Kesal

Dihari yang sama setelah Faris pulang dari rumah sewaan Fadil yang entah siapa yang membayarnya, Silmi mulai ngambek pada kakaknya itu.

"Kak Fadil bisa jelasin kenapa bisa si Om Faris yang punya penyakit mata sama penyakit hidung itu bisa bertetangga dengan kita?" tanya Silmi mengintimidasi. Fadil menjawabnya dengan santai.

"Mungkin itu yang dinamakan takdir Mimi, kak Fadil aja kaget sekaget kagetnya" ucap Fadil.

Silmi malah mengernyit tidak percaya.

"Bohong. Kak Fadil sama Abi kerja sama ya sama putranya pak Edi itu. Pasti kalian kong kalikong kan sama Om Faris" tuduh Silmi.

"Ih Mimi, ko ngomongnya pake bener begitu, eh maksudnya ngomongnya kok gitu sih. Mimi kalau gak percaya telepon saja sama Abi, tanyakan siapa yang menyewa rumah ini" ucap Fadil.

Seketika itu pula Silmi langsung menghubungi ustadz Usman yang kini sedang berkumpul di rumah Umi Salamah, tentu saja ada Aisyah dan ustadz Soleh disana.

KRING KRING KRING SEERRRR SEEEERRR

"Asalamualaikum hallo Mimi sayang, gimana tempat liburannya?" tanya ustadz Usman. Silmi sudah cemberut kesal.

"Waalaikumussalam. Abi, ko disini ada Om Faris sih" gerutu Silmi.

"Faris???, emangnya Mimi pergi liburannya ke Jepang?, ko bisa ada Faris disitu" jawab ustadz Usman hingga Silmi langsung mengernyit, sementara ustadz Soleh sudah menepuk pundaknya.

"Paris itu ibu kotanya Perancis" ucap ustadz Soleh mengingatkan. Aisyah sudah cekikikan.

"Hei kak Soleh, Jepang sama Perancis itu masih tetanggaan satu RT cuma beda gang" kekeh ustadz Usman.

"Sakarepmu"

"Ha ha ha, gak usah protes kak Soleh, biarkan kak Usman berhalusinasi ria dalam pikirannya biar dia bahagia dunia akhirat" ucap Aisyah sambil tertawa tawa. Umi Salamah hanya tersenyum melihat ketiga anak anaknya.

"Abi sama kak Fadil Kong kalikong ya sama putranya Om Edi itu?" tuduh Silmi kembali.

"Mimi sayang. Mungkin itu hanya sebuah kebetulan, atau mungkin itu adalah cara Allah untuk mempertemukan kalian, biar kalian bisa saling mengenal satu sama lain" jawab ustadz Usman. Silmi masih cemberut.

"Sekarang aku tanya sama Abi, siapa yang menyewa rumah mewah ditempat liburan ini?" tanya Silmi penasaran.

"Ya tentu saja kakakmu yang menyewanya" jawab ustadz Usman. Silmi langsung menatap Fadil yang kini sedang duduk berdua bersama Syifa menonton televisi. Saat itu juga Silmi melayangkan pertanyaan pada kakaknya tanpa memutuskan sambungan teleponnya biar Abi nya itu bisa dengar.

"Kak"

"Hmm, kenapa Mimi?" ucap Fadil.

"Kak Fadil yang menyewa rumah ini?" tanya Silmi sambil menatap kakaknya.

"Ya tentu saja bukan, kan yang nyewa rumah ini Abi" jawab Fadil hingga Silmi menyipitkan matanya curiga. Ustadz Usman yang mendengar pun langsung tepok jidat karena Fadil susah diajak kompromi. Ustadz Soleh langsung menepuk pundaknya adiknya itu sambil menahan tawanya. Sementara Aisyah, jangan ditanya lagi dia sudah cekikikan sedari tadi.

"Makanya kalau mau kong kalikong sama Faris, miting dulu sama Fadil biar gak salah jawab. Silmi kan orangnya curigaan, dia pasti langsung tau itu ada hubungannya sama Faris" bisik ustadz Soleh.

"Ha ha ha. Kak Usman sama Fadil gak kompak, yang satu jawabannya ke kiri yang satu jawabannya ke kanan. Hati hati, Silmi itu insting nya kuat" ucap Aisyah sambil tertawa tawa. Ustadz Usman sudah memicingkan matanya pada Aisyah.

Silmi masih menyipitkan matanya menatap Fadil.

