Alea POV
Sudah dua minggu berlalu sejak pertemuanku dengan Aditya dan Rafa di swalayan. Namun, lamunanku masih saja membawaku terbang mengingat mereka berdua. Apa ini rindu ? Entahlah.... Terakhir melihat Adit adalah saat dia mengantarku ke lobi apartemennya untuk menunggu ojek online. Kehangatan pelukan dan kecupan perpisahannya masih begitu melekat di ingatanku. Ya, mungkin benar aku merindukan mereka, tapi rasa ini tidak boleh berkembang lebih jauh, aku harus mawas diri agar tidak terluka.
~Flashback ON~
Tak sedetik pun Adit melepaskan genggaman tangannya ketika kami menunggu ojol yang kupesan di lobi apartemennya. Aku merasa agak canggung karena beberapa orang yang lewat memandang aneh ke arah kami.
Beberapa kali dia juga mencoba memaksa untuk mengantarku, tapi untung saja alasan macet dan terburu buru bisa jadi senjata ampuh untuk menolaknya. Setelah melihat seorang ojol datang, aku bergegas berdiri. Adit masih mengeratkan genggaman tangannya. Seolah belum rela aku pergi dari sana.
" Ingat...! ini terakhir kalinya kamu naik ojek online. Lain kali aku tidak akan membiarkan ini terulang lagi. Jaga jarak saat duduk. Tidak perlu terlalu menempel. Tidak perlu berbincang dengan driver karena tidak semua orang asing itu baik. " kata Adit tegas dengan tatapan kesal.
Aku hanya mengangguk sambil menghela nafas. Tak ingin mendebat karena akan semakin panjang urusannya. Pria ini sungguh aneh pikirku. Memang siapa dia hingga berbicara seperti itu kepadaku. Tapi aku tak ambil pusing. Segera berpamitan dan pergi dari sana itu akan jauh lebih baik.
" Baiklah, aku berangkat dulu. Terimakasih sarapannya. Salam untuk Rafa. " Pamitku.
Kembali dia memelukku. Mengecup dahiku dalam.
" Hati hati di jalan. " ucap Adit melepas pelukannya.
Aku bergegas naik ke sepeda motor ojol. Dan tak lama sepeda motor itu bergerak membawaku menjauh dari apartemen Adit.
~Flashback off~
Author POV
" Leaa...!! "
" Leaaa...!! "
" Leaaaaaaa......!!!! "
Buuugghh !!!
" Astaga Vita....!!! Ishhhh......sakit banget tauuk ....... !!! Lea terperanjat kaget karena pukulan Vita. Di usapnya berkali kali lengan kanannya bekas timpukan buku Vita.
" Ish.... habisnya dari tadi di panggil panggil ngelamun aja. Kamu tu aneh sekarang, kebanyakan ngelamun. Ngelamunin apa sih sebenernya ? " Cerocos Vita sambil berkacak pinggang di depan Lea.
Lea hanya mendesah pelan, lalu kembali duduk di kursi kerjanya dan mengalihkan pandangannya ke layar komputer.
" Ya Ampun......sepertinya kamu emang udah kena sawan di jalan. Perlu di ruqiyah beneran nih. Orang ditanya kok cuman melengos aja, hari hari kerjaannya ngelamun terus. Ihh... serem......" kata Vita sewot melihat Lea yang mengacuhkannya.
Lea hanya melirik Vita dengan ujung matanya. Sebenarnyaa dia pun merasa tersiksa akhir akhir ini. Bayangan Adit dan Rafa selalu mengganggunya.
Tok....Tok....Tok....!!
" Non Lea, dipanggil bu Rengganis di ruangannya. " kata pak Imam salah satu OB di butik itu.
" Oh... baik pak Imam, terimakasih, saya segera kesana. " jawab Lea sedikit mendongak memandang pak Imam yang berdri di ambang pintu.
" Baik non. Saya permisi dulu. " pamit pak Imam dan berlalu pergi.
" Aku mau ke ruangan bu Anis dulu. Kamu makan siang sama yang lainnya aja ya, nanti aku nyusul kalau waktunya masih cukup. " kata Lea sembari merapikan meja kerjanya.
" Hmmmm..... oke dech... Aku makan siang duluan sama mbak Nina, nanti nyusul aja ke warteg sebrang. Kalo ga keburu ya WA aja mau nitip apa. " Kata Vita yang kemudian berjalan keluar dari ruangan Lea. Lea hanya mengacungkan jempol kanannya ke arah Vita.
Lea merasa sedikit aneh karena tiba tiba bu Anis memanggilnya di jam makan siang. Apalagi akhir akhir ini bu Anis tidak datang ke butik karena sibuk dengan persiapan pernikahannya.
" Hmmmm...... mungkin bu Anis ingin melihat laporan penjualan selama dia tidak datang." gumamnya dalam hati.
