Alea POV
"hwaaa....hwaaa....hwaaaa.....
hiks...hiks... mommy.....mommyyyyyyy !!!"
Suara jerit tangis anak kecil tiba tiba mengagetkanku. Aku yang sedang menunduk memilih buah buahan segar segera beralih mencari sumber suara. Aku khawatir kalau kalau ada anak kecil terpisah dari orang tuanya. Dan itu biasa terjadi di pusat perbelanjaan seperti ini.
Ketika sampai di ujung lorong tempat display susu anak dan makanan ringan, seorang anak kecil berumur sekitar dua tahun terlihat sedang memaksa turun dari gendongan seorang pria dan kemudian berlari menubruk kakiku sambil menangis.
"Hikss.....hiksss....mommyy..mommyy !!"
Seketika mataku bersiblorok dengan mata pria itu. Pria di depanku hanya diam dan melemparkan pandangan aneh ke arahku. Tak mau kalah, aku pun melemparkan tatapan permusuhan, seolah memvonis pria itu sebagai pria jahat - penculik anak - .
Aku berjongkok mensejajarkan tinggiku dengan si anak lalu kupeluk dan kuusap punggung kecil itu.
" cup..cup..cup.. anak ganteng anak pinter kenapa nangis ? " Tanyaku sambil berbisik mencoba menenangkan tangis bocah itu, sembari sesekali kuciumi kepala si anak agar lekas tenang.
Pria di hadapanku bergerak maju ke arahku, dia ingin mengambil anak itu namun dengan gerakan cepat aku berdiri mengangkat si anak kedalam gendonganku. Tak segan aku melemparkan tatapan tajam ke arahnya.
" Maaf, apa hubungan Anda dengan anak ini ? dan kenapa anak ini sampai menangis seperti ini ? sepertinya anak ini sangat takut dengan Anda Tuan ? "
Aku berusaha bertanya sesopan mungkin meskipun tatapan mataku yang penuh kecurigaan tak bisa disembunyikan.
" Dia putraku. " jawabnya.
Pria itu mencoba mengulurkan tangan untuk mengambil anak di gendonganku lagi, namun si anak malah menangis menjerit semakin kencang dan mengeratkan pelukan di tubuhku.
" Hah... ? Putra Anda ? cks.... lalu hal apa yang membuat seorang anak setakut ini dengan ayahnya sendiri ? " Aku bertanya dengan nada mencibir.
" Dia benar benar putraku. Dia hanya sedang marah karena menginginkan sesuatu. Kemarikan, kami harus segera pulang. " Pria itu kembali mengulurkan tangannya ke arahku.
"hwaaaa......hwaaaa...... mommyy....."
Anak itu kembali menjerit ketika tangan pria itu mencoba menariknya dari gendonganku. Seketika orang orang melihat ke arah kami dengan pandangan curiga.
Dan tak lama seorang security datang menghampiri kami.
" Ada yang bisa kami bantu bapak ibu ? " Tanya security itu dengan tatapan penuh pengawasan pada kami.
" Hmmmm....tidak pak, trimakasih, putra kami hanya sedang tantrum. Maaf kalau menggangu pengunjung lainnya. Kami sudah selesai berbelanja dan akan segera pulang. "
Pria itu menjawab dengan tenang sembari melingkarkan tangan kanannya di bahu ku. Saat aku akan membuka mulut untuk melayangkan protes tiba tiba pria itu berbisik
" Mohon bantuannya nona, saya bukan orang jahat ".
Aku pun hanya bisa mendesah pelan lalu berjalan mengikuti pria itu. Dia mulai menggiringku berjalan keluar menuju area parkir.
Sesampainya di samping sebuah mobil mewah, pria itu membukakan pintu penumpang. Aku hanya diam tertegun, berusaha mengumpulkan kewarasanku.
" Tuan, jika Anda mengira saya akan menyerahkan anak ini untuk pergi bersama Anda dengan mudah, Anda salah. Meskipun Anda memakai pakaian dan sepatu mahal, bahkan membawa mobil mewah seperti ini, saya tidak akan bermurah hati. Saya tidak akan menyerahkan anak ini sekarang. saya perlu bicara dan bertanya padanya. Seorang anak tidak akan setakut ini jika Anda benar benar orang baik yang dikenalnya. " ucapku tegas.
Pria itu hanya menghela nafas panjang lalu memijat pelipisnya.
