"Non yakin jalan sendiri ke dalam, masih jauh kah?"
Aku turun dari mobil,"terima kasih Pak, Rumahku masih agak masuk, aku bisa jalan sendiri kok...bapak pulang saja." perlahan aku berdiri mengatur badanku.
"Baiklah non. Sampai jumpa," aku melambaikan tangan dan berjalan lurus masuk ke gang sempit. Aku termenung, terbayang semua perkataan dokter kepadaku.
(Tanpa Elsa sadari, Pak Toni mengikuti masuk sampai depan rumah Elsa).
**;;
"Hallo mami, kenapa mi? aku baru sampai kost. mami sehat?" Aku mengankat telpon dari mami. sejujurnya aku masih berhadapan dengan LCD komputer.
"Mami sehat dek. mami mau minta tolong nengok temen mami ya, namanya om Joko. Dia tu baik sama mami papi dulu. Dia sakit di Rumah Sakit Harapan Sehat, itu lho rumah sakit yang deket rumah kita dulu."
"Kenapa emang mi? kok dari semua temen mami yang sakit. Engga pernah ada sejarah mami minta besuk(tengok), bahkan baru sekarang nyuruh nengokin Om Joko." Aku tetap fokus pada jurnal di komputerku.
"Karena dia itu baik dan berkat dia beberapa hutang papi - mami itu bisa lunas. Udah tengok aja, bawain kue pie. Kamu sempet kan bikin? nanti salam dari mami."
Aku terdiam "mom, kenapa aku bikin jaman sekarang beli aja buanyak."
"Udah dek bikinin aja. Cepet gini juga kan, om Joko itu suka sama kue Pie Buah. Inget kan dulu kita sering bikin?"
"yaudah serah mami deh, ruang apa sih, ni aku malem belanja besok aku bawain ke om Joko. Besok kan sabtu aku libur."
"Ruangnya 4/8 pokoknya jangan lupa. Fotoin ya, paa kamu kesana."
"Iyaaaahhh......" panggilan kami pun terputus.
Begitulah telpon kami berakhir. Aku langsung bergegas pulang, mampir untuk membeli telur, tepung,mentega dan susu cair.
Yah..malam ini aku mulai membuat adonan dasar Pie Buah. Karena harus masuk freezer. Aku bisa tinggal tidur jadi besok tinggal eksekusi saja.
....
"Finaallyy....selesai juga..." aku memandang pie susu diameter 25cm.
Ada tulisannya 'Get Well Soon Om Joko'.
Aku mendinginkannya dulu sambil menunggu jam 2, agar aku pas kesana saat jam besuk. Mumpung jomblo gini jadi bebas malem mingguan.
_Hpku berbunyi
"Halo.."
"Elssaaaaaaa!!! Lo tau gakkk!!! Jimmy mau nikah,,ko jimmmmyyy..mantan lo yang GMnya Hotel Astri." Emma heboh seakan ada berita besar.
"Owh...ga ngurus gw. Biarin. Dia udah bahagia emma.."
"Els lo! Lo gila ya dia tu dapet sahabat Lo!! Vina...vinaaa..."
Elsa membelalak,ia kaget bahwa gosip yang ia dengar benar adanya."Udahlah Em...gw udah rela. Udah ya..gw mau tidur bentar."
Aku menutup telpon Emma dan merebahkan badanku.
Pikiranku kembali mengingat saat pertama aku bertemu Jimmy..
Saat itu aku masih seorang karyawan baru di Hotel bintang 3 di Jakarta. Pertama kami bertemu saat interview. Banyak hal yang di tanya. tapi tak ada satupun soal pekerjaan.
Perlahan setiap hari ada saja cara Jimmy mengejarku. Mulai dari ice cream,makan siang sampai pada saat aku mendadak pingsan. Jimmy orang pertama yang menggendongku dan membawaku ke RS.
Dari situ, Jimmy tahu kalau aku sudah tidak perawan. Jimmy hanya tertawa seakan tak peduli. Bagi Jimmy, aku ya aku bukan apa dan bagaimana.
