Aditya POV
Hari ini aku benar benar kehilangan kewarasanku. Kenapa juga aku bisa bertindak gegabah membawa Rafa pergi dari rumah mamah.
Aku cemburu ??? ya... mungkin aku memang cemburu. Aku cukup kesal melihat Anis, Tomy dan Rafa datang bersama sama ke acara peresmian hotel baru papa minggu kemarin. Mereka datang sebagai sebuah keluarga. Sungguh pemandangan yang melukaiku.
Aku fikir, aku sudah bisa melupakan Anis. Tapi ternyata belum, aku belum benar benar bisa melupakannya. Melihatnya berjalan sambil melingkarkan tangan di lengan Tomy membuat hatiku merasakan kesakitannya lagi. Perasaan sakit dan kalah yang sudah menghancurkanku dua tahun ini.
Keacuhanku terhadap Rafa putraku sendiri pun kini juga menjadi bumerang untukku. Melihat Rafa begitu akrab dengan Tomy, bergelayut manja bak ayah dan anak seolah menyadarkanku jika sekarang aku benar benar kalah. Bukan hanya kehilangan wanita yang aku cintai tapi juga kehilangan putraku yang belum sempat mengenal jelas aku sebagai ayahnya. Shiiiit ...!!!! Kebodohan terburukku !!!
Hari ini bisa melihat Rafa berada di apartemenku setelah dua tahun berpisah membuat hatiku terasa menghangat. Meskipun lama tidak pernah bertemu tapi insting pertalian darah itu jelas sangat terasa. Rasa bersalah membuncah seakan menenggelamkanku ke dasar jurang penyesalan. Bagaimana bisa aku mengabaikan darah dagingku sendiri hanya karena kekecewaanku kepada takdir ???!!
Dan aku fikir membujuk anak kecil adalah hal yang mudah ??!!.... Aarghh... ! Ternyata itu pekerjaan yang lebih sulit dari pada berebut tender bernilai milyaran rupiah.... Hufffttt..... !!!
Rafa terus menangis dan merengek ingin pulang sejak pagi, tidak mau makan atau pun minum susu. Sungguh membuatku frustasi !! Aku benar benar merasa menjadi orang asing di hadapan putraku sendiri...
Akhirnya, karena sampai jam dua siang Rafa masih merajuk dan tidak mau makan, aku memilih membawanya keluar untuk jalan jalan. Aku fikir dengan mengajaknya bermain, membeli makanan dan beberapa mainan bisa membuatnya senang. Namun dugaanku salah, swalayan seolah mengingatkannya pada sang mommy. Dia menangis histeris memanggil manggil mommy nya lagi..... Hufffft....!!!! Kepala ku rasanya hampir meledak karena tidak mampu menemukan cara yang tepat menenangkannya di tempat umum seperti ini.
Tiba tiba saja seorang gadis terlihat berjalan terburu dari balik lorong, lalu berdiri menatap ku dengan pandangan penuh tanda tanya saat melihatku sedang mencoba menenangkan Rafa, seketika itu Rafa memberontak turun dari gendonganku dan berlari ke arah gadis itu.
Ya Tuhan.... !!! gadis itu menelanjangiku dengan tatapan curiganya.. Pasti dia berfikir kalau aku seorang penculik anak. Aarrghhh.....SHIIIT !!!
Kulihat gadis itu memeluk dan mencoba berbicara menenangkan Rafa. Apa gadis itu mengenal Rafa ??! Rafa terlihat nyaman di gendongannya. Tapi mendengar pertanyaan yang di lontarkan gadis itu padaku, aku yakin kalau mereka tidak saling mengenal.
Sudah ku katakan padanya jika Rafa adalah putraku tapi gadis itu seperti tidak percaya. Kucoba mendekat mengambil Rafa, tapi Rafa malah semakin menangis dan semakin erat bergelayut di gendongan gadis itu. Gadis itu pun dengan lantang menyindirku, ' mana ada anak setakut itu dengan ayahnya sendiri ?!' Hatiku sedikit nyeri mendengar pernyataannya.
Gadis kecil ini cukup pemberani pikirku, bahkan dia tak segan melemparkan tatapan permusuhan denganku. Aku mencoba lebih tenang, memberi alasan yang logis tentang Rafa yang menangis, sambil ku coba lagi mengambil Rafa dari gendongannya, namun sial Rafa kembali menjerit dan kali ini jeritan Rafa membuat semua pengunjung melihat ke arah kami dengan tatapan curiga. Gadis itu memeluk erat Rafa, menggoyang goyangkan badannya menenangkan tangis Rafa sambil sesekali menciumi rambutnya. Pikiranku buntu, aku harus berbuat apa sekarang....?!
