Masih di hari yang sama. Ustadz Usman sudah menaruh barang barang Silmi kedalam mobil. Fadil dan Syifa sudah ada disana begitu pula dengan Dewi dan Nisa. Dewi sudah mengerucutkan bibirnya sedari tadi karena ia ingin ikut bersama putrinya berlibur.
Ustadz Usman yang melihat besannya terus merengut sudah ingin tertawa namun ditahannya takut Dewi ngamuk.
"Ehem, Wi kenapa sedari tadi kau cengengesan begitu?, apa kau sedang bahagia dunia akhirat?" tanya ustadz Usman.
Dewi semakin cemberut, sudah tau dirinya sedang merajuk malah diledekin seperti itu.
"Aku tidak sedang cengengesan ustadz, tapi aku sedang tertawa terbahak bahak" gerutu Dewi.
"Bu, ibu kenapa sih cemberut terus?" tanya Syifa.
"Syifa sayang, ibu pengen ikut" ucap Dewi penuh harap.
"Gak muat Bu, mobilnya nanti mendadak penuh" ucap Fadil. Dewi langsung menyipitkan matanya.
"Jangan jadi menantu durhaka" gerutu Dewi hingga Fadil langsung cengengesan.
"Aku bercanda Bu"
"Ngapain kau pengen ikut Wi, biarkan mereka bulan madu tanpa ada yang ganggu. Biar pulang pulang si Syifa perutnya langsung isi" ucap ustadz Usman.
"Iya aku gak akan minta ikut. Tapi kau harus ingat ya Dil, jangan sampai putri dan cucuku itu terlantar disana. Awas saja kalau Syifa ulang pulang berat badannya turun satu kilo, sudah pasti kau tidak mengurusnya dengan baik" tutur Dewi, namun ada peringatan dalam kalimatnya.
"Iya Bu, aku pasti jaga pola makannya Syifa. Biasanya disini dia suka makan sehari 3 sampai 4 kali sehari, tapi disana ku jamin dia makan 5 sampai 6 kali sehari. Pulang pulang Syifa tidak akan turun berat badannya, aku bisa pastikan itu" tutur Fadil.
"Abang, kalau aku sehari makan 5 sampai 6 kali sehari, pulang pulang badanku makin lebaaar" ucap Syifa. Silmi hanya diam di dalam mobil sambil memperhatikan mereka.
Tidak lama kemudian datanglah Yudi dan Yuda. Yuda sudah membawa tas besar untuk dibawanya liburan, tentu saja dalam hal pekerjaan.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Semua langsung mengernyit melihat tas besar yang dibawa Yuda.
"Astaghfirullah alazim. Yud aku memerintahkan mu untuk menjaga Silmi, bukan untuk ikut acara fashion show" ucap ustadz Usman sedikit menggerutu.
"Sambil menyelam minum air ustadz, kan sekalian ikut liburan" ucap Yuda.
"Tapi ingat ya Yud, kau harus benar benar menjaga Silmi dengan baik. Jangan sampai tergores sedikitpun. Ingat ya Yuda, kalau terjadi apa apa pada putriku, si Yudi jadi taruhannya. Akan kujadikan dia sandera" tutur ustadz Usman bercanda namun ada peringatan juga biar Yuda benar benar menjaga Silmi dengan baik.
Yudi langsung mengernyit dan sedikit takut dengan ucapannya ustadz Usman.
"Kenapa aku jadi taruhannya??" batin Yudi.
"Hei Yuda, kau pun harus menjaga Syifa ya, jangan sampai dia kenapa napa apalagi sampai nanti Syifa menjadi kurus" ucap Dewi.
"Wi, si Yuda aku khususkan untuk menjaga Silmi. Kalau Syifa kan sudah ada Fadil yang menjaga, jadi kau tidak perlu khawatir. Kau tidak lihat putraku itu gagah perkasa begitu, diperutnya banyak roti sobeknya. Binaragawan mah lewat" tutur ustadz Usman. Fadil langsung mengangkat tangannya mencoba pamer otot yang biasa saja.
"Abang, jangan mempermalukan diri sendiri, tangan Abang gak ada ototnya" bisik Syifa. Fadil sudah tersenyum malu. Kini giliran Dewi yang mengernyit.
"Menantuku itu gagah dari mananya?, dilihat dari samping biasa saja, dilihat dari belakang juga biasa saja, apalagi dilihat dari depan. Ohhh sungguh biasa saja" batin Dewi.
Ketika semuanya sudah beres, Fadil, Silmi, Syifa dan Yuda serta Bilkis pun berpamitan. Silmi sudah memeluk Nisa.
"Umi, aku berangkat dulu ya"
"Hati hati ya sayang"
Nisa sudah mengelus kepalanya Silmi.
Syifa dan Fadil pun sudah berpamitan. Kini giliran Yuda yang berpamitan pada saudara kembarnya itu.
