Senyuman

Malam pun tiba. Setelah seharian berkeliling perusahaannya Faris serta berbelanja ditempat liburan, Silmi memutuskan setelah makan malam dan shalat isya, ia lebih memilih untuk beristirahat di kamarnya.

Fadil dan Syifa pun sudah beristirahat, mereka juga merasa lelah hingga tidur lebih awal.

Sementara dengan Faris yang baru datang dari kantor. Sejak ia turun dari mobil, Sekuriti depan sudah menyambutnya dengan tersenyum sumringah, beda dari biasanya.

"Malam Bos" sapa sang sekuriti.

"Malam"

"Terima kasih ya Bos atas hadiahnya" ucap sekuriti lagi. Faris pun terdiam dan merasa aneh dengan ucapan terimakasih dari sekuritinya itu. Faris dan Bayu sudah saling lirik heran namun enggan untuk bertanya.

Faris dan Bayu pun masuk ke rumah, mereka langsung disambut oleh para pelayan di rumah itu.

"Malam tuan, terimakasih untuk hadiahnya" ucap beberapa pelayan. Lagi lagi Faris terdiam bingung hingga saling lirik kembali dengan Bayu.

"Sekuriti sama para pelayan mengucapkan terimakasih atas hadiahnya pada si Bos. Mereka dikasih Hadian tapi aku nggak sih, jadinya kan aku mendadak cemburu" batin Bayu.

"Bos, ko aku gak dikasih hadiah" Bayu sedikit merajuk.

"Hadiah apa?, aku gak merasa ngasih hadiah sama siapa siapa" ucap Faris.

Lalu datanglah seorang koki di rumah itu.

"Malam tuan. Makan malamnya sudah siap. Bu Santi sudah beristirahat duluan, jadi tuan makan malam sendirian" ucap si koki. Faris pun mengangguk.

"Ngomong ngomong, terima kasih atas hadiahnya ya tuan. Si Ujang tukang kebun sama mang Udin juga nitip terima kasih untuk tuan atas hadiahnya. Saya permisi ke belakang dulu" tutur si koki.

Faris dan Bayu kembali mengernyit.

"Hadiah?????"

"Bos, ini sudah malam, aku pamit pulang dulu ya" ucap Bayu.

"Hmmm"

Setelah berpamitan, Bayu pun pergi dari rumahnya Faris dengan rasa cemburu karena dia tidak diberi hadiah padahal Faris sendiri tidak mengerti dengan hadiah yang dimaksud.

Setelah Faris masuk ke kamarnya, ia terdiam melihat ada beberapa paper bag diatas tempat tidurnya.

"Apa ini???, apa ini yang dimaksud mereka dengan hadiah itu?"

Dengan penasarannya Faris membuka setiap paper bag itu, tiba tiba ia tersenyum melihat semua hadiah itu yang terdiri dari Sarung, baju Koko, kopeah sorban, ada Al-Qur'an, ada tasbih juga ada beberapa buku buku panduan tentang Islam. Faris pun melihat ada selembar kertas disalah satu paper bag.

Tentu saja Faris langsung membacanya.

: Barang barang itu untukmu yang kudapatkan geratis dari para pedagang setelah aku memperlihatkan kartu berwarna pink itu. Aku tau itu tidak gratis, pasti kau yang bayar diam diam. Tapi jangan ge'er, karena aku bukan hanya membelikanmu hadiah seorang, tapi aku juga membeli beberapa barang untuk semua pegawai yang ada di rumahmu, dari sekuriti, pelayan, tukang kebun, koki dan yang lainnya. Maaf aku tidak membelanjakan uangmu untuk kebutuhanku. Aku bukan perempuan matre yang gampang menerima barang dari seorang laki laki. Semoga barang barang yang ku beli bisa bermanfaat, semoga kau semakin dekat dengan Allah. Dan aku memberi sedikit hadiah sepesial untukmu yang sengaja ku beli dari uangku yang ku simpan disebuah plastik warna putih:

Faris belum selesai membaca namun ia langsung mencari pelastik berwarna putih, sudah tidak sabar dengan hadiah sepesial yang diberikan Silmi. Faris tersenyum ketika melihat plastik putih itu, dengan tidak sabarnya Faris langsung membukanya, namun ia langsung mengernyit melihat isinya sebuah kacamata hitam yang tidak tembus pandang karena Silmi menutup kacanya dengan lakban hitam dan satu lagi sebuah cream pemutih hidung.

"Untuk apa barang barang seperti ini?"

Faris pun kembali membaca tulisannya Silmi.

:Kau pasti merasa aneh dengan hadiah sepesial yang ku taruh di plastik itu. Aku sengaja membelikan kaca mata hitam yang sudah kututup dengan lakban biar penyakit mata mu benar benar sembuh, biar kau tidak bisa melihat perempuan yang bukan mahram mu. Dan untuk cream pemutih hidung itu, sengaja ku belikan biar hidungmu gak belang lagi hingga kau lupa caranya mempermainkan perempuan. Semoga bermanfaat. (SHOLEHAH SILMI KAFFAH):

Setelah membaca selembar surat itu, Faris langsung tersenyum.

"Ternyata kau perhatian juga padaku" batin Faris.

Faris pun mencoba kacamata hitam itu, ia tertawa kecil karena tidak bisa melihat apa apa, jangan kan melihat perempuan, melihat diri sendiri dalam cermin pun tidak bisa.

Faris sudah melihat kamar Silmi dari balik jendela, namun kamar Silmi sudah gelap, pertanda Silmi sudah tidur.

