Curiga

Sementara dengan Silmi, Anum dan Hawa yang kini sedang berjalan pulang.

"Mampir dulu ke rumahku yu, mas Athar nya belum pulang" pinta Anum.

"Boleh, sekalian aku mau jagain Dede Hasbi" ucap Hawa, namun Silmi langsung menggeleng.

"Maaf aku gak bisa, Abi menyuruhku pulang lebih cepat" ucap Silmi.

"Kenapa memangnya?, tumben banget" ucap Hawa sedikit heran.

"Entahlah, katanya sih ada temannya yang mau datang ke rumah. Tapi aku mendadak curiga deh, katanya temen Abi yang usianya sudah paruh baya itu ingin sekali bertemu denganku" tutur Silmi hingga Anum dan Hawa langsung menganga.

"Astaghfirullah alazim, Silmi jangan jangan kau mau dijodohkan dengan sahabat Abi mu itu. Kau mau dinikahkan dengan lelaki paruh baya itu" tutur Anum hingga Silmi terkejut ketakutan.

"Ikh gak mau, masa aku mau dijodohkan dengan bapak bapak sih, aku kan maunya berondong" ucap Silmi menegaskan.

"Heei jangan suudzon dulu, mana mungkin Pakde Usman mau menjodohkan Silmi dengan lelaki tua. Mungkin ini ada hubungannya dengan ceritamu dulu, kalau kau mau dijodohkan dengan pengusaha anak sahabatnya pakde Usman" tutur Hawa mengingatkan hingga Silmi terdiam.

"Bisa jadi Hawa, pasti yang akan dijodohkan dengan Silmi itu adalah putranya sahabat ustadz Usman" Anum ikut bicara.

"Aku tetap tidak mau, anak sahabat Abi itu usianya 7 tahun lebih dewasa dariku. Bagiku dia Om Om. Aku menolak keras untuk dijodohkan" protes Silmi.

"Tidak apa apa Silmi. Jika kau menerima pengusaha itu, itu artinya nanti kau akan menjadi ibu Bos" goda Anum. Silmi malah mengernyit.

"Tapi aku bukan perempuan matre" gerutu Silmi.

"Sudah jangan pada ribut dengan hal yang belum pasti. Sebaiknya kau pulang dulu Silmi, takutnya Pakde Usman menunggumu di rumah" pinta Hawa. Silmi pun mengangguk dan langsung pulang ke rumahnya.

Dijalan ia bertemu dengan Syifa yang mau pulang juga.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Kak Syifa mau pulang ke rumah Umi, apa ke rumahnya kak Syifa?" tanya Silmi.

"Mau pulang ke rumahnya Umi dulu, Bilkis kan ada disana" jawab Syifa. Akhirnya mereka pun pulang bersama.

Saat Silmi dan Syifa hampir sampai di rumah ustadz Usman, Silmi mendadak menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Syifa.

"Kak Syifa tau gak sih tentang rencana kedatangan sahabatnya Abi itu?, kira kira apa ya tujuan dia datang kemari?" tanya Silmi penuh curiga. Syifa langsung terdiam.

"Mungkin temennya Abi Usman itu mau menanam saham di perkebunan. Atau temennya itu mau memasukan putranya untuk belajar disini" jawab Syifa hingga Silmi mengernyit heran.

"Tapi aku menaruh curiga kak. Sepertinya Abi dan sahabatnya itu merencanakan sesuatu deh" Silmi menduga duga.

"Rencana apa?"

"Jangan jangan Abi berniat untuk berbesanan dengan sahabatnya itu. Pasti ini ada hubungannya dengan perjodohan" tutur Silmi. Syifa langsung menganga.

"Astaghfirullah alazim. Abi Usman ingin menjodohkan Abang Fadil dengan anak sahabatnya itu. Pokoknya aku gak mau dipoligami. Titik, gak pake koma apalagi tanda tanya" gerutu Syifa sambil merajuk hingga Silmi langsung mengernyit.

"Ini kak Syifa gak nyambung banget deh" batin Silmi.

"Kak Syifa, bukan begitu maksudku. Maksudnya Abi mau menjodohkan ku dengan anak sahabatnya itu. Bukan menjodohkan kak Fadil. Masa iya kak Fadil mau disuruh poligami" tutur Silmi hingga Syifa cekikikan.

"Oh iya Mimi, kak Syifa sampai lupa kalau Abi Usman masih punya Sholehah Silmi Kaffah yang belum menikah hi hi hi. Abang Fayang gak akan poligami" ucap Syifa cekikikan mendadak lupa kalau dirinya punya adik ipar.

