membuat coffe art, dia baru tersadar, di kedai tidak ada milk jug benda terpenting. Kalau saat melukis seseorang membutuhkan kuas untuk melukis di atas kanvas, maka barista membutuhkan milk jug untuk melukis di atas kopi. Aditya tak berputus asa dan mencoba mengganti milk jug dengan gelas besi yang ada di kedai.
Percobaan pertama, gagal, karena tangan aditya masih kaku. Percobaan kedua, ketiga, masih belum berhasil, dia tetap mencoba dan tak berputus asa. Akhirnya, pada percobaan ke - 7 Aditya sudah bisa melukis bentuk hati sederhana di atas kopi itu. Dia sangat senang sekali, kerja keras nya malam ini membuahkan hasil, walau dia belum puas dengan itu.
Pada hari - hari selanjutnya, Aditya terus berlatih tanpa kenal letih. Dia terus memperlajari berbagai teknik yang belum diketahuinya. Dengan cepat tangan Aditya mulai lihai membuat seni diatas Coffe, selain karena memang dia sudah bakat seni, Aditya juga mempelajari dan mempraktekkan dengan sungguh - sungguh, benar kata pepatah, hasil tidak pernah mengkhianati proses.
***
Hari yang ditunggu - tunggu, akhirnya tiba juga, perlombaan Coffea Art, Aditya dengan percaya diri datang ke lokasi tempat perlombaan. Lokasi perlombaan itu dilaksanakan ditempat terbuka, tapi terlihat sangat megah, semua tertata rapi dan sangat ramai. Tak hanya peserta lomba yang hadir, para penikmatnya pun juga hadir, untuk memeriahkan lomba dan menikmati berbagai jenis kopi yang berasal dari berbagai negara, mulai dari lokal hingga non - lokal, ini benar - benar kesempatan emas bagi pecinta kopi.
Panitia mengumumkan perlombaan akan segera dimulai, para peserta lomba diminta untuk segera mendata diri ke meja registrasi dan mempersiapkan diri didepan bar konter masing - masing. Mendengar arahan panitia, Aditya segera meregistrasikan diri dan berjalan menuju bar konter.
Sebelum sampai di bar konter para peserta lomba, Aditya tak sengajaberpapasan dengan Maudy dan Diana. Maudy benar - benar cantik hari itu, dengan dress hitam panjang bermotif polkadot, dan rambutnya yang tergerai indah mampu mengalihkan pandangan Aditya kepadanya. Tapi kali ini dia benar - benar dingin, seolah tak perduli dan sudah berhasil melupakan Aditya.
Perlombaan dimulai, semua peserta diberikan waktu 20 menit saja untuk mempersiapkan karya coffea art mereka. Tak hanya seni yang tertuang diatasnya saja yang menjadi penilaian, tapi rasa juga memiliki nilai plus. Jadi mereka harus benar - benar membuatnya dengan korelasi yang pas.
Aditya sangat gugup, di tambah lagi fikirannya menjadi kacau, setelah pertemuannya dengan Maudy. Tapi dia tak ingin usaha dan kerja kerasnya beberapa waktu ini terbuang sia - sia, lalu Aditya kembali berusaha memusatkan fokusnya dan memulai step by step yang telah dipelajarinya.
Dari kejauhan, diam - diam Maudy melihat ke Arah Aditya, sambil menyantap segelas kopi ditangannya. Aditya sangat serius, wajah ini yang selalu berhasil membuat Maudy jatuh hati. *teeeeeeeeeettt* Maudy terkejut, hampir saja maudy terhanyut dalam khayalan tentang aditya, untung suara sirene berbunyi tepat waktu sebelum khayalan itu berlayar terlalu jauh dan kembali memenuhi fikirannya.
Sirene berbunyi, merupakan tanda bahwa waktu sudah habis. Peserta diminta tetap berdiri di bar counter masing - masing, menunggu kehadiran juri untuk melakukan penilai. Juri sangat tertarik dengan gambar yang dilukis oleh Aditya, memiliki nilai seni yang tinggi, dan cita rasa kopi yang enak menyeimbangi kualitas seni diatasnya.
Juri sudah menilai semua karya para peserta, semua peserta memiliki keunikannya masing - masing, sehingga juri sedikit kesulitan menentukan pemenangnya. Setelah berembuk cukup lama, para juri kini sudah menentukan nama - nama pemenangnya. Aditya salah satu pemenang lomba event ini, dia mendapatkan peringkat kedua dan berhak membawa pulang hadiah sebesar 15 jt rupiah. Aditya sangat bahagia, dia merasa usahanya selama ini tak sia - sia.
Maudy ikut senang mendengar Aditya memenangkan event ini. Lalu dia mengajak sahabatnya untuk mencari Aditya, hanya sekedar ingin mengucapkan selamat saja. Tapi betapa hancurnya Maudy, ketika dia hendak menghampiri Aditya dia melihat ada seorang wanita yang lebih dulu mendatangi Aditya, wanita itu juga memeluk Aditya dengan erat. Lalu, Maudy teringat dengan sosok wanita yang beberapa hari lalu dilihatnya bersama Aditya di kedai, dan dia sadar bahwa wanita itu adalah orang yang sama dengan yang dilihatnya di kedai kemarin.
Duaarr, rasanya seperti kesambar petir. Melihat orang yang dicintai tersenyum bahagia bersama wanita lain, ini adalah kenyataan yang lebih pahit dari sebelumnya.
"Jika kau tak mencintaiku, aku akan tetap berusaha untuk mengambil tempat dihatimu. Tapi jika hatimu mencintai yang lain, maka itu pertanda tak ada tempat lagi untukku, aku mundur ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Annisa Rahma
jadi pengen nyanyi... aku mundur alon alon... 😂😂
sabar ya maudy... nanti setelah kamu tau kalo aditya juga suka ama kamu pasti bahagia deh
2021-11-10
1