Pertanyaan

Masih dihari yang sama tepatnya ditepi perkebunan. Anum dan Hawa sudah cekikikan melihat Faris yang mengatakan Silmi cantik dengan dandanan mengerikan itu. Mereka juga menertawakan Silmi karena sudah susah susah berdandan seperti orang orangan sawah, mengubah kecantikan Silmi menjadi sebuah muka jelek, yang akhirnya ketahuan gara gara Faris lebih dulu melihat foto Silmi yang dipajang di rumahnya sebagai foto keluarga.

"Kasihan banget si Silmi. Tapi lucu ya melihat wajah syok nya si Silmi ketika si Faris tetap ingin menjadikan nya calon istri" tutur Anum.

"Nanti Silmi pas pulang ke rumahnya, dilihat penampilannya sama Pakde Usman, terus kalau pakde Usman marah, kita bisa di hukum Num" Hawa cemas dan takut.

"Sssttthhh. Membayangkannya jangan terlalu jauh nanti tersesat"

Tiba tiba ada yang berdehem dibelakang mereka.

"Ehem"

Anum dan Hawa langsung terdiam.

"Duuuh, siapa yang berdehem di belakang?, perasaanku ko gak enak begini. Itu suara mirip suaranya mas Athar" batin Anum.

"Ehem"

Suara lain ikut terdengar. Kini Hawa mendadak takut.

"Ko itu kaya suara berondongnya si Umi" batin Hawa.

"Hawa, Anum"

Hawa dan Anum pun berbalik. Dilihatnya Athar dan Riziq sudah memicingkan matanya. Mereka ketahuan membantu Silmi memblokade tamunya ustadz Usman.

"Pulang"

Athar sudah mencubit pinggangnya Anum.

Riziq pun sudah menjewer Hawa dan menyuruh mereka untuk pulang. Anum dan Hawa masih belum tau masalah apalagi yang akan mereka dapatkan karena membantu Silmi. Sudah pasti ustadz Usman dan Zahira menunggu untuk memberikan hadiah pada mereka.

Sementara dengan Fadil yang menarik tangan Silmi untuk pulang. Silmi nampak sulit berjalan karena belibet dengan bajunya Dewi yang kedodoran.

"Ayo Mimi, tamunya sudah menunggu" ucap Fadil.

"Bentar kak. Jalannya susah, takut keserimpet"

"Lagian kenapa kau pake baju model badcover begitu, jadinya susah kan jalannya" ucap Fadil yang masih menarik tangannya Silmi.

"Ini bukan badcover kak, tapi ini baju mertuanya kak Fadil"

"Ngapain kau minjem minjem baju ibu mertuaku. Abi sama Umi kalau lihat kau berdandan seperti ini, sudah pasti mereka pingsan, apalagi melihat gigimu yang mendadak hitam, sudah pasti syok pake banget" tutur Fadil sedikit menggerutu. Silmi hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

Ketika hampir sampai di rumahnya.

"Lewat belakang kak" pinta Silmi.

"Pintu belakang masih dikunci sama Umi. Terpaksa kita harus lewat depan. Dan kau pun terpaksa harus menahan malu" ucap Fadil.

Sesampainya di rumah.

"Assalamualaikum"

Silmi sudah menunduk.

"Waalaikumussalam. Eh Mimi sudah datang. Astaghfirullah alazim"

ustadz Usman dan Nisa begitu kaget melihat penampilan Silmi yang mengerikan.

"Astaghfirullah Mimi, kenapa kau mirip si Suketi begini. Kau habis ikut syuting film apa?" tanya ustadz Usman. Faris dan Radit sudah menunduk menahan tawanya. Sementara Silmi sudah cemberut kesal.

"Si Silmi abis ikut syuting film beranak dalam pohon" goda Fadil.

Nisa pun langsung menarik Silmi masuk kamar. Ustadz Usman sudah tersenyum malu pada tamunya yang kini sudah ada 4 orang. Penampilan dan perbuatan Silmi menunjukan bentuk penolakannya terhadap perjodohan itu, namun ustadz Usman begitu juga dengan Faris akan tetap bersabar dan tetap pada tujuan utama yaitu pernikahan, mereka akan membuat Silmi mau menerima perjodohan itu.

"Maaf ya semuanya" ucap ustadz Usman.

"Tidak apa apa ustadz, aku suka penolakan Silmi. Bagiku itu adalah sebuah tantangan" ucap Faris.

Selama ini banyak wanita tergila gila padanya, bahkan tak segan segan wanita wanita itu merubah penampilan dan kecantikannya hanya untuk mendapatkan Faris. Berbeda dengan Silmi yang jelas jelas menunjukkan penolakan yang nyata di depan mata.

Nisa sudah menghapus makeup Silmi yang belepotan itu. Silmi hanya diam menurut, namun bibirnya masih cemberut.

"Mimi kenapa melakukan semua ini?" tanya Nisa.

"Umi, aku gak mau dijodohkan sama Om Faris"

Nisa malah tersenyum.

"Kalau mau protes jangan seperti itu dong sayang. Mimi kan sudah janji mau saling mengenal dulu baru ambil keputusan. Ini belum juga kenalan sudah menolak. Kan kasihan Faris nya" tutur Nisa.

Nisa sudah mengganti pakaian Silmi dengan yang biasa Silmi gunakan. Menaruh bajunya Dewi diatas kursi. Kini Silmi sudah berpenampilan seperti biasa, terlihat cantik dan imut. Gigi hitamnya pun sudah dibersihkan.

"Mimi, Om Edi sebelum meninggal, ia ingin sekali Mimi jadi menantunya. Tapi Umi tau kalau jodoh, Allah yang mengatur, Umi juga tidak akan memaksamu. Tapi Umi mohon beri kesempatan Faris, biarkan kalian saling mengenal dulu. Tau kelebihannya, tau kekurangannya, tau juga keburukannya. Setelah itu baru ambil keputusan" tutur Nisa kembali. Silmi pun mengangguk.