Entah mulai sejak kapan, kami berpacaran.
Kemana saja kami bersama, Jimmy begitu menjaga dan memanjakanku.
Bahkan Jimmy berkali - kali meminta tinggal bersama. Tapi aku selalu menolaknya. Aku takut mengulang hal 'konyol' lagi dengannya.
Hingga suatu saat aku harus pindah ke Hotel Aryah. Karena kami berencana menikah.
"Sayang, kenapa sih kamu ga mau tiap aku ajak nginep?" Jimmy melirik ku.
"Babe, aku cuman takut. Takut sakit lagi dan kamu kan tau, aku sakit perut nya suka kumatan." aku tetap santai sambil memandang jalanan Jakarta malam itu.
Aku turun dari mobil dan berjalan masuk ke lift apartemen Jimmy. "Abis ambil raket balik langsung ya." "Ok babe."
Aku memasuki kamar Jimmy. Tapi tak kusangka, Jimmy mendorongku ke atas tempat tidurnya. Jimmy mengunci kedua tanganku dengan dasi yang di pakai olehnya.
Pingganku terkunci oleh kedua lututnya.
"Jimmy kamu mau apa. Udah gausa bercanda!" aku meronta.
"Udah. Gw udah nahan lama, gw ga kuat kalo nahan terus babe." Jimmy mulai kesetanan.
Setan mulai merasuki Jimmy. ia terus memaksa, tanpa peduli aku meronta. jerat tali kedua tanganku amat erat. sakit sekali, aku rasa ada yang luka dari salah satu pergelangan tanganku.
Jantungku berdebar kencang sekali. Nafasku berpacu cepat! Oh Tuhan aku takut.
Jimmy terus melancarkan aksi nya hingga area terlarangku. Di bawanya aku tanpa sehelai benang.
..
..
..
aku tak kuat...aku menanggis...aku malu...aku hina...aku......
Iya menangis...kencang..sampai aku tak sanggup lagi meronta.
Jimmy kaget dan menghentikan gerakan. Di lepaskan ikatan tanganku. Di ambilnya bajuku dan Jimmy memelukku.
"Maaf beibh, aku belum siap,huhuhuff..." "udah cup sayang...aku ga akan maksa kamu. maaf sayang....."
Ya...entah berapa kali Jimmy memaksaku.
Hingga akhirnya Jimmy menyerah. Dan hubungan kami berakhir. Jimmy tak lama kudengar langsung berpacaran dengan Vina.
Teman kerjaku lama, sudah lama juga aku mencium gelagat 'kotor' mereka.
Aku sedih?
Tentu, tapi hanya beberapa saat. mereka pantas bersama, apalagi mereka sama saling membutuhkan.
Sangat berbeda rasanya saat dengan Candra. Butuh bertahun - tahun aku membangun diriku.
Butuh berjuta waktu aku untuk melupakan Candra.
Sekarang dia kembali..
Kembali untuk menyakitiku...
_di dalam Rumah Sakit
"Permisi.." aku mengetuk pintu.
Pintu kamar bertuliskan 04/8.
"Yah..siapa ya.." suara balasan dari dalam.
Aku membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam. Membawa dus kecil, berisi pie susu buatanku.
"Permisi om, Saya Elsa..saya anak Ibu Ndari dan Pak Paul." aku memperkenalkan diriku.
"Oala..kamu toh, udah gede sekarang. Om sampe pangling. Dulu kamu kan gendut, pendek,item sm jerawatan lho!" om Joko langsung bangkit dari ranjang dan mendekatiku.
Aku senyum merenges ke Om Joko 😁😁'gw jelek banget ya'
"Sini duduk sini. Om kaget beneran, sekarang cantik banget. Pasti udah nikah ni, dapet orang mana? Kok engga ada undangan"
"Belum Om, aku masih sendiri. Masih seneng cari duit. Biar umur 40 udah pensiun..hehe..."