"Kata Abi, yang bayar rumah ini adalah kak Fadil, tapi kata kak Fadil yang bayar rumah ini adalah Abi. Jawaban yang Tidak kompak mereka membuatku CU RI GA. Hanya ada dua kemungkinan, yang pertama ini rumah yang bayar sewanya adalah si Om Faris, dan yang kedua ini rumah punyanya si Om Faris, buktinya rumah ini sama rumahnya Om Faris hadep hadepan. ME NYE BAL KAN" batin Silmi.

Silmi langsung cemberut sambil mematikan sambungan teleponnya.

Tut Tut Tut.

Ustadz Usman pun terdiam.

"Duuh kayanya si Mimi ngambek Nih, telponnya mendadak dimatiin" ucap ustadz Usman.

"Kau tenang saja, kalau si Silmi berjodoh sama si Faris, tanpa kau dekat kan pun pasti mereka akan dekat sendiri, hanya tinggal menunggu waktu, jadi bersabarlah. Tapi jika mereka tidak berjodoh, seberapa besar usahamu untuk mendekatkan mereka, mereka tidak akan menyatu. Jadi jangan memaksa" tutur ustadz Soleh.

"Hmmm"

Silmi masih cemberut kesal hingga hingga Fadil dan Syifa sudah saling lirik.

"Mimi kenapa cemberut begitu, Mimi laper ya?" tanya Fadil.

"Ikh Abang, masa Silmi cemberut dibilang laper. Yang namanya cemberut pasti lagi bahagia" ucap Syifa sengaja menggoda adik iparnya.

"Kesel. . . kesel, yang namanya cemberut itu lagi kesel. K E ke S E seL. Bukan laper apalagi bahagia" gerutu Silmi.

"Emangnya Mimi lagi kesel kenapa?"

"Kata Abi yang bayar rumah ini kak Fadil, tapi kata kak Fadil yang bayar itu Abi. Sudah jelas kan kalian sama sama bohong" gerutu Silmi.

Baru saja Fadil mau menjawab, tiba tiba ada yang mengetuk pintu.

Tok tok tok.

Silmi langsung memicingkan matanya menatap pintu rumah itu.

"Itu pasti si Om Faris. Genit banget sih, baru juga pulang sudah balik lagi" batin Silmi menggerutu.

"Biar aku yang buka" ucap Silmi yang langsung membuka pintu dan tanpa aba aba melayangkan omelan gak jelas.

"Mau ngapain sih bolak balik terus. Genit bin ganjen banget" gerutu Silmi. Tiba tiba Silmi terdiam malu ketika melihat siapa yang datang yaitu tukang paket.

"Saya gak genit bin ganjen mba, saya cuma mau nganterin paket pesanan mba Syifa" ucap si laki laki yang kini berdiri didepan rumah itu sambil memperlihatkan satu pelastik besar bahan makanan. Yuda pun mendekati.

"Hei, jangan gangguin mba Silmi" ucap Yuda dengan tegasnya.

"Saya nggak gangguin si mba nya. Cuma nganter paket doang"

"Tadi mba Silmi bilang kau genit bin ganjen. Jangan gangguin mba Silmi karena jika terjadi sesuatu dengannya maka saudara kembarku yang akan jadi taruhannya" tutur Yuda.

"Maaf Om Yuda, aku salah orang" ucap Silmi malu sambil mengambil paket bahan makanan itu. Namun tiba tiba Silmi langsung menyipitkan matanya ketika melihat Faris sedang berdiri di balkon rumahnya sambil memperhatikan Silmi. Seketika itu pula Silmi masuk rumah dengan membanting pintu hingga Yuda dan si laki-laki tukang paket terkejut.

"Astaghfirullah alazim"

Si tukang paket kembali mengetuk pintu, dan dengan kesalnya Silmi kembali membuka pintu itu.

"Apalagi sih mas" gerutu Silmi.

"Maaf Mba, itu paketnya belum dibayar"

Wajah Silmi kembali memerah karena malu.

"Sebentar ya, aku ambil uangnya dulu"

Silmi masuk kedalam untuk mengambil uang dan memberikannya pada si tukang paket.

"Maaf ya mas"

"Noproblemo mba"

Tukang paket pun pergi dari rumah itu. Sementara Yuda kembali berjaga.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

mi, don't angry latter fall in love

2022-12-25

1

྅≞⃗Lovy 🖤

྅≞⃗Lovy 🖤

Astaghfirullah.... gak kompak.. makanya meeting dlu wkakakaa

2021-11-06

1

w⃠Amy ✰͜͡ṽ᭄

w⃠Amy ✰͜͡ṽ᭄

hahahahaha novel mbak risma selelu menghibur

2021-09-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!