"Akan kukejar kemana pun kau pergi"

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Pagi itu Silmi sedang mengaji setelah ia selesai shalat subuh. Tiba tiba hapenya berbunyi. Silmi menyudahi mengajinya takut Uminya menghubunginya. Namun ketika ia mengambil hape itu ia langsung mengernyit karena bukan Nisa yang menghubunginya melainkan Faris.

"Ngapain lagi si Om Faris ini pagi pagi udah nelpon" batin Silmi menggerutu.

Mau tidak mau Silmi pun menerima telepon itu.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

"Ngapain pagi pagi nelpon?" protes Silmi. Faris pun tertawa kecil.

"Aku nelpon bukan untuk minta sarapan ko, tapi untuk ngucapin terima kasih, tapi sebelum itu, bisa kah kau keluar kamar dan berdiri di balkon" pinta Faris.

"Mau ngapain?"

"Keluar dulu sebentar" pinta Faris.

Karena penasaran Silmi pun menurut keluar dari kamar dan berdiri di balkon kamar itu masih dengan menggunakan mukena tanpa memutuskan sambungan teleponnya. Dilihatnya Faris sedang berdiri di balkon rumahnya sambil menggunakan sarung, baju Koko serta kopeah yang Silmi beli kemarin ditempat liburan, tak lupa Faris tersenyum pada Silmi. Tak bisa dibohongi Silmi terpesona melihat Faris menggunakan pakaian muslim seperti itu, karena biasanya Faris tak pernah lepas dari setelan jas nya.

Senyuman lolos di bibirnya Silmi seolah berkhianat dengan pendirian dia selama ini yang masih terobsesi dengan berondong.

"Apa kau begitu terpesona melihatku menggunakan sarung serta kopeah?, hingga kau melempar senyuman tanpa kedipan di matamu" ucap Faris sengaja menggoda Silmi.

Silmi yang sadar langsung menundukan kepalanya.

"Fokus Silmi fokus, kau tidak lupa kan kalau tujuanmu menikah dengan seorang berondong" batin Silmi.

"Terima kasih, hadiah mu begitu bermanfaat untuku" ucap Faris.

"Aku sudah pernah bilang kalau laki laki sejati bukan dia yang selalu mengunakan setelan jas atau duduk dikursi kebesaran sambil membaca file. Tapi bagiku laki laki sejati adalah dia yang menggunakan sarung, baju Koko serta kopeahnya tak lupa juga ada sorban dipundaknya, duduk di atas sajadah sambil membaca Al Qur'an" tutur Silmi. Faris langsung tersenyum.

"Apa aku sekarang sudah terlihat seperti laki laki sejati seperti yang kau bilang?" tanya Faris.

"Itu baru dari segi penampilan. Laki laki sejati juga harus menghargai yang namanya perempuan, terutama ibu. Itu menurut ku" ucap Silmi.

"Aku akan berusaha untuk menjadi laki laki sejati sesuai yang kau mau. Untuk itu berilah aku kesempatan" pinta Faris.

"Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan, tapi kembali lagi pada diri masing-masing, bisa tidak memanfaatkan kesempatan itu. Jangan hanya diberi kesempatan lalu menyia-nyiakan nya" tutur Silmi. Faris tersenyum.

"Tidak tau kenapa aku merasa kau adalah jodohku" ucap Faris.

"Seyakin itu?"

"Hmmm"

"Apa aku harus percaya dengan ucapan laki laki mantan kucing garong yang dulunya sering gombal sana sini pada setiap perempuan?" tanya Silmi. Faris hanya tersenyum.

"Percaya atau tidak itu adalah hak mu. Tapi jujur Je vous aime" ucap Faris sambil menatap Silmi di sebrang rumah. Silmi langsung mengernyit.

"Dia malah ngomong bahasa Perancis, dikira aku ngerti apa" batin Silmi.

Silmi hanya diam menunduk lalu mematikan sambungan teleponnya. Ia masih berdiri di balkon masih dengan menggunakan mukena berwarna putih.

Sementara dengan Yuda yang kini baru bangun tidur. Setelah mengerjakan shalat subuh, Yuda ketiduran di pos sekuriti. Yuda terkejut melihat bayangan Silmi berdiri di balkon dengan menggunakan mukena berwarna putih.

"Astaghfirullah alazim, itu apaan putih putih?"

Yuda sudah mengucek matanya.

"Si Suketi bukan ya?"

Yuda kembali menatap ke arah balkon, setelah sadar itu Silmi, dia langsung mengelus dadanya.

"Oh itu mba Silmi, ku kira si Tante Suketi penunggu rumah mewah ini. Duuh kalau ustadz Usman tau aku menyebut putrinya kaya si Suketi, bisa bisa ustadz Usman marah. Jangan kan diberi kasbon, gaji saja kayanya bakalan dipotong" gumam Yuda.

Tiba tiba Yuda pun melihat Faris yang sama sama berdiri di balkon rumahnya.

"Cieeee mba Silmi sama si Faris lagi janjian ketemuan di jarak yang dekat namun di tempat yang berbeda. Kalau ustadz Usman tau, dia pasti senang dunia akhirat, lalu bagi bagi permen pada anak-anak"

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

i hope both you marry soon

2022-12-25

1

Siti Rohaemy

Siti Rohaemy

😍😍😍😍😍😍😍...

2022-03-18

1

Tri Utami266

Tri Utami266

jangankan permen selembar daun pandan pasti di bagikan ke beberapa orang... aq seneng sama sifatnya silmi persis sama ustad riziq

2021-09-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!