Lea POV
Hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Mengemas beberapa pakaian dan barang yang aku butuhkan. Semalam saat melakukan panggilan vidio call, Adit mengatakan kalau akan mengajak Rafa ke taman safari pagi ini seperti janjinya kepada Rafa tempo hari. Dia memintaku untuk ikut. Rencananya kami akan berlibur di sana 2 hari 1 malam. Aku sebenarnya enggan untuk pergi keluar kota saat weekend, karena ada jadwal kuliah. Tapi begitulah Adit, perkataannya adalah titah yang tak mudah untuk ditolak. Dan aku sendiri tidak tega pada Rafa, anak itu selalu menagih janji untuk jalan jalan ke taman safari bersamaku.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Adit baru saja menelepon kalau sudah dalam perjalanan dan akan sampai di kos ku 15 menitan lagi. Aku sudah siap dengan kostum casual ku, celana jeans biru, kaos putih longgar, jaket denim, dan sneaker putih polos. Aku memang tidak pandai berias tapi aku juga tidak bisa dikatakan tomboy. Aku hanya menyukai segala sesuatu yang simpel.
Sebuah mobil mewah bergerak mendekat dan berhenti di depan rumah kos ku. Sudah bisa dipastikan itu adalah Adit. Aku berjalan keluar menenteng tas, tampak Adit turun dari mobil dan berjalan memutar membukakan pintu penumpang untukku, menyunggingkan senyum manis yang menggetarkan hati. Pagi ini dia begitu tampan hanya dengan memakai celana jeans dan kaos polo putih.
Setelah masuk ke dalam mobilnya, Adit menunduk ke arahku untuk memasangkan seatbelt. Aku merasa tersanjung dengan perlakuannya. Setiap gerakannya seolah menghipnotisku, membuatku sulit untuk mengalihkan pandangan darinya. Adit tidak pernah mengatakan hal hal romantis di depanku, tapi setiap tindakan dan perhatiannya selalu menghanyutkan kewarasanku. Bahkan meruntuhkan benteng pertahananku untuk menjauhinya.
" Kita jemput Rafa dulu ya. " Kata Adit kembali menoleh ke arahku dengan senyum manisnya. Aku hanya bisa mengangguk tanpa suara. Sebenarnya aku cukup gugup untuk menjemput Rafa. Apakah akan menjemput ke rumah Bu Anis atau ke rumah orang tua Adit. Keduanya sama sama membuatku gelisah. Saat pikiranku terbang entah kemana tiba tiba Adit menyadarkanku dengan kecupan hangat di tanganku. Dia menautkan jari jemari tangan kami, menggenggam erat lalu berulang kali mengangkatnya untuk di hujani dengan kecupan.
" Kita berangkat sekarang. Yakin tidak ada barang penting yang tertinggal ? " Tanya Adit dan mulai menyalakan mesin mobil.
" Tidak ada.." jawabku. Mobil pun melaju meninggalkan rumah kos ku.
" Kita Jemput Rafa di mana ? " Tanyaku penasaran.
" Di rumah mommynya. " jawab Adit sambil tetap melihat ke arah jalan di depannya.
" Apa kamu tahu, minggu depan bu Anis akan menikah ? " tanyaku ragu ragu.
" Ya tentu saja aku tahu, calon suaminnya adalah sepupuku. " jawab Adit datar dan langsung terlihat air mukanya berubah.
" oohhhh...." aku tak dapat berkata kata setelah mengetahui calon suami bu Anis adalah sepupu Adit sendiri. Ini pasti jadi sesuatu yang sulit bagi Adit. Aku dapat melihatnya dari raut muka Adit yang menegang.
Kembali hatiku merasa ciut, hubungan apa sebenarnya yang sedang kujalani bersama Adit. Apa aku yang terlalu murahan, hingga dengan mudah Adit bisa memeluk, mencium bahkan sesukanya mengaturku ?! Jelas jelas pria itu belum pernah menyatakan perasaannya.