Mereka melanjutkan kembali langkahnya. Ketika melihat didepan rumahnya ada wanita dan lelaki paruh baya yang tidak dikenalinya, Silmi langsung bersembunyi dibelakang tubuhnya Syifa.

Sesampainya di depan rumah.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Pak Edi dan Bu Santi pun tersenyum melihat Syifa, namun Silmi masih setia bersembunyi.

"Masya Allah Man, putrimu tumbuh makmur seperti diriku" ucap pak Edi sambil tersenyum pada Syifa. Ustadz Usman langsung mengernyit.

"Itu mah Syifa menantuku, istrinya Fadil"

"Oh kufikir dia Silmi, lalu mana putrimu? tanya pak Edi penasaran.

"Syifa mana adikmu?" tanya Nisa.

Syifa langsung bergeser hingga nampak lah Silmi sedang berdiri menunduk. Pak Edi dan Bu Santi pun tersenyum.

"Masya Allah, Silmi cantik sekali, mirip uminya" puji Bu Santi.

"Abinya juga harus dibawa dong, jangan cuma mirip uminya doang. Kan bikinnya juga barengan" protes ustadz Usman. Nisa sudah mencubit pinggang suaminya itu dengan rasa malu.

"Silmi, sini sayang. Kenalin ini Om Edi sama Tante Santi, sahabat umi sama Abi" Nisa memperkenalkan. Silmi pun mendekati Bu Santi lalu mencium tangannya dengan sopan.

"Apa kabar Tante" sapa Silmi. Syifa pun ikut bersalaman.

"Silmi cantik banget" puji Bu Santi kembali sambil mengelus pipinya Silmi. Pak Edi pun sudah mengelus kepalanya Silmi yang terbalut kerudung berwarna maroon. Silmi hanya diam saja. Sesekali ia mulai celingak celinguk mencari seseorang.

"Mana lelaki yang akan dikenalkan padaku. Akan kubuat dia tidak menyukaiku" batin Silmi.

"Duduk dulu Mimi. Om Edi sama Tante Santi ingin ngobrol denganmu" ucap ustadz Usman.

Silmi pun terpaksa duduk disebelahnya Nisa. Dia hanya diam saja seolah tau apa yang akan direncanakan oleh mereka.

"Syifa sayang, tadi Bilkis dijemput ibumu, nanti diantarkan pulang katanya. Kalau kau laper, Umi sudah siapkan makanan di dalam" ucap Nisa hingga Syifa tersenyum.

"Iya Umi, terima kasih. Tapi aku mau nunggu bang Fadil dulu di dalam" Jawab Syifa. Syifa pun masuk kedalam, tidak mau mengganggu pembicaraan mereka, namun rasa keponya tiba tiba datang hingga Syifa ngintip dibalik jendela.

Bu Santi terus saja mencubiti pipi Silmi dengan gemasnya. Iya sudah merasa cocok jika Silmi menjadi menantunya.

"Silmi, boleh Om tanya sesuatu?" ucap pak Edi.

"Boleh Om"

"Silmi sudah punya calon?" tanya Pak Edi kembali. Lagi lagi Silmi mengangguk hingga semua langsung bengong dibuatnya.

"Mimi sayang, emangnya Mimi sudah punya calon?" tanya ustadz Usman karena Silmi menganggukkan kepalanya.

"Man, putrimu sudah punya calon?" tanya Pak Edi.

"Mimi, memangnya siapa calon mu?" tanya ustadz Usman heran.

"Calonku belum kelihatan Abi. Tapi aku yakin dia pasti akan datang menemuiku dan langsung melamar ku" tutur Silmi hingga ustadz Usman dan Nisa langsung mengernyit. Sementara Pak Edi dan Bu Santi malah tertawa kecil.

"Mimi sayang, itumah artinya belum punya calon kalau belum kelihatan mah"

Silmi sudah cemberut.

"Tuh kan dugaan ku benar kalau mereka ada niat untuk menjodohkan ku. Dan jangan jangan yang akan dijodohkan denganku itu adalah Om Om yang usianya 30 tahun itu. Oh noooo" batin Silmi.

Silmi sudah ketakutan sendiri, ia takut benar benar dijodohkan dengan laki laki yang usianya 7 tahun lebih dewasa darinya. Karena kalau itu terjadi, obsesinya terhadap berondong pupuslah sudah.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

please silmi don't you refuse

2022-12-25

1

Siti Rohaemy

Siti Rohaemy

terima nasib aja Mimi..😁😁😁

2022-03-17

1

Tri Utami266

Tri Utami266

terima aja mimi...kan yg akan di jodohkan dg berondong kan hawa binti riziq si berondong hitam manis.

2021-09-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!