Disebuah kamar apartement minimalis. Dengan lemari di sebelah kiri bersandingan dengan kaca besar yang menghadap pada macetnya lalu - lalang kendaraan.
Terdapar pintu dalam ruangan tersebut...yap...di sebelah kiri ada meja rias minimalis dan sebuah pintu..terdengar samar - Samar gemericik air dan suara orang mendengkur dari arah spreingbed di tengah ruang tersebut..
Candra keluar dari ruangan sumber suara tersebut. Mengenakan handuk yang membelit pinggangnya. Badan nya yang tinggi tegap, otot di lengannya yang tidak terlalu besar. Dan perut yang rata dengan otot yang tidak begitu terbentuk seperti roti sobek.
Candra mendekat ke arah Elsa.
Di pandangnya wajah Elsa yang masi tidur pulas. Membelai lembut rambut Elsa, "sebetulnya, kenapa kamu pergi dariku El. Aku memang tidak bisa menikahi kamu pada saat itu. Maaf..."
Candra mencium kening Elsa..
Rupanya ciuman di kening membangunkan Elsa. Matanya perlahan membuka. Betapa kagetnya Elsa, langsung terduduk di Ranjang tersebut.
Tangan Elsa meraih selimut menutupi dadanya seraya memerah wajahnya. "Kamu ngapain disini? Ini.....ini....ini bukan kamarku."
"Memang ini kamarku, ini apartemenku. Dan kamu tertidur pada saat meeting tadi.....jadi aku punya inisiatif, bawa kamu kesini."
"..." Elsa masih terdiam dan tangannya bergetar menutupi dirinya..
"Tenanglah, aku hanya membuka kancing atas bajumu. Aku tidak akan melakukannya dengan paksaan." Elsa tersadar dan melihat ke dalam selimut.
Benar!! masih tertutup badan Elsa dengan pakaian kemeja putih dan rok hitam yang menjadi seragam kantornya. Hanya 2 kancing kemeja yang terbuka.
"Akh...iya, maafkan aku ka..." cuph...belum selesai Elsa berbicara, Candra sudah mencium Elsa.
Suasana sore itu begitu hangat. Pertemuan sore itu membangkitkan perasaan dan kerinduan yang sudah lama sekali Elsa lupakan.
Candra terus melancarkan aksi nya. ia ingin Elsa juga melakukannya lagi. melakukan hal yang sama seperti 8 tahun lalu. Elsa ingin sekali membiarkan segalanya terjadi alami, namun... ini sama saja membiarkan dirinya jatuh lagi.
'Badanku sepertinya membutuhkan ini, tapi dia Candra..dia bossku...dia juga pernah membuat masa depanku hancur! MANA HARGA DIRIMU ELSAA!"
Elsa mencoba berontak dengan menendang kaki Candra. Bukannya berhasil malah rok Elsa terangkat. "Terima kasih Sayang. Sudah sedikit membantuku.."
Posisi Elsa makin terjepit dengan Candra. Jarak mereka hanya beberapa inci. Sekarang Elsa sudah tak punya banyak pilihan. ia menutup matanya dan pasrah dengan keadaannya dan akhir yang akan terjadi. 'oh Tuhan, sudah hina diriku. malah aku pasrah dan menikmati ini. hukuman apa Tuhan yang pantas untuk ku.' Elsa masih mengutuk dirinya sendiri.
sore itu, segalanya terulang kembali. tampak pakaian Elsa berceceran di lantai. suara gemericik air dari arah kamar mandi memecah keheningan. Elsa membasuh badannya berkali - kali. ia merasa dirinya begitu kotor.
'Yah...sudah lama sekali, hampir berapa tahun aku sudah tidak pernah lagi merasakan. Kenapa lagi..harus dengan dia..perutku yang tadinya kram menjadi agak enakan setelah kejadian ini..aku tidak boleh lagi melakukannya. Ingat harga diri dan gengsimu'
Elsa keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang menutupi tubuhnya.
Candra yang duduk di pinggir ranjang sibuk dengan Ipadnya, langsung memandang Elsa. "Ini aku ada kaos ato kemeja yang kamu bisa pake dulu. Tapi saranku jangan kemeja ya, karena itu sama aja kamu memancing aku untuk melakukannya lagi. Aku masih bisa melakukannya lagi."
"DASAR Otak Cabul!!" Elsa mengambil kaos dan berbalik badan masuk ke kamar mandi...
Tapi candra cepat menarik tangan Elsa dan membantingnya ke Ranjang. Canda menindihnya lagi, "Ganti disini aja, aku dah tau kok bentuk badan kamu. Apalagi yang rahasia. Jujur ku akui, rasanya aku begitu menikmati yang baru saja terjadi daripada dulu." Bulu kuduk Elsa berdiri dan ludahnya terasa begitu berat di telan.
