Lea POV
" Tante Lea, Yafa lapel...penen makan. " ucap Rafa setelah puas menghujani wajahku dengan ciumannya.
Aku ingat kemarin malam Rafa melewatkan makan malamnya karena sudah tidur sejak magrib.
" Rafa Laper sayang ? Mommy buatkan makanan dulu ya. " Bu Rengganis merespon cepat ucapan Rafa sebelum aku sempat menanggapi.
" Tapi Yafa mauna makan syama tante Lea. " rengek Rafa dengan muka yang di buat cemberut.
Aku cuma bisa tersenyum kikuk, bingung harus berkata apa.
" Papi pesankan makanan online saja, kita sarapan dulu sama sama, oke boy ?" Adit akhirnya menengahi kecanggungan kami. Dia mengerling ke arah Rafa yang langsung dijawab Rafa dengan antusias.
" Oke papi. " sambil mengacungkan dua jempol tangannya.
Yafa mau ayam goyeng ipin upin papi, teyus tante Lea syukanya cledipety teyus mau syusyu juda buat Yafa syama tante Lea bial cepet besyal, tante Lea penen cepet tinggi, janan lupa ya papi. " Celoteh Rafa dengan gerik lucu seperti sedang menggurui ayahnya sendiri. Pria kecil itu berusaha mengingat ingat percakapannya kemarin denganku tentang makanan.
" Hahahahaha.....oke boy, papi akan pesan susu untuk kamu dan tante Lea. " Adit tergelak keras mendengar celoteh Rafa sambil mengerling ke arahku. Aku hanya bisa melengos dan mengalihkan pandangan ku dari Adit.
Adit mulai menghentikan tawanya, dia fokus ke layar ponselnya untuk memesan makanan. Sekilas ku lihat Bu Anis dan mamahnya Adit memperhatikanku tapi mereka masih diam menunggu Adit yang sedang sibuk dengan ponselnya.
" Kita tunggu makanannya datang, di sini tidak ada pembantu, jadi silahkan buat minuman sendiri, aku mau mandi sebentar. " ucap Adit setelah selesai dengan ponselnya.
Tubuhku mendadak lemas, aku merasa tidak sanggup menghadapi dua wanita di hadapanku sendirian. Aku mencoba melempar kode ke arah Adit supaya tidak meninggalkanku, dan sepertinya dia paham.
" Lea... mandilah dulu, ajak Rafa mandi sekalian. Bajunya ada di kamar pakaianku, pakailah kamar mandi dalam, aku akan memakai kamar mandi luar. Nanti makanan datang kita semua sudah segar. " ucap Adit sambil bangkit dari duduknya.
Aku merasa sangat lega mendengar perintah Adit. Mendapat perintahnya kali ini terasa seperti mendapat grasi penyelamatan dari hukuman mati.
" Baiklah. " Aku menjawab dengan suara lirih.
Mama Adit masih memandangku lekat dengan tatapan tidak suka. Sedangkan bu Rengganis tersenyum hangat ke arahaku.
" Maaf Lea, kalau Rafa mefepotkanmu. " ucap bu Rengganis.
" Mmm....tidak bu, tidak apa. Saya ijin bawa Rafa mandi dulu. " Aku mengangguk sungkan lalu berdiri menggendong Rafa membawanya masuk ke dalam kamar.
Baru kali ini aku merasakkan ketegangan hanya karena acara sarapan bersama. Makanan yang di pesan Adit sudah datang. Aku menatanya ke piring piring besar lalu menyajikannya di meja makan. Adit masih di dalam ruang kerjanya menerima telepon dari asistennya, sepertinya sedang membicarakan pekerjaan. Sedangkan mama Adit dan bu Anis duduk melihat TV bersama Rafa.
Setelah mandi tadi aku kembali meminjam pakaian Adit. Pakaianku belum kering, tapi untung saja pakaian d\*l\*mku sudah bisa dipakai. Pikiranku terbang kemana mana. Apa yang harus aku lakukan setelah ini.
" Lea.... sudah siap sarapannya ? " tanya Adit yang langsung membuyarkan lamunanku.
" Oh .... iya sudah siap. " jawabku tergagap.
Adit berjalan ke arahku, mengusap pipiku mencoba menenangkan. Sepertinya dia tahu kalau aku sedang gelisah.
" Tenanglah, tidak akan terjadi apa apa..." katanya lembut sambil tersenyum hangat.
Aku menghela nafas panjang lalu duduk di kursi makan, Adit bergerak ke ruang tamu untuk mengajak yang lain sarapan.
" Mari kita sarapan dulu, makanan sudah siap." kata Adit.
" Hoyeeee !!!! makaan.... Yafaa mau makan..!! teriak Rafa sambil berlari ke ruang makan.
Aku semakin gugup ketika smua sudah berkumpul di meja makan. Rasanya aku ingin segera lari dari sini. Tatapan mamah Adit kepadaku membawa aura permusuhan yang sangat jelas. Aku sendiri merasa malu pada bu Anis karena keberadaanku di sini.