Belum ada ide yang melintas di otakku ketika tiba tiba datang seorang security dan bertanya tentang yang terjadi, refleks aku merengkuh bahu gadis itu dan memberi alasan seumum mungkin. Gadis itu mencoba melayangkan protes, tapi aku langsung menunduk dan berbisik memohon bantuannya. Sungguh aku harus melupakan harga diriku kali ini.
Sungguh lega rasanya bisa keluar dari swalayan itu tanpa masalah yang lebih rumit, perdebatan kecil dengan gadis itu pun bisa terlewati. Akhirnya dia bersedia ikut masuk ke mobil dan mencari rumah makan. Aku merasa masih membutuhkan gadis itu untuk membujuk Rafa makan.
Di perjalanan, ku perhatikan interaksi gadis itu dengan Rafa. Sungguh gadis yang cerewet.... seakan tidak ada habisnya bahan pembicaraan yang bisa dia ceritakan kepada Rafa. Sangat terlihat jika dia adalah orang yang periang, suka dengan anak kecil atau mungkin memang terbiasa dengan anak kecil. Apa mungkin dia memang seorang guru Taman Kanak Kanak ??
Tanpa kusadari celoteh riang gadis itu dan gelak tawa mereka berdua di dalam mobil membuat hatiku menghangat dan sebuah senyum tipis pun tak bisa ku tahan.
Seperti dugaanku, sesampainya di rumah makan, Rafa menolak untuk kusuapi. Dan tanpa kuminta gadis itu langsung berinisiatif mengambil makanan Rafa dan menyuapinya sambil sesekali bercerita mengalihkan perhatian Rafa agar bisa makan dengan lahap.
Kuamati sekilas gadis itu, cukup manis dengan pembawaanya yang sangat sederhana. Tapi sepertinya gadis itu masih sangat muda, mungkin usianya masih di awal dua puluhan. Meskipun terlihat muda, tapi kulihat dari cara dia bersikap dan berbicara gadis ini cukup cerdas dan mandiri.
Dia mengajakku berkenalan. Namanya Alea dan minta untuk dipanggil Lea. Nama yang jarang ku dengar.
Dia mulai bertanya soal Rafa yang menangis tadi. Ku buka ponselku dan kutunjukkan foto foto yang kupunya sebagai bukti bahwa Rafa benar benar putraku. Ku serahkan ponselku padanya dan anehnya dia seperti kaget melihat foto foto itu. Dahinya tampak berkerut, lalu bolak balik memandang ke arahku dan kembali ke layar ponselku. Saat kutanya kenapa, dia malah balik bertanya 'apakah Rafa putra Rengganis?!' Aku hanya mengangguk. Lalu dari mana dia kenal Anis ?? Sekarang justru aku yang dibuat penasaran !!
Kembali dia bertanya ragu ragu 'apakah aku mantan suami Rengganis??' aku jawab iya... Dia tampak kaget dan tersenyum sungkan. Saat kutanya balik apakah dia kenal dengan Anis, dia langsung menjawab 'iya' dan ternyata dia adalah salah satu pegawai di butik Anis. Kebetulan yang cukup mengkhawatirkan.
Entah kenapa tiba tiba aku begitu saja menceritakan perihal perceraianku dengan Anis kepadanya dan tentang hubunganku dengan Rafa. Seolah aku menemukan teman bicara yang ku butuhkan selama ini.
Kemudian dia bertanya apakah dari sini nanti aku akan membawa Rafa pulang ke rumah Anis ? Dan secara spontan aku menjawab 'tidak'. Bahkan dengan bodohnya aku mengatakan kalo hari ini aku membawa Rafa tanpa sepengetahuan Anis dan keluarga lainnya....Shiiit !!! aku seperti menggali kuburanku sendiri..!
Saat kesadaranku pulih, aku mencoba mengintimidasinya supaya tidak menghubungi Anis dan melupakan kejadian hari ini.
Di luar dugaanku, dia langsung berdiri dari duduknya, berbicara meledak ledak sambil menunjuk ke arahku dengan penuh kekesalan bahkan dia berkata kalo yang kulakukan ini adalah penculikan !
Astagaa ...!!! Ternyata gadis mungil ini cukup menakutkan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
novi²
menarik ceritanya thor
2021-12-29
0
Berdo'a saja
waooooowww
2021-11-19
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ🍉
menarik cerita nya mdh²n ga ngebosenin ya thor
2021-11-17
1