Candra bangkit berdiri dan keluar dari kamar peraduan mereka. Elsa mengintip sebentar ada siapa di luar. 'Hangga dan Om Jojo oh Tuhan' Elsa cepat berdiri dan berpakaian. Bergegas Elsa keluar dari dalam kamar Candra.
Mereka duduk bersama di meja makan. "Elsa sini, makan sama om sama Hangga." Elsa memandang ke arah meja makan.
"Iya om, makasih." Aku berjalan menuju samping Candra. Hanya tinggal kursi itu yang tersisa.
"Makan lah, kamu pasti capek."
"Iya om, baik." Candra memberiku piring dan mengambilkanku nasi.
Ugh..perutku lapar sekali, bau masakan ini enak. Aku harus makan semua ini, agar aku tidak perlu mengisi perutku lagi. Besok pagi aku pulang semarang sudah ga perlu mikir makan lagi sarapan.
"Papa dengar Kamu dari Semarang El. Candra cerita kamu datang rapat terlambat dan tertidur pada season 2 saat setelah makan siang."
Deg!! Candra apa segala hal kamu harus bilang sama papamu. "Iya om, mama masuk IGD kemarin, dua hari lalu. Aku balik buat nemenin mama, tapi semalem udah pindah ke ruang perawatan biasa. Jadi aku bisa ikut meeting owner siang ini."
"Lho mama kamu sakit apa? Terus sama Martha kan tinggalnya?"
'Haruskah aku jujur???'
"Uhm...mama kena serangan stroke om. Ini yang kedua dalam satu tahun ini. Untuk tinggal..iya dengan kakak...tapi kakak kan sudah berkeluarga. Jadi mereka kurang bisa memperhatikan mama, om." kemudian aku sedikit menunduk dan terdiam.
"I see..pantesan aja Martha telpon om...kamu sudah carikan suster untuk teman mama? Tapi...Seingat om, mama kamu pernah bilang kalo dia merasa bersalah sama kamu."
"Maksud om?" Elsa mendadak binggung. kenapa mama merasa bersalah ke Elsa.
Om Joko meminum segelas air putih, "iya, sekitar 2 minggu lalu om ke Semarang. Om ketemu mama kamu. Dia buanyak sekali cerita sama om. Yang om persis ingat dia bilang bersalah sama kamu. Kamu lahir saat mama kamu sudah masuk usia 30. Dimana beresiko untuk melahirkan dengan tensi darah yang cukup tinggi.
Pada saat itu juga papa kamu memutuskan mulai bisnis. Padahal kami semua tau, papa kamu itu ga bisa. Kalian mulai terjatuh, saat kamu mulai Tumbuh. Tapi beda dengan kakak kamu. Dia selalu mendapat apa yang dia butuhkan. Segalanya untuk Martha. Tapi mama kamu sering bilang kalau menyesal tidak dapat memberikan apa yang kamu butuhkan.
Malah saking sedihnya dia marah ke kamu. Karena kamu tu cuman pasrah." jelas Om Joko.
"..." mataku mulai memerah, air mataku mulai menetes.
"Pasrah kamu itu, kamu ga pernah minta apapun dari orang tua kamu. Ga pernah merasa iri sama kakak kamu. Kamu bahkan menemani mama saat kalian jatuh. Padahal udah banyak sekali luka yang diberi mama kamu. Oh iya, apa mama kamu sering memukul kamu?"
"Iya om, aku bukan anak yang di mau dia ada. soal pukulan, aku sudah kebal om. sepertinya Tuhan menciptakan aku dengan kulit yang tebal."
"Yah betul, karena dia kecewa memiliki anak tapi tidak bisa membahagiakan kamu. Apalagi sifat ayah kamu yang keras. Kamu jadi korban."
"..." Aku makin menangis mendengar ucapan om Joko.
"Sudah Els, tenanglah. Kamu itu anak dan wanita yang baik. Maafkan mama papa kamu ya."
Candra menepuk pundakku. "Mereka ga salah om, berkat mereka aku hadir di dunia. Aku tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa. Tapi aku bisa memilih mau jadi apa aku om. Aku malah mencintai keluargaku, bagaimana pun mereka..mereka itu tempatku berasal. Mereka tempat pertama aku belajar segala sesuatu. Terima kasih ya om"
Kami melanjukan acara makan malam kami. Hingga tiba waktu papa candra untuk permisi pulang.
"Jangan lupa minggu depan ya, kamu harus datang. Syukur kalo mama dan kakak kamu bisa datang."
"Acara apa ya om?" dahi Elsa menggerut.
"Pertunangan kita" jawab candra perlahan. Aku menoleh ke arah Candra.
"om sudah menyiapkan semuanya. baju, gedung, make up, dekor, bahkan sampai seserahan pun om sudah siapkan."