" Dia benar benar putraku. Aku bisa membuktikannya. Bahkan jika kamu menginginkan tes DNA aku bisa melakukannya. Dia belum mau makan sejak pagi, hanya menangis mencari mommy nya seharian. Aku fikir kamu bisa membantuku membujuk putraku untuk makan."
Aku kembali terdiam, berjuta pertanyaan hinggap di otakku. " Apa mungkin istrinya baru saja meninggal ? " fikirku dalam hati.
" Mari kita cari restoran yang nyaman. Kita bisa bicara di sana dan kamu bisa menanyakan apapun. Yang penting tolong bantu bujuk putraku agar mau makan. " Pria itu berbicara dengan nada datar dan wajah dinginnya yang tampak frustasi.
Akhirnya aku bersedia masuk ke mobilnya. Anak kecil di pangkuanku sudah diam. Hanya sesekali terdengar sisa isakannya. Sepertinya anak ini memang benar belum makan. Badannya sedikit hangat tidak bertenaga dan matanya sayu seperti menahan kantuk.
Mobil mulai bergerak keluar dari area parkir ke jalan besar.
" Anak ganteng siapa ya namanya ? Waah dari tadi lupa yaa belum kenalan ? " Aku mencoba memecah kesunyian di dalam mobil. Bertanya pada si anak dengan suara yang ku buat seriang mungkin sambil sesekali mengusap dan menciumi rambut anak itu.
" Yafaa... namanaa Yafaa..."
" Wah bagus sekali namanya, Yafa ya, udah ganteng, pinter, punya nama yang keren lagi." Aku merasa sangat senang, anak itu mau menjawab pertanyaanku.
" Yafaaa... bukan Yafa.... Yafaaa....." Si anak melayangkan protes yang tidak kupahami.
" Iya... Yafa kan ? Y ... A.... F..... A..... Yafa." Aku mencoba memperjelas tapi si anak malah cemberut dan seperti akan melayangkan protesnya lagi namun segera di potong oleh pria di sampingnya.
" Namanya Rafa, dia belum bisa menyebut huruf R dengan jelas." Pria itu berbicara singkat sambil terus memandang ke depan.
" Hahaha....ohhh.... namanya Rafa ? maaf tantenya salah denger, tante kira namanya Yafa ternyata Rafa... wuiihhh keren ya namanya sekeren dan seganteng anaknya " Kataku beralasan sambil masih cekikian sendiri mengingat muka cemberut anak itu. Tanpa ku sadari ternyata tawaku menular kepada Rafa, dia ikut terkekeh melihat ku tertawa lebar hanya karena namanya.
" Duh duh... udah bisa senyum nih si anak ganteng. Tante jadi ikut seneng deh. " Ku jembel gemas pipi Rafa, yang di jembel malah ikut ketawa cekikikan.
" Habis ini kita makan dulu ya sayang ? Rafa harus makan yang banyak, biar bisa kuat seperti superhero. Rafa sukanya makan apa nak ?" Aku terus mencoba mengajak Rafa bicara agar anak itu lupa dengan tangisnya tadi.
" Yafa suka makan ayam goyeng tante. Ayam goyeng upin ipin. " jawabnya polos sambil mendongak memandang ke arahku.
" Rafa suka nonton upin ipin ya di TV ? jadinya ikut suka makan ayam goreng kayak upin. Kalo tante sukanya nonton spongbob, jadi tante ikutan suka makan credipetty buatan spongbob."
" Yafa suka juga cledipety tante. Yafa juga suka spongbob." Sahut Rafa dengan mata berbinar.
" Oke, kalo begitu Yafa bilang ayah dulu kalo kita mau makan ayam goreng sama credipetty. Biar ayah antar kita ke sana." Aku coba memancing Rafa untuk berbicara dengan pria di sampingnya. Namun setelah di tunggu tunggu Rafa hanya diam dan menyenderkan kepalanya di dadaku serta mengalihkan pandangannya ke arah luar mobil.
Aku merasa curiga, sepertinya ada yang aneh dengan hubungan ayah dan anak ini.
*
*
*
*
*
Diusahakan sehari up 2x ya sayang. Jangan lupa like dan komennya supaya aku makin semangat nulisnyaa....
love u 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Mursiyam Mursiyam
mampir nyimak, kyknya asyik
2021-11-28
1
Berdo'a saja
kulanjut baca
2021-11-18
1
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
wkwk rafa toh kukira yafaaa🤣🤣🤣
2021-11-17
1