Mungkin benar, Adit hanya butuh pelarian. Dia butuh orang lain untuk mengalihkan kesedihannya atas pernikahan bu Anis dan sepupunya. Dan saat ini dia butuh aku sebagai pegangan. Aku pernah mendengar cerita dari karyawan lama di butik, kalau Adit sejak muda sangat mencintai bu Anis. Adit yang sejak awal selalu mengejar bu Anis. Bahkan setelah pernikahan mereka kandas, orang orang bilang hidup Adit sangat kacau.
Kembali aku tersadar dengan realita yang ada. Aku sudah terlalu jauh jatuh terbuai dengan pesona Adit. Berharap Adit memiliki perasaan yang sama denganku itu sungguh tidak mungkin. Seleranya pasti wanita seperti bu Rengganis. Cantik, intelektual, mandiri, pandai membawa diri, dan pastinya dari kasta yang sama dengannya. Seandainya kami memiliki perasaan yang sama pun, sudah pasti keluarganya juga tidak akan mengijinkan Adit bersama wanita sepertiku. Penampilan biasa saja, anak yatim piatu, bahkan tak memiliki apapun yang bisa di pamerkan. Oh Tuhan.... kenapa aku begitu bodoh. Aku terlalu percaya diri kali ini. Adit nyaman bersamaku saat ini, itu semua hanya karena Rafa. Karena Rafa menyukaiku, dan aku bisa membuat Rafa dekat dengan Adit.
" Huuuufttt.....!!! " tanpa sadar aku menghembuskan nafas kasar seolah ingin mengeluarkan beban di hatiku.
Adit yang mendengarnya langsung menoleh ke arah ku.
" Kenapa ? "
" Ng..... gak papa, kepikiran kampus aja. Takut kalau ada ujian dadakan. " jawabku asal.
" Santai saja. kalau ada ujian dadakan masih bisa ikut susulan. Lagian juga gak setiap minggu aku minta kamu bolos. " ujar Adit.
Tak lama Adit membelokkan mobil memasuki halaman sebuah rumah mewah. Luas halamannya saja bisa jadi tiga sampai lima kavling tanah perumahan.
" Ini rumah bu Rengganis ? " tanyaku pada Adit.
" Iya, kita sudah sampai. Mari turun sebentar. " kata Adit lalu segera melepas seatbeltnya dan keluar dari mobil. Saat Adit berjalan memutar hendak membukakan pintu untukku aku bergegas membuka pintu sendiri dan segera turun. Aku tidak ingin menjadi terbiasa dengan perlakuan manisnya.
Adit mengernyit heran, aku membuang pandangan dari Adit dan berpura pura merapikan pakaianku.
" Paapiiii...!!! " Terdengar suara Rafa yang berlari dari arah teras. Adit berbalik badan dan bersiap menangkap Rafa. Aku bergeser dari belakang Adit agar bisa melihat Rafa, namun tiba tiba Rafa justru mendarat menubruk tubuhku. Aku yang tak siap pun mendadak oleng. Untung saja Adit dengan sigap menopang tubuh kami berdua. Dan akhirnya aku dan Rafa ambruk dalam dekapan tangan kokoh Adit.
" Astaga Rafaaa...!! " Anis berlari ke arah kami.
" Ya Ampun, untung bisa di tangkap papi, kasihan kan tante Lea. " Anis mengangkat Rafa yang berada di posisi paling atas.
"hahaha......hahaha.....hahaha....." Rafa tergelak keras tak mengindahkan omelan mommy nya, baginya tragedi jatuh beruntun ini adalah momen yang sangat lucu.
Bu Anis membantuku bangkit dari tubuh Adit. Terdengar suara Adit yang menggeram pelan merasakan tubuhnya yang nyeri jatuh dan tertindih dua orang.
Melihat Rafa yang tergelak tak ada habisnya, aku pun berlari menyergap Rafa, ku gelitik badan mungilnya dengan ciuman penuh rasa gemas.
" Ish.... dasar anak jahiiiiil.........terima ini hukuman dari tante...!!!!....."
" hahahah.......ampun tante.....hahahaha...." Rafa tertawa geli.