"Bagus!! Harus yakin dan harus bisa. Om percaya dan om tau. Kamu pasti sukses. Oia itu kamu bawa apa ?" Om Joko melihat bungkusan yang aku bawa.
"Oh, ini..pie susu om, kata mama, om suka banget jadi aku bawain." aku meletakan di atas meja kecil untuk makan pasien.
"Wah kebeneran om laper mau dong. Masakan disini gaenak. Wek. Pahit."
Aku membuka dus makanan warna biru muda. Memotong pie susu itu "Get Well Soon, amin!" Om Joko membaca tulisan ku di atas pie itu.
"ucapan sebuah doa ya Om?" om Joko pun mengangguk.
Aku memberikan piring kecil dan sendok dessert kecil ke om Joko.
Om Joko mulai memakan pie buatanku. Lahap sekali dia makan pie itu. "Enak sekali El. Om mau lagi, tambah ya potong agak besara."
Aku mengambilkan lagi Pie tersebut. "ini om."
Om joko memakan sambil bercerita.
Ternyata papa, mama dan Om sudah berteman sejak SMA. Bagaimana papa dulu mengejar mama. Bagaimana om Joko bisa sukses, papa selalu membantu om Joko. Sampai saat dia hampir bunuh diri, cuman papa yang bisa mencegahnya.
"Makanya om kaget pas balik indo. Papa kamu meninggal dan semua habis. Tapi om lega. Kamu tinggal dengan baik, mami kamu juga baik. Kakak juga sudah menikah. Hanya saja mama kamu masih galau kalau sendirian malam. Ha ha ha." Aku hanya tertawa kecil.
"Semua boleh habis om. Mama boleh bangkrut dan jatuh. Tapi aku tidak akan, Tuhan sayang Elsa. Makanya Elsa sekarang bisa kerja om."
"Om ikut bangga sama kamu. Pengen om punya menantu seperti kamu. Semua menantu om dari anak berada. Tak ada satupun yang serius bekerja. Gajian pun entahlah, om masih mensubsidi mereka."
Raut wajah om Joko berubah murung.
....
Tok..tok..tok..
Kami menoleh ke arah pintu, sesosok pria paruh baya masuk.
HAH!!!
Pak Toni!
"Bapak." Aku menunjuk ke arah Pak Toni.
"Kamu kenal El?" Om Joko binggung.
"..." kami terdiam. tak mungkin aku cerita apa yang terjadi.
"Ada apa Ton?" tanya Om Joko.
"Ini, Mas mau menghadap." kenapa Pak Toni sangat sopan pada Om Joko?
Sebetulnya siapa om Joko?
aku berfikir sejenak, yang aku tahu pasti, Pak Toni ada disini?
bukannya dia pegawai candra, Apa sudah keluar kerja dari keluarga Adiwinata?? Aku berpikir keras. Terdiam dengan seribu tanya.
"Masuklah. Anak sialan!" nada dan wajah om Joko mendadak menjadi amat menakutkan..
Dan benar...
Candra muncul dari luar, berjalan masuk ke ruang perawatan. Mataku sampai melotot. Mulutku membisu.
Apa ini mimpi??
...
..
..
"Pah, bisa kita bicara?" suara Candra pelan.
"Kamu sudah sadar? Mau sampai kapan kamu ngetrap ngetrip ngilang berdua sama si Cristin." Om Joko membuang muka.
"Papah,aku mau menjalani apa yang papa mau. Tapi biarin aku tetap bisa bertemu dengan Cristin." mimik wajah Candra memelas.
Mereka sedang bicara serius, mendingan aku pulang. "Kayanya saya pulang dulu ya om. Permisi." gw kaya nonton sinetron jadinya.
"Tunggu!!" Om Joko menahanku.
"Nikahi Elsa maka kamu bisa bekerja terus di tempat papa. Cristin biar papa urus! Dia sudah seharusnya pergi dengan suaminya! kamu jangan main - main dengan suaminya." Om Joko mulai terlihat marah. matanya memerah.