Untungnya semua orang makan dengan tenang. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya sesekali Rafa mengajak bicara dan minta dibantu memotong makanannya dan Adit yang sesekali minta di ambilkan lauk.
Acara sarapan selesai aku segera mencuci piring dan wadah kotor bekas makan tadi, di bantu bu Anis di sampingku.
" Sudah lama kenal Adit ? " Tiba tiba bu Anis membuka percakapan.
" Belum...belum lama." jawabku singkat.
" Jangan khawatir, aku tidak akan menghubungkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi. " ucap bu Anis tersenyum ramah.
" Maaf bu, saya sebelumnya tidak tahu kalau pak Adit mantan suami ibu dan Rafa putra ibu. " Kataku berhati hati.
" Tidak masalah. Kami sudah berpisah secara baik baik. Adit berhak dekat dengan siapapun. Aku justru sangat senang melihat Adit yang sekarang. Kamu berhasil merubahnya, bahkan dia menjadi begitu perhatian kepada Rafa.
" eh... bukan... bukan seperti itu bu. Saya dan pak Adit.... " belum juga ucapanku selesai, bu Anis sudah memotongnya.
" Tidak perlu malu apalagi takut. Tidak perlu menutupinya lagi. Aku ikut senang. Apalagi Rafa juga begitu menyukaimu. Terimakasih. " kata bu Anis lembut sambil mengusap punggungku. "
Ya Tuhan, sepertinya bu Anis benar benar salah paham.
Selesai mencuci piring aku dan bu Anis kembali ke ruang tamu. Terlihat Adit dan mamanya sedang terlibat dalam pembicaraan serius. Bu Anis duduk di samping mama Adit dan mau tidak mau aku duduk di samping Adit.
"Lea perkenalkan ini mamahku, mamah Rita dan itu Anis mommy nya Rafa, kamu pasti sudah kenal. " ucap Adit sambil menyilangkan satu kakinya.
Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum tipis.
" Mah, perkenalkan ini Lea, kebetulan dia juga karyawan Anis di butik. " Ucap Adit. Mamah Rita hanya melirikku sekilas lalu menatap Anis seakan bertanya tentangku.
" Iya mah, Lea karyawanku di butik bagian keuangan. " terang Anis.
" Jadi apa hubungan kalian berdua, kenapa gadis ini sampai menginap di sini ? " nyonya Rita memulai investigasinya.
" Dia kekasihku, aku memintanya membantuku menemani Rafa. " Jawab Adit enteng sambil menyeruput kopi nya.
" Apa.... kekasih kamu bilang ? " nyonya Rita terbelalak kaget mendengar pengakuan Adit.
Rasanya jantungku berhenti berdetak seketika. Masalah apalagi yang akan di buat olehnya. Pengakuannya ini sungguh akan menyulitkanku.
" Ng... maaf nyonya... Pak Adit hanya bercanda, kami hanyaa.... " belum selesai aku bicara, Adit kembali momotongnya.
" Sayang.... tidak ada yang perlu di sembunyikan lagi. Sudah waktunya keluarga kita tahu. " kata Adit santai sambil menatapku dan satu tangannya menggenggam tanganku.
Aku melotot tajam ke arahnya, tapi malah di balas dengan seringai licik dari bibirnya.
" Adit.... apa kamu serius dengan ucapanmu ?" tanya nyonya Rita.
" Tentu saja aku serius ma. Sudah bukan waktunya aku bermain main di usiaku yang sudah kepala tiga. " jawab Adit.
Nyonya Rita terlihat kecewa dengan jawaban Adit, kembali dia menatapku, kali ini jauh lebih menakutkan, dia menelitiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Membuat ku semakin gugup dan salah tingkah.
Aku me re mas re mas ujung kaos yang ku pakai. Berfikir keras apa yang bisa aku lakukan untuk keluar dari situasi ini. Dan tiba tiba terdengar suara ponsel berdering, aku bersyukur karena itu adalah ponselku.
" Maaf saya permisi sebentar, ada panggilan masuk di ponsel saya. " pamitku sesopan mungkin.
Kuambil tas ku di rak bawah TV dan berjalan ke ruang makan untuk menerima panggilan.
" Halo Vit ! "
" Lea... kamu kemana aja sih ? Semalem kok sampai ga pulang ? Apa kamu mudik ? " cerocos Vita dari seberang.
" Ng.... panjang ceritanya vit, nanti kalau aku sudah pulang aku ceritakan smuanya. Aku tutup dulu telponnya ya. Aku akan segera pulang. " kata ku pelan lalu ku akhiri panggilan itu.
Sejenak aku terdiam, memikirkan cara agar bisa segera pulang. Dan akhirnya satu alasan melintas di benakku. Aku segera berdiri dan kembali ke ruang tamu.
"Maaf... saya harus segera ke kampus. Baru saja teman saya menghubungi kalau akan ada ujian penting. Saya mohon ijin pulang terlebih dulu. " Kataku sedikit gugup.
" oh iyaa... kamu ambil kuliah Sabtu Minggu ya ? tanya bu Anis.
" Iya bu. "
" Aku kan sudah bilang, hari ini bolos dulu. " ucap Adit kesal.