"Yud aku berangkat ya" ucap Yuda.
"Hmm, hati hati ya, dan ingat kau harus benar benar menjaga mba Silmi, jangan sampai dia kenapa napa karena taruhannya adalah diriku" tutur Yudi.
"Hmmm"
Kini, Yuda sudah mengemudikan mobilnya. Dewi pun sudah melambai lambaikan tangannya.
"Dadah Dede Bilkis"
Perjalanan pun di tempuh dengan cukup melelahkan karena harus melewati kota B sampai kota X. Dan sesampainya di kota Y. Mobil pun memasuki perumahan elit yang bisa membuat mata berbinar karena sederet bangunan rumah di kawasan itu nampak mewah. Semua nampak menganga melihat semua rumah yang mereka lihat begitu bagus dan mewah. Berbeda dengan di wilayah pesantren yang rumahnya sebagai besar sederhana namun terlihat mengenakan hati jika dipandang.
"Masya Allah rumahnya pada cantik cantik ya. Abang aku jadi kepo deh kalau beli rumah seperti itu kira kira harganya berapa ya?" ucap Syifa penasaran.
"Yang jelas jika 10 celengan Semar mu itu dipecahkan, itu tidak akan cukup untuk membelinya" jawab Fadil. Syifa langsung cemberut.
"Ikh si Abang, ngomongnya nya celengan Semar mau dipecahin, sudah tau aku suka sakit hati kalau celengan Semar ku pecah" batin Syifa.
Yuda pun menghentikan mobilnya didepan rumah yang begitu mewah dan elegan. Semua turun dari mobil. Syifa sudah menganga.
"Abang, kita beneran akan tinggal di rumah ini saat liburan?" tanya Syifa antusias.
"Iya dong" jawab Fadil.
"Kak, kita gak salah rumah, mungkin kak Fadil dikasih alamat palsu" ucap Silmi.
"Dikira lagunya Ayu tingting alamat palsu. Ya tentu saja ini rumah yang kita sewa. Bagus kan, bagus kan, ya baguslah masa nggak" tutur Fadil.
Silmi terus menatap rumah mewah yang nampak elegan itu, tidak terlalu besar namun bisa dibilang sebagai rumah impian.
"Rumahnya mewah banget, pasti harga sewanya sangat mahal. Kak Fadil tidak mungkin menyewa rumah dengan harga yang mahal karena aku tau betul bagaimana kak Syifa, dia pasti lebih memilih menyimpan uangnya kedalam celengan Semar dari pada menyewa rumah dengan harga fantastis. Dan Abi Usman, aku tau Abi punya banyak uang, tapi Abi tidak mungkin menghambur hamburkan uangnya, apalagi hanya untuk menyewa rumah mewah seperti ini. MEN CU RI GA KAN" batin Silmi.
"Ayo kita masuk" ajak Fadil.
Meskipun merasa aneh, namun Silmi tak mau bertanya tanya pada kakaknya itu takut merusak suasana bulan madu Fadil dan Syifa.
Fadil sudah membawa beberapa barang miliknya dan juga Syifa, tak lupa juga barang milik putrinya. Sementara Yuda sudah membawa beberapa barang milik Silmi.
Ketika mereka masuk rumah itu. Mulut mereka mendadak menganga seperti goa. Takjub dengan seisi rumah itu.
"Abang rumahnya bagus pake banget ya" ucap Syifa.
"Kamarku dimana?" tanya Silmi.
"Diatas Mi, kalau berdiri di balkon pantainya pasti terlihat" ucap Fadil. Silmi langsung tersenyum dan bergegas pergi ke kamarnya lalu ia berdiri di balkon. Pemandangan indah nampak didepan mata. Pantai yang begitu indah, nampak banyak pendatang yang hilir mudik menikmati pemandangan. Tak lupa juga terlihat sebuah gedung tinggi yaitu hotel mewah disana.
"Masya Allah, indah banget"
Silmi malah setia menatap memandang itu. Namun tiba tiba kamarnya ada yang mengetuk.
Tok tok tok.
"Mba Silmi, ini barang barangnya" ucap Yuda sambil membawa beberapa tas Silmi.
Silmi langsung membuka pintu kamarnya.
"Makasih Om Yuda"
"Mba Silmi kalau ada apa apa tinggal panggil Om Yuda dibawah ya"
"Ok Om Yuda, makasih"
Silmi kembali masuk kamar dan menutup pintu. Hampir satu jam lebih dia beristirahat di kamar, begitu juga dengan Fadil dan Syifa.
Sekitar pukul 15:15. Silmi pun turun dari kamarnya. Dilihatnya Fadil, Syifa sedang bermain bersama Bilkis. Sementara Yuda sedang mengobrol bersama sekuriti rumah itu di pos depan.
"Hai ponakan Tante" ucap Silmi yang ikut bermain menggoda si gemoy Bilkis. Tiba tiba suara bel terdengar.