Sepintas ku lihat bu Anis membantu Adit berdiri lalu membersihkan pakaian Adit yang terkena debu. Terlihat jelas, pandangan mata Adit bukan pandangan biasa. Masih ada rasa yang tersisa untuk Anis. Dan mungkin hanya Anis satu satunya wanita yang bisa dilihatnya hingga akhir. Saat mata mereka bertemu, tampak kecanggungan terjadi dan jelas Adit tak bisa mengalihkan pandangan matanya dari Anis.
Aku memeluk Rafa erat, mencium kepalanya dalam. Aku mencoba berdamai dengan hatiku dan mencoba menerima realita yang ada di depan mata. Semua ini bukan salah Adit. Tapi juga salahku yang tak mampu pergi menghindar. Tak terasa genangan air sudah menumpuk di pelupuk mataku. Dan air mata pun jatuh tanpa bisa kutahan. Aku segera menunduk memeluk perut Rafa, kuhapus segera air mataku sebelum diantara mereka ada yang menyadari kekonyolanku.
" Lea... Rafa... ayo kita berangkat. Nanti keburu kesiangan.....macet...!! " Seru Adit yang berjalan mendekat ke arah kami.
Adit mengangkat Rafa ke gendongannya. Dan mendekatiku hendak meraih tanganku, namun aku segera menghindar, pura pura mengambil ponsel di tas ku dan berjalan ke arah bu Anis.
"Kami pamit dulu bu." kataku sambil sedikit menunduk sopan.
" Iya, hati hati di jalan. Terimakasih Lea sudah mau menemani Rafa. " Bu Anis bergerak memelukku. " Sama sama bu. " Jawabku lalu aku berjalan masuk ke dalam mobil.
Perjalanan kami cukup lancar. Rafa ngotot duduk di pangkuanku, tidak mau duduk sendiri di belakang. Padahal Adit sudah menyiapkan kursi khusus untuk anak anak di jok belakang. Sepanjang perjalanan ada saja hal yang di tanyakan oleh Rafa. Aku benar benar melakukan tugasku sebagai pemandu wisata. Ya benar..... aku lebih cocok menjadi pemandu wisata mereka dari pada bagian dari keluarga mereka.
Beberapa kali Adit menoleh ke arahku yang sedang bercerita dengan Rafa, sesekali dia juga ikut menimpali pembicaraan kami, bahkan saat berhenti di lampu merah dia masih mencoba menggenggam tanganku atau mencuri ciuman di pipiku. Tapi aku berusaha mengelak dengan Rafa sebagai alasan.
Akhirnya kami telah sampai di kawasan Taman Safari. Kebetulan jam sudah menunjukan waktu makan siang. Adit langsung membawa kami ke restoran terdekat. Kembali saat turun dari mobil, Adit mengambil Rafa dari gendonganku, lalu dia meraih tanganku untuk di genggam. Aku membiarkannya, aku fikir Adit akan curiga jika aku terus menerus menolaknya. Aku tidak ingin terjadi perdebatan selama kami berlibur. Aku berharap ini menjadi liburan kami bertiga yang pertama dan yang terakhir. Dan aku ingin menciptakan kenangan indah bersama mereka di sini. Aku sudah membulatkan tekad untuk pergi dari kehidupan Adit dan Rafa setelah ini. Karena aku semakin yakin bahwa aku bukan orang yang tepat untuk berdiri bersama mereka.
*
*
*
*
Jangan lupa pencet tombol like, komentar, dan vote nya readers tersayang 😘 Masukan ke daftar novel favoritmu juga yaa ..
Terimakasih 🤗❣️💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
novi²
ahhhh si adit msh ada rasa sama tuh mantan bininya jgn mau lea klo hanya jd pelampiasan semata
2021-12-29
0
Berdo'a saja
sakitnya tuh dibalik sini
2021-11-19
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
nyesek banget ya bun ga ada kejelasan buat hubungan mereka tp seenak jidatnya adit maen peluk² cium² lea🤧 bagus lea pergi ajh lah dr pd buat pelarian nya si adit
2021-11-18
0