" Ada ujian... gak bisa bolos. Aku musti berangkat sekarang. Aku mau ganti baju dulu." Aku bergegas ke ruang loundry mengambil bajuku yang masih ku jemur, lalu mengganti pakaian di kamar mandi luar dekat dapur.
Setelah selesai bersiap aku kembali ke ruang tamu untuk pamit, namun Adit sudah berdiri sambil memegang kunci mobil. Diapun sudah mengganti celana pendeknya dengan celana panjang jeans.
" Ayo aku antar ! " ucapnya datar.
" Tidak usah... aku sudah pesan ojek online. Aku bisa berangkat sendiri. " Tolak ku.
" Adit... apa kamu tidak lihat, gadis ini bilang dia bisa berangkat sendiri. Apa kamu juga mau meninggalkan mama dan Anis yang sedang berkunjung ke sini ? Tuan rumah macam apa itu." sindir nyonya Rita.
" Mama dan Anis bukan tamu, anggap saja ini rumah sendiri. Aku hanya sebentar mengantar Lea, segera aku kembali ke sini. " Adit mulai mendebat mamanya. Dan hal iti membuatku semakin tak enak hati.
" Benar kata nyonya Rita, temani Rafa saja di rumah bersama nenek dan mommynya. Aku mau berangkat sendiri, pakai mobil akan makan waktu karena macet. Aku bisa telat. Aku sudah memesan ojek online, sebentar lagi sampai. " kataku mencari alasan yang paling tepat.
Rafa mengalihkan perhatiannya dari gedget yang dari tadi dimainkannya dan menatap Lea yang sudah bersiap.
" Tante Lea mau temana ? Yafa ikut ." Kata Rafa
huftttt.... Aku kembali menghela nafas. Bayi besar berhasil di atasi sekarang bayi kecil yang harus di taklukkan.
" Tante Lea harus sekolah dulu sayang. Nanti di marahi sama bu guru kalau gak datang ke sekolah. Tante Lea akan ke sini lagi kalau sudah selesai sekolahnya. Bisa main lagi sama Rafa. Sekarang Rafa main sama mommy sama nenek dulu. Oke ?" bu Anis segera memberi pengertian kepada Rafa agar tidak merengek ikut.
Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum hangat ke arah bu Anis, sebagai tanda terimakasih.
" Tante sekolah dulu ya sayang. Rafa main sama papi, mommy dan nenek dulu yaa. " pamitku pada Rafa yang di jawab dengan anggukan dan senyuman manis.
" Oke tante. "
" Saya pamit pulang nyonya Rita, bu Anis. " kataku sambil sedikit menunduk memberi hormat.
" Hati hati di jalan Lea. " ucap bu Anis sambil melambaikan tangan.
Aku berjalan ke arah pintu keluar, Adit mendahuluiku dan membukakan pintu untukku, lalu berteriak ke arah dalam.
" Aku antar Lea dulu ke bawah. " ucap Adit.
Dia menutup pintu lalu meraih tanganku dan menggenggamnya. Membawaku berjalan menyusuri lorong ke arah lift.
" Sudah lepaskan, tidak perlu lagi berakting." ucapku sambil berusaha melepaskan genggaman tangannya.
" Siapa yang sedang berakting ?!" tanyanya dengan seringai mengejek.
Aku hanya bisa mendengus pelan. Membiarkannya tetap menggenggam tanganku.
Ting !!
Pintu lift terbuka aku dan Adit masuk ke dalam. Tidak ada orang selain kami disana. Tiba tiba perasaanku tidak enak. Benar saja, Adit dengan gerak cepat menarikku kepelukannya, menempelkan dahinya ke dahiku, menatapku dalam. Pandangan matanya seolah melemahkan otot otot tubuhku, deru nafasnya menyapu wajahku hangat, dan tanpa menunggu lama dia menyentuhkan bibirnya ke bibirku. Kembali me\*\*mat lembut dan memberikan gigitan kecil agar aku mau membalasnya. Entah dorongan dari mana aku pun mulai membuka sedikit mulutku, membiarkan lidahnya menari di dalamnya. Sesekali aku membalas belitannya. Hingga akhirnya aku tersengal karena kehabisan nafas. Adit melepaskan tautan bibir kami. Dia mencoba mengatur nafasnya. Kemudian memelukku lalu menjatuhkan satu kecupan di dahiku.
Ini gila... sungguh gila... Dia laki laki yang baru ku kenal kemarin siang... tapi kenapa hatiku merasa begitu mudah menerima apapun darinya.. Apa aku jatuh cinta semudah ini ???
\*
\*
\*
\*
Jangan lupa like dan komennya readers tersayang.
lup u all 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
novi²
bu rita jgn galak² sm calon mantu
2021-12-29
0
Berdo'a saja
duhh restui Adit
2021-11-19
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
bu rita ayo lah jangan egois dit ajh merasa nyaman sama lea jgn kau pandang lea.hanya dr status ajh ga selamanya harta bisa bikin kita bahagia 😏😏
2021-11-17
0