"Ok pap. Terima kasih papa, aku akan menjaga dan mengingatkan Elsa." candra mengacungkan jempol ke papanya.
"Bentar...bentar dulu..ini ada konspirasi apa? Saya ga tau apa - apa lho!" Elsa mulai panik.
"Sudah lah Elsa, mama kamu menitipkan kamu sama om. Jadi anak om juga kan masih sendiri. Cobalah menikah dengan Candra. Siapa tau kalian cocok." pandangan Om Joko begitu penuh harapan kepada kami berdua.
"Iya pah, dia jugamantan pacarku yang kabur dulu. jadi ini mungkin namanya Jodoh pasti bertemu." Ucapan Candra menjadi begitu manis.
"om Tunggu dulu, candra itu ga suka sama saya. bahkan dia benci banget sama saya. saya itu orang miskin ga selevel dengan Candra. lagipula, kami itu sudah lama sekali berakhir. lebih tepatnya kami tidak bisa bersama."
"ga selevel gimana, ga suka gimana, wong abis tidur bareng. Yang Pintar ya bikin cucu buat om."
Om Joko tersenyum penuh bahagia. Candra merangkul pundaku dan mengantar papanya.
"Bye pa.." kami tiba di pintu keluar unit apartemen Candra.
"Rukun rukun ya, malam ini masih panjang. Lanjutkan lah, jangan lupa jaga keamanan ya.."
Aku melotot ke arah candra, malah Candra tersenyum ke arah papanya dan melambaikan tangan..."ok pah, tenang saja."
Aku duduk dalam kamar Candra.
"Nih pil KB minumlah." Candra melempar pill berbungkus biru ke aku.
"Untuk apa?" aku mengambil pil itu.
"Gw ga mau lo hamil anak gw. Cuman nambah masalah buat gw!"
Aku terdiam mengingat kata dokter kandunganku dulu. 'Kandungan kamu sudah lemah sekarang. Agak sulit buat kamu memiliki anak lagi.'
"Aku rasa aku ga butuh ini. Kamu tidak perlu khawatir juga 8 tahun lalu kamu sudah melakukan hal itu. Aku tidak akan mudah mengandung lagi. Jadi tenanglah." aku mencoba menata kalimatku.
"Maksud lo?" Candra melotot dan memandangku.
suasanya seperti aku sedang di hakimi oleh Candra.
"Sudahlah, intinya aku tidak akan menyulitkan mu. Malam ini aku tidur di luar saja." Elsa mencoba menahan air matanya.
"Kamu tidur disini! Kamar satunya untuk Hangga. Dia akan pulang nanti dengan pacarnya. Kamu tidurlah! Aku...aku ada urusan dulu."
"Kamu mau pergi dengan Cristin kah?"
"Bukan urusanmu!" pintu kamar di banting Candra.
"Bertunangan? menikah? seperti mimpi buruk untukku. kamu sebentar baik, sebentar kaya orang yang paling membenciku. apa kamu emang menderita Bipolar.?"
Candra meninggalkan ku sendiri dalam kamar. Apa yang di mau dia, tadi begitu lembut memperlakukanku. sekarang dia bahkan memperlakukanku seperti binatang ternak.."arg..perutku sakit sekalii...obatkuu...."
Aku menahan perutku dengan kedua tanganku, aku mulai berbaring tak kuat dengan rasa sakit ini. rasanya seperti di cabik - cabik perutku....
Rasa sakit itu datang lagi..bahkan rasanya lebih sakit dari biasanya..aku tak tahan hingga akuu...aku......semuanya berubah menjadi gelap...
kepalaku terasa berat......
aku duduk diam di tengah taman di area sekolahku. memandang langit yang biru. menikmati suara angin yang begitu indah.
tiba - tiba bola basket menggelinding ke arahku. aku mengambil dan berbalik.
"maaf ya, engga sengaja." dia Candra. pria yang tak pernah aku pikir dapat membuatku jatuh seperti ini.
"hei? bola nya!"
"oowh..ini kak.." aku melempar bola itu.
tepat Candra menangkap bola itu. kemudian ia tersenyum kepadaku.
begitulah pertama kali aku melihatnya dengan dekat. anak lelaki yang begitu populer karena prestasi basket nya. keluarga nya juga tak pernah lupa menjadi donatur terbesar di tiap acara.
semua anak perempuan begitu mengidolakan dia. walau tak sedikit yang mencibik genk candra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Dewi Handayanie
jd perempuan ky ngga ada harga dirinya sm sekali
2022-12-15
0
Artha Wiwaha
elsa sdah goblok, pelacur yang sok bergaya padahal gampangan. mrnjijikan. sekalian saja cari duit dg cara gituan karuan dpt duit banyak.
2022-03-04
0
Mamake Putra Putri
kok muter2 ya...cerita dlu dn skrang di gbung gak ada pmisahnya jdibcanya bingung
2021-11-12
1