Tok....Tok...Tok...
" Ya..masuk.." teriak Anis dari dalam ruangan.
Ceklek...
" Permisi bu Anis, tadi kata pak Imam ibu memanggil saya ? " ucap Lea yang masih berdiri di ambang pintu yang baru setengah terbuka..
" Iya benar, silahkan masuk Lea. "
Lea membuka pintu ruangan Anis lebih lebar dan bergerak masuk ke dalam, namun tiba tiba matanya terbelalak karena dikejutkan dengan keberadaan Adit di sana. Adit duduk di sofa panjang berseberangan dengan Anis. Dia menatap lekat Lea dari tempat duduknya dengan pandangan yang sulit diartikan. Lea diam terpaku sesaat, meyakinkan dirinya sendiri apakah benar pria yang dilihatnya ini adalah Adit atau sekedar khayalannya.
" Ehhemm.... " Adit berdehem keras untuk menyadarkan Lea dari lamunanya.
" Eh... Selamat siang pak Adit." Lea menyapanya gugup.
Anis mengulum senyum melihat ekspresi keduanya yang terlihat sama sama canggung.
" Ish... seperti ABG saja kalian. Santai saja Lea. Tidak usah terlalu formal, ini kan jam makan siang. Ayo sini duduk,, ada yang mau bicara sama kamu. " ucap Anis ramah sambil melirik ke arah Adit. Lea hanya bisa tersenyum kikuk.
Belum sempat Lea menjatuhkan bokongnya di sofa,, Adit sudah buka suara.
" Aku mau ajak Lea keluar. Bisa kamu berikan ijin dia untuk bekerja setengah hari ? " tanya Adit kepada Anis.
Anis pun menoleh ke arah Lea. Seolah meminta persetujuan. Lea hanya bisa mengerutkan dahi dan sedikit menggelengkan kepala memberi kode kepada Anis.
Adit yang melihat tingkah Lea pun menatap Lea dengan kesal.
" Kenapa ? Masih ingin terus menghindar ? Kita perlu bicara. Setiap pasangan jika ada masalah itu harus di bicarakan supaya ada titik temunya. Bukan cuman ngambek dan menghindar. " ucap Adit seolah olah mereka adalah pasangan kekasih yang sedang bertengkar.
" Ish... pandai sekali dia berakting. " gumam Lea dalam hati.
Anis kembali mengulum senyum menatap Adit dan Lea bergantian.
" Lea,, kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu besok. Bicaralah dengan Adit dulu. Dia sudah meluangkan waktu kemari untuk menjemputmu. Kalau kalian tidak segera berbaikan kasihan Rafa. Dia selalu menanyakanmu. " kata Anis memberi pengertian.
Adit bangkit dari duduknya. Berjalan ke arah Lea yang masih diam terpaku bingung harus berkata apa. Adit meraih tangan Lea untuk di genggam, kemudian berpamitan kepada Anis.
" Terimakasih bantuannya. Maaf sudah menggangu pekerjaanmu siang ini. " pamit Adit kepada Anis.
" Sama sama." balas Anis.
Aditpun menarik tangan Lea untuk mengikutinya berjalan keluar dari ruangan Anis.
" Ishh... jangan tarik tarik !! Aku bisa jalan sendiri......" Protes Lea.
" Kalau aku lepas pasti kamu mau kabur lagi. " jawab Adit datar.
" Bentar.... bentar... aku musti ambil tas dan ponsel dulu. " kata Lea menarik tangan Adit dengan satu tangannya yang bebas agar Adit berhenti.
" Dimana ?! " tanya Adit.
" Itu ruanganku. " Menunjuk pintu ruangan di samping mereka dengan isyarat mata.
Adit tak melepas tangan Lea. Dia bergerak mengikuti Lea yang berjalan masuk ke ruanganya. Segera Lea meraih tas dan ponselnya di atas meja lalu keluar dan menutup pintu rapat.
Adit membawa Lea keluar dari butik menuju ke mobilnya.
" Ish.... udah kayak tawanan aja aku. Untung anak anak masih pada makan siang. " Batin Lea.
Namun entah kenapa kedatangan Adit kali ini bisa langsung meleburkan kegelisahan hatinya. Terbersit rasa bahagia melihat pria itu lagi dan rasa nyaman tak terkira saat Adit menggenggam tangannya.
" Mau pesan apa ? " tanya Adit. Mereka telah sampai di sebuah Restoran tepi pantai. Adit mengambil VIP room yang terletak di lantai 2 restoran itu.
" Samain aja sama pesanan kamu. " jawab Lea singkat.
Aditpun memesan 2 tenderloin steak, salad, dan orange juice.
" Gimana kabar Rafa ? " tanya Lea memulai percakapan.
" Baik. Setiap Sabtu aku membawanya ke apartemenku. Dia selalu menanyakanmu. " jawab Adit.