"Ayo temui Tante Santi" ajak Nisa sambil mengajak Silmi.

Silmi sudah menunduk sedari tadi, ia sedang menghindari kontak dengan Faris. Silmi sadar kalau Faris mempunyai pesona yang luar biasa, untuk itu ia lebih menghindar dari Faris karena takut terpesona pada putranya pak Edi itu hingga obsesinya terhadap berondong bisa luntur.

"Nah kan kalau penampilan seperti ini, Mimi terlihat cantik" ucap ustadz Usman. Bu Santi pun tersenyum lalu memeluk Silmi.

"Apa kabar sayang?" Bu Santi sudah mengelus ngelus kepalanya Silmi.

"Baik Tante"

Silmi sudah duduk disebelahnya Nisa.

"Mimi kenalin, ini Faris Junaedi, dia putranya pak Edi. Ganteng pake banget kan?" ucap ustadz Usman.

"Biasa saja" batin Silmi.

"Hai Silmi"

Faris menyapa sambil mengatupkan tangannya. Silmi hanya mengangguk saja. Ustadz Usman kembali memperkenalkan.

"Yang ini Radit, sepupunya Faris. Dan lelaki yang berdiri itu, dia sekertaris nya Faris namanya Bayu"

Lagi lagi Silmi hanya mengangguk sopan. Sedari tadi ia berdo'a semoga keluarganya Faris bisa cepat pulang dari rumahnya.

Faris terus tersenyum melihat Silmi menunduk terus. Biasanya wanita yang mendekatinya itu kebanyakan berparas cantik karena makeup tebal atau karena operasi plastik, dengan dandanan sexy dan sikap menggoda. Berbeda dengan Silmi yang kini berpenampilan syar'i (penampilan santri).

"Kalian tidak ingin saling bertanya satu sama lain biar tambah akrab" ucap ustadz Usman. Faris pun langsung melayangkan pertanyaan yang membuat Silmi menyipitkan matanya dengan geram.

"Boleh aku tanya, apa merk pasta gigi mu. Kulihat tadi gigimu hitam, tapi sekarang sudah putih?" tanya Faris sengaja menggoda Silmi. Silmi langsung menyipitkan matanya. Sementara Bu Santi sudah mencubit pinggang putranya itu.

"Pertanyaan macam apa itu" batin Silmi kesal.

"Ha ha ha, Mimi sayang, itu si Faris nanya merk pasta gigimu" ucap ustadz Usman.

"Pasta gigi * * * * cap sepirtus" gerutu Silmi. Faris sudah menahan tawanya. Kini giliran Silmi yang bertanya.

"Om Faris, penyakit matanya belum sembuh ya?" tanya Silmi penasaran. Faris hanya tersenyum, sementara ustadz Usman dan Nisa sudah mengernyit.

"Mimi, kenapa masih panggil Om. Orangnya ganteng, masih muda begitu" gerutu ustadz Usman.

"Alhamdulillah, penyakit mataku sudah sembuh. Apa kau belum yakin?" tanya balik Faris.

"Tentu saja aku belum yakin. Barusan dandanan ku amburadul begitu kau masih bilang cantik. Sudah pasti ada kelainan di matamu" batin Silmi.

"Penyakit hidungnya sudah sembuh, apa masih suka ingusan?" tanya Silmi kembali. Kini Faris langsung mengernyit.

"Ingusan????"

"Si Silmi belum ngerti juga yang dimaksud penyakit hidung sama matanya si Faris. Ampun deh, auto tepok jidat" batin Fadil.

"Mimi sayang, ngasih pertanyaan nya yang berkualitas dong" protes ustadz Usman.

"Itu sudah berkualitas Abi, aku gak mau punya calon suami ingusan" bisik Silmi.

"Alhamdulillah, aku tidak ingusan" jawab Faris. Kini Faris memberi pertanyaan pada Silmi, ia sengaja memberi pertanyaan yang bisa membuat Silmi jengkel.

"Barusan kau pake makeup endors ya. Kalau boleh tau merk apa ya?. Aku suka makeup nya, siapa tau kedepan nya aku bisa membuat perusahaan makeup seperti itu" ucap Faris.

"Bedaknya merk tepung terigu, lipstiknya merk pewarna makanan, eyeliner sama maskara nya merk coklat Itali" tutur Silmi. sedikit menggerutu.

"Si Mimi mau bikin adonan kue diwajahnya" ucap Fadil. Silmi hanya diam sambil cemberut, sementara Faris sudah tersenyum. Baginya cemberutnya Silmi adalah senyuman menggemaskan bagi Faris. Mereka pun mengobrol ngobrol. Silmi hanya diam mendengarkan, ia sudah mulai kesal dibuatnya.

"Kapan Om Faris sama keluarganya mau pulang" batin Silmi.

"Duh Mimi, Abi senang banget jika Faris bisa menikah denganmu. Kapan lagi Abi punya menantu yang namanya Faris, Faris kan ibu kotanya Jepang" tutur ustadz Usman.

"Abi, Faris itu bukan ibu kotanya Jepang. Tapi ibu kota Perancis" ralat Fadil.

"Heei Fadil. Paris sama Jepang kan tetanggaan, cuma beda RT doang" jawab ustadz Usman.

"Sakarep Abi saja"

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

🤣🤣🤣

2022-12-25

1

Nugroho

Nugroho

🤣🤣🤣🤣si mimi

2022-10-24

1

Siti Rohaemy

Siti Rohaemy

cocok nih silmi seperti nya sama Faris 😁😁👍👍

2022-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!