Ada apa pula ini!?
Kenapa dari kemarin kawin mulu ngebahasnya.
"Tunggu dulu om! Saya ga mungkin menikahi candra. Dia memang kakak kelas saya tapi, saya benci dia! begitu pula dengan nya. " aku memengahi kegaduhan ini.
"Candra kamu pilih." Om Joko bersikukuh.
"Aku ga punya pilihan lain." Candra terlihat sangat tak memiliki power di depan om Joko.
aku muak dengan ini, Aku pergi keluar menuju pintu. "Om, saya baru satu kali bertemu dengan om. pertemuan ini amat mengganggu dan saya juga ga tau kalo om ayah dari Candra. Tapi saya ga bisa di paksa menikah. Apalagi dengan dia....(menghela nafas).
Candra itu membenci saya om, dan saya ga bisa menikah dengan orang yang bahkan peduli dengan saya saja tidak. Saya permisi dulu..."
Aku pergi meninggalkan kamar perawatan. Berjalan keluar menjauh, dada ku rasanya sesak. sakit..
Aku merasa di permainkan.
Aku merasa direndahkan.
Seharusnya aku sadar dari awal.
Mana mungkin tidak ada maksud khusus mama, meminta aku menjenguk om Joko.
Mana mungkin mama papa bisa kenal dengan dia, lebih tepatnya orang tua dia!!
Dan ternyata dia Owner tempatku bekerja.
Yang parah dia ayah Candra!!! Pria yang paling aku benci!
Ayah Candra itu sahabat orang tuaku..
Pikiranku kalang kabut. Tak habis pikir aku.
"Tunggu dulu Elsa!!" Candra menarik tangan kiriku. Aku terpelanting masuk ke pelukan candra....
terbentuk ke dada bidang Candra.. Wangi tubuh ini, masih sama. Kehangatan tangannya...
Masih sama...
Dunia kumohon berhenti berputar...
*****
(Menyeruput teh hangat) "jadi dia ayah kamu." Elsa memulai pembicaraan.
"Kenapa kamu selalu menunjukan ekspresi seperti itu. Iya dia ayahku, bapak Adiwinata. Joko Adiwinata. dan saya Candra Adiwinata" Candra menjawabku dingin.
"Lantas kenapa kamu mau meminta aku menikah dengan kamu, bukan kah kamu sudah bertahun - tahun hidup bersama Cristin?" aku menjawab Candra.
"Tau dari mana kami tinggal bersama?" Candra meminum Kopi Latte nya
Ups...aku keceplosan kalo aku masi kepo soal Candra...
"sudah jadi rahasia umum. Kamu boss ku jadi semua gosip akan mudah terdengar. Bahkan dinding saja punya kuping dan mulut untuk berbicara."
"Ok gw to the point aja. Gw ga bisa nikah sama Cristin, sebelum surat cerai dia keluar. Dan papa pengen punya Cucu. event gw juga engga bakalan nyentuh Lo."
"..." aku hanya bisa diam,Cucu...tentu saja aku tidak mungkin bisa.
"Ini alamat dan no Hp pribadiku. Telponlah kalo kamu setuju. Atau memiliki penawaran menarik." Candra meletakkan kartu nama nya di hadapanku.
"Menarik? Apa yang menarik buat si Babon ini? Mungkin **** maksud kamu." aku membuang muka.
Candra hanya diam dan berdiri dari kursinya. Ia mendekatiku dan berbisik lirih, "aku tak akan pernah melupakan permainan kita." Kemudian Candra berjalan meninggalkanku di cafetaria..
aku masih termenung dan memandang kartu nama Candra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
DickyMaya Syahputra
perempuan bodoh murahan g punya harga diri
2022-05-10
0
tak,seperti,kenyataaan
sangat benci tapi suka...dasar munafik si elsa itu
2021-03-29
0
Vanni Maulida
memang murahan si elsa
2021-02-02
2