Lea hanya bisa menghela nafas panjang mendengar jawaban Adit dan mengalihkan pandangannya keluar. Menatap pantai dan deburan ombak yang menenangkan.
" Kamu tidak menanyakan kabarku ? " tanya Adit mulai menggoda.
" Cks... buat apa musti tanya, aku sudah lihat sendiri kamu sehat dan baik baik saja. " balas Lea sedikit mencibir.
" Siapa bilang, aku sedang tidak baik baik saja. " sanggah Adit tidak terima.
" Benarkah ? Apa ada masalah ? " tanya Lea penasaran.
" Aku hampir gila karena kamu. Kenapa kamu selalu menghindar ? Aku tahu kamu sengaja. Setiap aku mencarimu ke rumah kosmu, teman temanmu selalu bilang kamu sedang keluar. Aku juga tahu kalau kamu menyadari aku setiap sore menunggumu di sebrang jalan butik tapi kamu selalu bisa mengelabuhiku." kata Adit dengan tatapan tajam penuh kekesalan.
Lea mengulum senyum, menahan tawanya mengingat kelakuannya sendiri. Dia berusaha menghindari Adit mati matian. Tapi ternyata dia juga sama tersiksa.
" Kemarikan ponselmu !! " Pinta Adit tiba tiba sambil mengulurkan tangan.
" Buat apa ? " tanya Lea heran.
" Cepetan sini ponselnya. " ulang Adit tak sabar.
Lea pun mengambil ponsel dari tas. Lalu menyerahkannya kepada Adit.
Adit mengetikkan nomornya di ponsel Lea, lalu menyimpannya. Setelah itu Adit melakukan panggilan ke ponselnya sendiri dari ponsel Lea. dan menyimpan nomor Lea di ponselnya.
" Angkat segera jika aku menelpon, balas segera jika aku mengirim pesan. " ucap Adit seraya mengulurkan ponsel Lea kembali.
Lea hanya memutar bola matanya malas menanggapi titah Adit yang tak suka di bantah.
Tak lama makanan pun datang. Mata Lea berbinar menatap steak yang ada di hadapannya. Lea memang belum pernah masuk ke restoran mahal seperti ini. Ini menjadi pengalaman pertamanya berkencan di restoran mewah. Berkencan ?? sepertinya itu bukan kata yang tepat untuk menggambarkan hubungan mereka.
Adit mengulum senyumnya melihat Lea yang tampak bahagia hanya karena sepiring makanan. Gadis itu sungguh ajaib pikirnya. Hanya dengan melihatnya dan berada dekat dengannya Adit merasakan ketenangan dan kenyamanan.
Mereka makan dengan tenang, tidak ada yang memulai percakapan. Lea sangat menikmati makan siangnya, pandangannya fokus pada piring di depannya. Adit sesekali mencuri pandang ke arah Lea. Dia masih merasa heran dengan dirinya sendiri. Secepat itu jatuh hati pada gadis di depannya.
Selesai dengan makan siangnya Lea bangkit berdiri dan berjalan ke arah balkon. Disana mereka bisa melihat pemandangan pantai yang sangat indah. Lea berdiri di tepi balkon sambil kedua tangannya berpegangan pada teralis pembatas.
Adit yang telah selesai melakukan pembayaran bill nya, segera menyusul Lea ke balkon. Adit memeluk Lea dari belakang. Melingkarkan kedua tangannya di pinggan Lea. Lea terperanjat kaget atas perlakuan Adit.
" Ish... selalu saja bikin kaget. " Gerutu Lea refleks memukul tangan Adit. Adit hanya tergelak dan semakin mengeratkan pelukannya, mencium gemas pipi Lea berkali kali. Mereka berdua terdiam menikmati angin yang berhembus sepoy sepoy menerpa wajah mereka dan deburan ombak yang begitu indah. Lea sesekali mengusap tangan Adit yang melingkar di perutnya dan menahan rasa geli karena Adit tak henti henti menciuminya dari belakang.
Sungguh perasaan yang sulit di jelaskan. Keduanya sama sama merasakan perasaan yang sama, saling membutuhkan, saling menginginkan dan merasa saling memiliki. Tapi hati mereka masih menolak untuk meyakini bahwa rasa itu adalah cinta.
\*
\*
\*
\*
Jangan lupa like, komen dan votenya untuk mendukung novel ini. Terimakasih sudah berkunjung 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
novi²
kalo kata aa dilan mah rindu itu berat biar aku ajh mamu gak bakalan kuat🙈🙈🙈🙈
2021-12-29
0
Berdo'a saja
👍👍👍👍👍👍❤️❤️❤️
2021-11-19
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
kuy lah bawa lea ke kua dit jgn di kekepin terus takut khilaf🤧
2021-11-17
0