TING NONG.
"Mimi tolong buka pintunya" pinta Fadil. Silmi merasa aneh baru saja tinggal di rumah sewaan itu, tapi sudah ada tamu yang datang.
"Itu Om Yuda kali. Kita kan baru menempati rumah ini, aneh kalau sudah ada tamu yang datang" ucap Silmi.
"Om Yuda mana mungkin masuk rumah ini pake pencet pencet bel dulu, mungkin itu pak RT di wilayah ini" ucap Fadil.
Mau tidak mau Silmi pun berjalan lalu membukakan pintu. Ia terkejut, matanya langsung menyipit ketika melihat sosok Faris berdiri dihadapannya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
"Kenapa Om Faris ada disini?, pasti Om Faris memata mataiku dan ngikutin aku kesini ya" tuduh Silmi sambil memicingkan matanya. Faris hanya tersenyum.
"Aku tidak memata mataimu. Aku kesini tadinya mau menyapa tetangga baru, eh taunya tetangga baruku rupanya putrinya ustadz Usman. Mungkin ini kali ya yang dinamakan jodoh" tutur Faris hingga Silmi langsung mengernyit.
"Sok tau, lagi pula tetangga apa?"
"Itu rumahku, artinya kita tetanggaan" ucap Faris sambil menunjuk rumah yang ada didepan rumah yang disewa Fadil. Rumah itu saling berhadapan hanya terhalang oleh jalan. Silmi langsung menganga, apalagi melihat Bayu sekertaris Faris sedang berdiri memperhatikan didepan rumah itu.
Tiba tiba Fadil menghampiri.
"Heei Faris, ko bisa kau ada disini?" tanya Fadil. Faris pun tersenyum.
"Itu rumahku. Aku tinggal di sini sekarang bersama Mama, kebetulan hotel punya Papa ada didekat sini" tutur Faris.
"Waaah hebat. Ayo masuk dulu"
Faris sudah menggandeng Faris untuk masuk. Kini Silmi sudah menyipitkan matanya pada Fadil merasa curiga.
"Dugaan ku benar, ada yang aneh. Abi sama kak Fadil tidak mungkin menyewa rumah semewah ini. Pasti kak Fadil sama si Om Faris terlibat kong kalikong. ME NYE BAL KAN" batin Silmi.
Sambil mengerucutkan bibirnya Silmi mendekati mereka.
"Mimi sayang, bikinin minum dong, kan ada tamu" pinta Fadil.
"Adanya cuma air keran doang" ucap Silmi ketus. Fadil sudah mengernyit sementara Faris sudah menahan tawanya, merasa gemas dengan sikap judesnya Silmi.
"Mimi, ko tamu nya ditawarin air keran sih" protes Fadil.
"Kak Fadil, dia kan orang kaya raya pake banget, pasti dia sudah terbiasa minum minuman yang enak dan mahal. Pasti Om Faris itu belum pernah kan minum air keran" tutur Silmi.
"Apapun yang kau suguhkan aku pasti minum. Aku kan harus menghargai apapun yang disuguhkan calon istri" ucap Faris sambil tersenyum. Silmi hanya mengernyit.
"Aku belum memutuskan untuk menerima perjodohan itu, jadi jangan bilang aku calon istri" gerutu Silmi.
"Mimi ayo ambil minum" pinta Fadil. Syifa sedang sibuk menggendong Bilkis yang mulai rewel. Mau tidak mau Silmi pergi mengambil minum.
Silmi pun membawa satu gelas air putih dan menaruhnya didepan Faris.
"Habiskan ya, jangan sampai sisa setetes pun" pinta Silmi. Faris hanya tersenyum, penolakan Silmi membuatnya tertantang.
"Mi, di dapur kan banyak minuman berwarna, masa Faris cuma dikasih air putih doang" ucap Fadil.
"Tadi ada pelangi lewat, air warna warni nya kesedot pelangi. Sisanya cuma air putih doang"
Fadil sudah menggeleng gelengkan kepalanya dengan sikap adiknya itu.
"Maaf ya Faris"
"Tidak apa apa kak" ucap Faris yang kini langsung meneguk air itu hingga tandas tanpa sisa setetes pun sesuai permintaan Silmi.
"Masya Allah, airnya manis banget, kaya ada madu madunya gitu" ucap Faris sengaja mau menggoda Silmi. Silmi langsung mengernyit heran.
"Massa???" tanya Fadil penasaran.
"Iya kak, airnya mendadak manis, kan yang bikin juga sangat manis" ucap Faris.
"M O mo D U dus MODUS" gerutu Silmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Neulis Saja
🤣🤣🤣
2022-12-25
1
Maryana Fiqa
pagi pagi bikin ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-30
1
Rini Apriyanti
Waduuuh g berhenti ketawa
2021-11-01
1